16. Apa tadi kau bersikap tenang?

30.4K 3.2K 75
                                    

Keheningan panjang melanda setelah mereka berempat duduk di ruang tamu kediaman Bintang. Dua orang pelayan datang membawa empat cangkir teh dan camilan. Setelah mereka berlalu, suara Kelvin mulai terdengar dalam ruangan tersebut.

"Harum terus menghubungiku sejak pagi. Sebenarnya aku tak ingin bertemu dengannya. Namun, aku tahu sifatnya, dia akan menunggu sampai restoran tutup," pelan-pelan Kelvin menjelaskan. "Jadi, hari ini aku meminta Joana membantuku. Dia sangat baik karena menerima permintaanku, tapi aku tidak menyangka Harum akan bersikap kasar. Ini semua salahku karena melibatkan Joana. Aku ingin minta maaf padanya," imbuh Kelvin.

Wajah Kelvin penuh penyesalan dan rasa bersalah ketika melirik pada Joana yang membuang muka darinya. Siang tadi saat ke kantor Bintang, Kelvin berbicara dengan Joana, membahas foto yang diambil Imelda sampai membahas untuk membantu Kelvin.

Joana mendongak, memperlihatkan matanya yang sudah bersih dari air mata. "Saya tidak ingin memaafkan orang yang sudah memanfaatkan saya," tegas Joana.

"Sebelum kau memutuskan untuk membantuku, bukannya aku sudah menjelaskan terlebih dulu? Dan kau bilang tidak masalah, 'kan, Joana."

Joana duduk berseberangan dengan Kelvin sehingga bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki berambut abu-abu itu. "Ya, memang, tapi Anda membiarkan Harum menghina saya di depan banyak orang. Anda tidak berkata apa-apa saat Harum menyiram saya dan membiarkan dia pergi begitu saja. Saya membantu bukan untuk dipermalukan, Tuan Muda Kelvin."

Tampaknya Joana sudah bisa mengendalikan emosinya dan membalas ucapan Kelvin dengan tenang.

"Aku minta maaf atas itu, Joana. Aku minta maaf atas apa yang Harum lakukan."

"Sekarang saya sudah tidak peduli. Saya juga tidak peduli kalau Anda adalah atasan Ayah saya. Anda tidak bisa memperlakukan saya seperti ini lagi," Joana berkata dengan lantang sampai dadanya naik turun.

Kelvin masih berusaha meyakinkan Joana untuk memaafkannya. Salvia menoleh bergantian pada Kelvin, lalu beralih pada Joana dan terakhir pada Bintang. Situasi tadi memang cukup menguras emosi. Kelvin sudah mengambil keputusan yang terburu-buru sampai tidak memikirkan akibat.

Salah satu dari mereka memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Yang satunya dengan polos membantu tanpa memikirkan risiko yang didapat. Dan yang lainnya marah karena sahabatnya sendiri mengambil keuntungan dari karyawannya.

"Mereka bertiga memang bermasalah, ya. Sewaktu aku masih membaca novel yang kumasuki ini, aku pun emosi dengan tingkah mereka. Second male lead akan selalu mencari masalah dengan male lead, meski mereka adalah sahabat. Dia juga selalu menyalahkan Salvia asli yang mengganggu Joana. Namun, di dalam novel, Kelvin sempat meluluhkan hati Joana. Aku tidak menyangka pria egois ini bisa merasakan patah hati dikemudian hari."

Ia berdehem lantaran keheningan kembali mengambil alih suasana. "Kau ingin minta maaf hanya pada satu orang?" Salvia bertanya menatap Kelvin yang duduk di sofa sisi kiri. Tanpa bermaksud untuk ikut campur, tetapi ia merasa bersimpati pada perempuan bergaun maroon itu.

Kelvin menoleh dengan wajah terperangah. "Tentu saja pada Joana."

Suara tawa mengisi ruang tamu menjadikannya pusat perhatian ketiga orang itu. Baginya Kelvin sedikit lucu karena hanya merasa bersalah pada satu orang.

"Lantas bagaimana dengan Harum? Kau tidak ingin minta maaf padanya?"

"Salvia, bukankah kau tidak ada hak mengomentari masalah ini? Silakan tertawa di tempat lain," sewot Kelvin dengan nada tinggi dan memperlihatkan tatapan bermusuhan pada Salvia.

Mimik wajah Salvia seketika menjadi dingin. Tatapan matanya seperti harimau yang siap menerkam musuh. Dan tinjunya mengepal erat seolah bisa membuat Kelvin berlutut hanya dengan satu tinju.

