🪽Wings : 19🪽

59 30 0
                                    

"Maaf...Maafkan aku..." ujar sebuah suara penuh ketakutan dan rasa getir dihatinya.

"Tolong.....selamatkan kami," ucap seorang anak dengan nada pilu mengingat dirinya bisa saja mati kapan saja. Apa ia bisa mendapatkan sedikit harapan?

"Maaf.."

Hera membuka matanya dengan raut wajah yang lelah. Semenjak ia menyentuh kalung yang di pakai Han Seok, ia selalu memimpikan gambaran buram itu dan selalu meninggalkan rasa sesak dan kesedihan di benaknya.

"Kau bermimpi buruk?" ujar Han Seok yang sedang menyetir saat ini. Gadis cantik itu hanya bergumam tanpa menatap pria itu sama sekali. entah kenapa, ia seperti tidak mampu berbicara banyak pada Han Seok setelah kejadian kemarin malam.

Bukan perkara malu, tapi ia terus merasakan perasaan aneh seperti rasa bersalah yang cukup besar pada Han Seok. Ia seperti di hadang tembok besar dan membuat ia merasa semua kejadian ini adalah kejadian yang seharusnya tidak boleh terjadi. Ia merasa sakit dengan hal itu. Dan yang lebih mengesalkan, ia tidak terlalu ingat apa saja yang ia lewati 8 tahun lalu. Benarkah dia pernah berpapasan dengan pria itu jauh sebelumnya? Kenapa ia tidak ingat?

Suasana sepi menghimpit mereka berdua hingga mereka sampai di Incheon. Tidak ada yang mengucapkan apapun.

**

Petir terus menyambar saling bersahutan di langit nirwana, membuat Archer menatap langit dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan maksudnya. Sudah 100 hari semenjak ia menghukum Hera tapi ia tidak bisa menghilangkan semua rasa was-was di pikirannya. Setiap hari entah firasatnya ia terus merasa diawasi ribuan mata di sekelilingnya. Ia tidak bisa merasakan kedamaian semenjak hari kelam tersebut.

Tiba-tiba seekor merpati hitam datang hinggap di jendela kamarnya dengan membawa sebuah gulungan surat lusuh di kaki kecilnya. Dengan keraguan, perlahan ia mengambil surat tersebut dan membaca surat tersebut.

Kertas lusuh dengan tinta merah seperti darah.

Akuilah ketakutanmu sekarang Archer.

Kau tahu, hidup dalam duka itu sangat menyenangkan.

Kau tahu maksud perkataanku itu.

Aku menunggu Tuhan bermurah hati mempertemukan kita

Mata emerald Archer bergetar saat membaca surat tersebut. kenapa rasanya ia tidak bisa menyalahkan semua perkataan di surat itu? Dan lagi, siapa orang itu? Tidak ada yang pernah bisa mengirim surat padanya selain ras malaikat sendiri. Tidak ada pihak luar baik iblis atau manusia yang diizinkan mengirimkan apapun padanya. Tidak mungkin kaumnya sendiri yang mengancam hidupnya?

Lucy? Rocky?

Tidak mungkin....ia tahu bagaimana tulisan dari dua malaikatnya itu? Selalu rapi dan menunjukkan citra anggun, bukan tulisan acak dan suram seperti itu. Sedendam apapun mereka ia yakin mereka tidak akan mau mengancam dirinya. Mereka bukan makhluk pembenci seperti itu.

Apa yang harus ia lakukan?

**

"Aku akan bersih-bersih dulu," ujar Hera sendu tanpa menatap Han Seok sama sekali. bahkan sampai dirumah pun mereka bertingkah seperti orang asing.

"Hmm...kau istirahatlah. Perjalanan tadi cukup melelahkan," balas pria itu sambil menarik kopernya ke kamar. Entah perasaannya atau tidak, Hera seperti enggan berbicara dengannya? Apa karena kejadian kemarin? Dia bisa maklum karena itu murni kesalahannya. Wanita mana yang tidak marah jika diperlakukan seperti yang ia lakukan tempo hari? Ia akan biarkan wanita itu menenangkan dirinya.

Eternal Wings (Heart Series #1) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang