Keesokan harinya Sakura kembali bekerja seperti biasa, ia merasa tidak nyaman atas ucapan selamat yang terus didengarnya setiap bertemu dokter maupun suster di rumah sakit. Bahkan, beberapa pasiennya juga turut mengucapkan selamat atas kehamilannya. Sakura sedikit merasa risih karena ia ingin melupakan permasalahannya, tetapi dunia seolah melarangnya untuk melupakan masalahnya.
Sakura menghela napas berat ketika kembali beristirahat di ruangannya, ia mengusap wajahnya sembari bersandar di sofa. Tiba-tiba terbesit dalam pikirannya suatu ide. Sakura masih memiliki jatah cuti, ia bisa menggunakan jatah cutinya untuk berlibur dan menenangkan diri. Dari hasil pertimbangannya, Sakura segera memesan villa di sana untuk dirinya seorang.
Tok! Tok!
Sakura menoleh ke arah pintu yang tertutup, ia segera berdiri dan melangkah menuju pintu yang kemudian ia buka. Tampak nenek Chiyo lah yang datang ke ruangannya dengan membawa beberapa makanan yang dijinjingnya.
"Nenek ...," Sakura terkejut.
Nenek Chiyo tersenyum sembari memasuki ruangan Sakura untuk menyimpan beberapa makanan yang dibawanya. Kemudian nenek Chiyo menghadap Sakura dengan memberikan pelukan pada istri cucunya itu.
"Nenek tahu kamu pasti belum makan, ini untukmu." Ucap Nenek Chiyo.
Sakura tersenyum terharu dengan matanya yang berkaca-kaca. "Padahal tidak perlu merepotkan Nenek, aku pasti akan makan kok, Nenek."
"Nenek yang mau, nak. Kamu tidak bisa menolak nenek, 'kan?" ucapnya dengan nada bercanda.
Sakura ikut tertawa kecil menanggapi candaan Nenek Chiyo. "Nenek ikut makan denganku, ya." Ajak Sakura sembari menuntun Nenek Chiyo untuk duduk di sofa.
Mereka kemudian duduk bersama, melihat Nenek Chiyo yang sangat baik kepadanya, Sakura jadi memiliki inisiatif untuk mengajaknya pergi berlibur bersamanya.
"Nenek, besok aku mau pergi berlibur menyewa vila di pegunungan. Nenek mau ikut?" tanya Sakura menawarkan.
"Ah, Nenek tidak usah. Ajak saja Sasori, kalian lebih membutuhkan liburan, nak." Tolak Nenek Chiyo dengan keras.
Sakura meringis sesaat, mengingat Sasori jelas pria itu tidak akan mau berlibur dengannya, pria itu sudah sangat tampak bucin dengan Mei.
"Sasori sepertinya tidak bisa, nek. Dia punya jadwal operasi besok, aku takut mengganggunya, aku tidak masalah pergi sendiri kok, Nenek."
"Tidak boleh, Sakura. Sasori harus menemanimu, Nenek yang akan memaksanya mengambil cuti. Kau tenang saja."
Sakura hanya bisa menghela napas pasrah, dia tidak bisa mendebat Nenek Chiyo.
《03》
Di perusahaan, Sasuke akhir-akhir ini menjadi gelisah memikirkan Sakura. Entah mengapa pikirannya disibukkan dengan sahabat pinknya yang membuatnya selalu cemas berlebihan. Sasuke tidak mau meninggalkan Sakura sendirian, jika bisa, ia mau tinggal bersama Sakura, tidak apa-apa meski di rumah itu ada si brengsek Sasori, dirinya tidak akan mempermasalahkan itu.
"Ya tuhan! Aku tidak bisa melepaskannya dalam pikiranku walau sedetik!" Sasuke segera bergegas menelepon Sakura sembari kakinya melangkah cepat keluar dari ruangan.
"Ada apa?"
Suara Sakura terdengar ketika panggilan teleponnya diterima.
"Di mana posisimu?"
"Aku di rumah sakit, Sasuke. Ada apa? Kau terdengar cemas, ada masalah?"
"Ya, hati dan pikiranku bermasalah, Sakura."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tough Situation
Hayran Kurgu《21》 21+ Pernikahan terpaksa antara Haruno Sakura dengan Akasuna no Sasori tampak berjalan baik di hadapan semua orang. Terkecuali oleh Sasori dan kekasihnya, juga Sakura dengan sahabatnya. Akankah semua akan baik-baik saja ke depannya?