Telapak tangan hangat menggenggam tinjunya, sontak Salvia menoleh pada pria yang duduk di samping kanannya. Namun, tidak melupakan keinginan untuk menonjok wajah menyebalkan Kelvin. Tangan pria itu memijat dahi Salvia yang berkerut, lalu berkata dengan penuh perhatian, "Kau mengerutkan dahimu terlalu lama, nanti jadi kerutan. Tenanglah."

Dahi Salvia tambah berkerut akan ucapan Bintang yang menurutnya menjengkelkan. "Lalu bagaimana denganmu? Apa tadi kau bersikap tenang? Kau memelototi aku seperti ingin menusuk mataku. Apa bedanya kau dengan Kelvin?" Salvia terperangah karena mengungkapkan kekesalannya dan lagi-lagi menjadi pusat perhatian Kelvin dan Joana.

"Aku kesal karena sahabatku mengambil keuntungan dari karyawanku, mungkin suatu saat nanti dia akan memanfaatkan aku demi keuntungannya sendiri," Bintang menjelaskan sekaligus menyindir Kelvin.

"Kau kesal padanya, tapi melampiaskan padaku?" Bisa-bisanya Bintang membalas ucapannya dengan tenang dan menggunakan kesempatan itu untuk menyindir Kelvin.

Kelvin merasakan sindiran tersebut mendahului Bintang untuk berbicara, "Mana mungkin aku melakukan itu pada sahabatku!"

"Siapa yang tahu," balas Bintang acuh tak acuh. Ia menyimpan pertanyaan Salvia untuk dijawab nanti.

"Kau mau memusuhiku karena masalah ini?"

"Tidak. Namun, perhatikan sikapmu. Dan urus urusan pribadimu tanpa melibatkan orang lain," Bintang menekankan setiap kata pada kalimatnya lalu menambahkan, "kau juga mestinya minta maaf pada Harum. Dan ... selesaikan urusan kalian." Bintang lantas bangkit, memberi isyarat pada Salvia untuk mengikutinya bangkit.

Joana menatap punggung pasangan yang berlalu dari ruang tamu. Tadinya dia cukup senang karena Bintang membelanya, tapi membela karena dia hanya karyawannya.

****

Tengah malam Arsana memenuhi permintaan Bintang, mengambil mobil Kelvin yang ditinggalkan di restoran lantaran keempat orang itu pulang dengan satu mobil, yaitu dengan mobil Bintang.

Sampai di kediaman, Arsana lagi-lagi harus menyetir untuk mengantar Joana pulang. Dia tidak mengeluh dan menjalankan perintah. Dalam perjalanan menuju rumah Joana, Arsana sama sekali tak bertanya.

"Apa kau juga akan menertawakan aku?" Joana tiba-tiba melempar pertanyaan yang membuat Arsana meliriknya tak mengerti.

"Apa ada alasan aku akan menertawakanmu?"

"Karena aku terlalu naif."

"Naif bukan untuk ditertawakan."

"Tapi, dia tertawa."

"Siapa yang tertawa?"

"Orang yang merasa situasiku lucu."

Arsana mengembuskan napas jengkel dan berhenti menimpali ucapan Joana karena tak mengerti maksud perkataan Joana. Namun, ia tengah memikirkan situasi apa yang kiranya terjadi di tengah malam dan melibatkan Tuan Muda Kelvin.

"Kau tidak penasaran?" tanya Joana lagi.

"Jangan basa-basi, katakan apa yang kau inginkan. Meski kita adalah kolega, tapi aku belum mengizinkanmu menumpahkan masalahmu padaku."

"Maaf, saya sudah berbicara santai pada Pak Arsana."

"Aku tidak mempermasalahkannya. Aku hanya tidak suka diajak berbasa-basi. Itu bukan kebiasaanku."

Joana mengangguk tepat ketika Arsana menghentikan mobil di dekat rumahnya. Alih-alih turun dari mobil, Joana menghela napas panjang. Pandangannya tertuju ke depan lalu membuka mulut.

"Besok kau mungkin akan mendengar masalah hari ini dari Tuan Muda ataupun Tuan Muda Kelvin. Aku sangat malu sampai tidak ingin pergi ke restoran itu lagi. Kebaikanku disalahgunakan."

"Maksudmu Tuan Kelvin menyalahkan-gunakan kebaikanmu?"

"Tepat sekali. Dia membalasku karena Kakak Iparku memotretnya dengan Nona Salvia," jelas Joana.

Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang