Steven menopang dagunya ketika melihat gadis berambut sebahu sedang melempar batu ke arah mangga yang menggantung di pohon."Gak bisa Al."
"Nih liat." Albara mengambil sebuah batu dan melemparkannya tepat mengenai tangkai buah mangga hingga mangga itu jatuh ke tanah.
Gadis itu, Renata. Steven merasa aneh karena menyukai gadis itu, selama ini Steven berusaha mendekati Renata tetapi gadis itu cuma bisa melihat Albara, cuma Albara.
"Hadeh, panes nih hati gue."gumam Steven.
Ia menunggu Renata dan Albara datang dengan hasil jerih payah mereka. Mangga muda.
"Stipo! tolongin ngapa. Diem mulu lo, pejabat lo?!"galak Renata.
"Iya iya."
Steven beranjak mendekati mereka dan memungut mangga yang berjatuhan, melihat Renata dan Albara yang bercanda dan begitu dekat kembali menyakiti hatinya walau ia bukan siapa-siapa.
"Siapa yang hamil, siapa pula yang repot."keluh Steven.
Tetangga baru mereka sedang hamil dan ngidam mangga muda. Mereka bersama teman-temannya yang lain sedang bertamu saat itu, apesnya mereka dimintai tolong untuk mencari mangga muda di halaman belakang. Yang bersedia hanya Renata dan Steven yang ikut-ikutan, tapi gadis Alaska itu menarik Albara ikut bersama mereka dengan dalih agar laki-laki itu tidak hanya bermalas-malasan.
"Banyak juga, rujak kuy."
Clara menyeletuk ketika mereka tiba di ruang tengah. Bukan sekali atau dua kali saja mereka tidak tahu diri ketika berada di rumah tetangganya, semua orang tau bagaimana mereka semua.
"Kak Wina, kita numpang ngerujak boleh kali. Banyak ini mangganya."ujar Daniel.
"Buat bumbunya sendiri tapi, kakak capek."
"Oke kak!"
Kelima gadis diantara sepuluh remaja itu bergegas ke dapur rumah itu, sungguh tidak tahu diri. Kalian jangan pernah menirunya, ini dilakukan oleh para ahli.
"Sini kak, biar aku kupasin."tawar Steven.
Dengan cekatan Steven mengupas mangga muda itu, sedikit merasa ngilu ketika mencium aroma asam khas mangga muda.
"Kak Putra mana kak?"tanya Kendran yang asik menyemil kue kering yang disediakan.
"Belum pulang, tadi sih katanya bakal lembur."ucap Wina.
"Kak Putra beneran pengacara kak?"tanya Steven sembari menyodorkan potongan mangga yang sudah ia cuci tadi.
"Beneran dong, emangnya kenapa?"
"Enggak sih, tampangnya gak meyakinkan soalnya."
Mereka tertawa kecil dengan candaan yang dilontarkan Steven. Si sulung Dikta itu duduk di sebelah Wina yang asik memakan mangga, ia melihat kearah Daniel dan Kamal yang asik bermain dengan bocah perempuan berumur lima tahun yang merupakan anak pertama Wina.
"Steven, kamu ganteng banget. Kakak jadi pengen anak kakak kayak kamu."
Kalimat itu tentu membuat Steven besar kepala sedangkan keempat laki-laki lainnya berusaha menahan gejolak mual yang melanda mereka tiba-tiba.
"Ganteng sih kak, tapi mulutnya macam toa."celetuk Renata yang datang dan duduk di sebelah Albara yang tertidur. Lagi-lagi Albara.
Steven berdeham, ucapan Renata masuk menusuk jauh kedalam hatinya, membuat luka kecil yang untungnya bisa ia pulihkan dengan cepat.
"Minggir lo,"ucap Albara.
"Lo yang bangun, lo kira ini sofa rumah lo."
"Ga usah ribut! nih makan."tegur Nata gadis sipit itu menatap sebal kedua temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom Bloom || Soolia
FanfictionTentang Steven dan Adelia bersama masa lalu mereka. "Menjalin hubungan sama orang yang masih berurusan sama masa lalunya susah Li." - Steven. "Gue paham, apalagi masa lalu yang lo maksud begitu dekat sama kita." - Adelia. Steven dan Adelia yang berj...