04 | Unexpected News

266 33 7
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy Galaxy milik Monsta Studio, cerita dan karakter original milikku.

Main Genre: Thriller/Action/Mystery

Others : Friendship-Family

Warning! OOC! Elemental as Siblings, humanoid alien and robot, OC etc.


***


Hari sudah siang. Mentari bahkan perlahan hampir tiba berada di garis lurus yang sama dengan kepala. Orang-orang biasanya sudah larut dalam kesibukan mereka. Terkecuali pemuda yang masih asyik bergelung dalam selimutnya ini.

Setelah bergadang semalaman bersama Solar dan berujung pada pembicaraan berat, Halilintar akhirnya dapat terlelap ketika habis sholat subuh. Kepalanya sudah lumayan tenang dari pikiran sembarangan yang sering muncul tiba-tiba setelah kepulangannya ke Pulau Rintis. Ia hanya ingin istirahat sejenak, bersantai dari hiruk pikuk dunia kerjanya.

Walaupun memang hanya keinginan belaka saja. Karena ketukan pintu brutal dari luar kamarnya mengganggu acara tidur Halilintar.

TOK! TOK! TOK!

"KAK HALI BANGUN! ADA BERITA GEGER KAK!"

Keningnya dikerutkan saat suara yang berteriak itu terdengar familier. Meskipun mereka bertujuh punya suara yang nyaris serupa, namun ada perbedaan dari nada dan intonasi ketika berbicara. Seperti Trio Trouble Maker yang punya kesamaan ketika bersemangat, tetapi saat bicara biasa mereka sangat berbeda. Taufan cenderung ceria, Blaze penuh semangat atau pun Duri yang walau kadang terdengar polos. Ais tidak begitu banyak berbicara, tetapi nada bicara dia datar dan tidak bersemangat. Sedangkan Solar, dia penuh percaya diri.

Itu berarti yang menggedor pintunya adalah sosok dari adik keduanya yaitu Gempa.

"IYA, GUE UDAH BANGUN! KENAPA, GEM!" Halilintar berseru dengan suara serak khas bangun tidur, lalu beranjak membuka pintu kamar. "Kenapa muka lo serius gitu?" tanyanya.

"Ada panggilan dari kantor pusat."

Hanya dengan kalimat itu Halilintar segera sadar sepenuhnya. Abaikan rambutnya yang berantakan, ia lebih penasaran dengan lanjutan dari perkataan Gempa.

"Apa itu?"

Gempa menunduk sejenak, lalu kembali diangkat dan menatap langsung pada manik matanya. "Hari ini gue mendapat laporan kalo ada penemuan mayat seorang pria. Kita diminta untuk segera ke sana," lapornya.

"Bertiga?" tanya Halilintar dan dibalas anggukan kepala oleh Gempa. "Ya udah, panasin aja dulu mobilnya. Dalam sepuluh menit kita berangkat."

Gempa mengangguk paham. "Oke." Ia berbalik dan pergi dari sana. Meninggalkan Halilintar yang berdiri sambil memerhatikan punggung sang adik yang perlahan hilang saat turun dari tangga ke lantai bawah.

Pintu kamar kembali ditutup. Ia bersandar pada daun pintu sambil menutup sebagian wajahnya dengan lengan. Perasaannya saat ini sedang campur aduk, terlebih berita dadakan yang disampaikan Gempa barusan. Seakan tidak membiarkan dia beristirahat sejenak saja.

Helaan napas berat kembali lolos dari bibirnya. Kalau begini Halilintar memang sudah tidak punya pilihan lain. Ia harus pergi ke kantor pusat demi menerima tugas. Padahal, kepulangannya ke Pulau Rintis bukan untuk melibatkan diri dalam kekacauan. Akan tetapi, bagaimana pun juga itu sudah menjadi risiko yang diterimanya.

The Case SolverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang