"Papa!" Panggil Rasa.
Lelaki itu berhenti langkahnya. Dia bertanya tanpa menoleh ke arah Rasa.
"Kenapa?"
"Papa mau kemana?"
"Bukan urusan kamu."
"Pa Rasa boleh minta satu hal?" Tanya Rasa lirih.
Kebencian yang sangat besar itu membuat Liam tidak peduli tetang hal apapun soal putrinya. Tapi, entah mengapa hari ini dia masih menjawab pertanyaan putrinya, biasanya dia hanya melengos tanpa menanggapi.
"Rasa pengen dianter papa sekolah kayak dulu lagi, boleh pa?"
Liam berbalik. Wajah dinginnya itu sangat amat menakutkan. "Saya mengantarkan kamu itu gak Sudi!" Ucapnya rendah tapi penuh penekanan.
"Papa masih gak terima soal kematian mama? Pa..."
"Gimana saya mau terima, kalo yang membunuh Desi itu kamu, anak kandungnya sendiri!" Bentak papanya.
"Tapi faktanya bukan Rasa pa, Rasa juga gak minta dijemput mama." Ujarnya lemah.
"KAMU GAK USAH SOK NGEBELA DIRI! EMANG DASARNYA KAMU YANG BUAT DESI MATI DAN NINGGALIN SAYA!"
"BUKAN CUMA PAPA YANG DITINGGAL MAMA, AKU JUGA PA! AKU! DAN BUKAN CUMA PAPA YANG MERASA KEHILANGAN! AKU JUGA! BAHKAN AKU KEHILANGAN SOSOK SEORANG AYAH!"
Rasa pergi dengan perasaan kecewa, kesal, marah, dan benci. Kenapa selalu dia yang disalahkan karena hal ini? Kejadian itu memang murni dari takdir bukan?
•••
Rasa duduk di bangku taman kota sendirian menikmati musik yang di dengar dan angin yang berhembus di pagi itu. Rasa mencoba tidak membenci papa nya. Agar dirinya setelah di terima oleh papanya, perasaan benci itu tidak ada.
Dia hanya diam seorang diri sambil memejamkan matanya yang sudah keluar air mata. Namun, seseorang duduk disampingnya memberikan sapu tangan.
"Ingus Lo meleber, buruan serka." Ujarnya.
Rasa membuka matanya. "Ngapain Lo?"
"Lo juga bisa nangis ternyata. Btw lagi ada masalah? Siapa tau gue bisa bantu Lo."
"Gue gak nangis, lagi meresapi makna lagu aja."
"Bohong banget."
"Gak usah sok tau soal kehidupan orang lain."
"Mungkin sebentar lagi, gue bukan orang lain bagi Lo." Ujarnya pede.
"Terserah. Yang penting udah gue peringatin jangan masuk ke kehidupan gue, sekalinya Lo masuk gue akan bikin Lo sakit hati." Ujarnya serius.
"Kalo gini namannya tantangan. Gue makin gencar masuk ke hidup Lo."
"Berarti Lo siap suatu saat nanti gue sakitin Sa?"
•••
"Woi bang." Panggil Kafka yang membuat kaget Alan.
Mereka saat ini berada di balkon kamar Alan. Kafka melihat abangnya itu sangat murung akhir-akhir ini. Musibah apa yang sudah menimpa abangnya yang satu ini.
"Kenapa Lo bang?"
"Ternyata Rasa nerima gue cuma kasian."
"Anjir. Sarkas banget!"
"Gue seburuk itu buat di cintai orang yang gue cinta?"
"Ya soal fisik maupun materi Lo oke oke aja. Mungkin soal cara Lo yang salah."
"Cara apanya?"
"Nembak mungkin."
"Lo masih gamon bang?" Tanya Kafka menadapat anggukan dari Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AksaRasa
Novela JuvenilStrat 15 Mei 2023 Aksara Putra Agnibrata nama laki-laki itu, dengan julukan bad boy tampan sekaligus kapten basket. Tidak hanya itu, Aksara bersama ke dua temannya Galan dan Kafka selalu melakukan aksi di luar sekolah. Ada juga Rasa Shaveena Arabel...