Tinta Air Mata

0 0 0
                                    

Aku tahu di mana letak jiwa ini berada.
Aku juga paham di mana harus menyenderkan kepala.
Aku juga tahu di mana lagi menaruh narasi dari tinta air mata.
Aku juga paham di mana tempat untuk melangkah pulang.
Sekarang aku sudah memiliki mata, sudah bisa membaca.
Entah itu meneliti arah atau mendalami otak manusia.
Aku sudah memiliki tangan untuk mengenggam.
Tapi kali ini tidak mau Mawar tetapi tangan dia saja.
Aku juga sudah memiliki kaki untuk berlari saat menangis.
Tapi tidak lagi pada telinga yang tuli dan mulut yang membisu.
Namun pada dia yang menyediakan ruang ternyaman.
Sehingga aku bisa menari dengan lega.
Aku diberi sayap dan mahkota yang indah, pemberian darinya.
Lalu akhirnya, lesung pipi itu tidak bersembunyi di kegelapan lagi.
Lesung pipi itu tidak meringkuk takut-takut lagi.
Ia terlihat dan tampak sangat manis.
Genggaman dan ribuan pelukan dari rumah tidak akan hilang, kalian harus percaya apa kataku.
Kuku-kuku kecilku tidak akan ditarik paksa lagi, oleh Mawar dan Melati.
Tapi kini sudah sembuh, kini cantik dan berkilau.
Rumahku sering memuji itu agar aku tidak sedih.
Aku si peri kecil yang beruntung, terimakasih Mawar dan Melati.
Semoga kita jumpa di lain hari.
Biarkan kali ini aku pulang ke rumahku, dan melupakan semua jeritan itu.

Syahwi
22, Mei 2023

sedih nan senang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang