• 16 •

5.1K 46 2
                                    

"Syutt." Bisik Fajar, kali ini mencoba melepaskan bahu piyama Perla yang tertinggal satu untuk menutupi payudaranya.

Dan ya, Fajar melepaskannya membuat wajah Perla merona karena malu. "Jangan." Perla berusaha keras memakai piyamanya kembali, namun tangan besar itu kembali menyentuhnya.

Fajar meletakan dagunya di bahu Perla, menunduk mengangkat dua payudara besar itu dengan tangannya. "Even, tangan gua aja gak cukup megangnya." Bisiknya pada Perla.

Fajar tersenyum kagum menatap puting merah muda milik wanita itu, putingnya terus menggoda Fajar untuk menghisapnya.

Fajar pelan-pelan memainkan puting itu dengan kedua jarinya, mencubiti hingga memutarnya secara perlahan. "Ahhh awwhh." Perla merintih sambil menahan tangan Fajar.

"Jangan di situ ahh aa." Perla menutup matanya, Perla tidak munafik kalau rasanya memang nikmat, namun untuk ini Perla harus menahannya terlebih dahulu agar Fajar tidak melakukan hal lebih.

"Ahhh aa mhhh." Perla mendesah nikmat saat Fajar menarik puting itu perlahan.

Perla menunduk menatap payudaranya yang sedang Fajar remas, tangan Perla mencoba menghentikan tangan Fajar namun pria itu terlalu kuat untuk memimpinnya.

"Awhhh." Ringis Perla saat Fajar meremasnya memutar berlawanan arah membuat bahu Perla ikut bergerak.

"Wah." Ucap Fajar kagum sambil sesekali mengecupi bahu Perla.

Merasa tidak kuat menahan hasratnya lagi, Fajar menidurkan Perla perlahan di kasurnya, namun tak di sangka Perla justru menendang perut kekar Fajar agar menjauh darinya.

"Berenti!" Teriaknya membuat Fajar yang terjatuh di atas kasur semakin terkejut. "Gua gak suka! Plis jangan paksa gua terus!" Teriak Perla dengan lantang lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Fajar menatap mata Perla dengan tajam, ia menemukan sesuatu di sana entah apapun itu mungkin Perla memang tidak akan pernah mencintainya. Terlebih, sudah hampir sepekan ini Fajar memergoki Perla sedang menatap foto seorang pria berpakaian seragam SMA di ponselnya.

Orang lama memang akan selalu menjadi pemenangnya. Rasanya semua yang Fajar lakukan hanyalah sia-sia. "Sorry." Gumam Fajar menjauh lalu turun dari kasurnya seraya mengambil bajunya kemudian memakainya.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Fajar keluar dari apartement Perla lalu kembali ke apartementnya sendiri. Bukan penolakan yang membuat Fajar tersinggung namun ucapan Perla yang seolah tidak menginginkannya membuat Fajar terluka.

Fajar mengunci pintu apartementnya, lalu berjalan menuju dapur berniat membuat kopi agar pikirannya tidak terlalu kalut. Perlahan Fajar meminum kopi itu dengan pikiran yang masih berkecambuk.

Fajar berjalan menuju balkon kamarnya dengan secangkir kopi di tangannya. Matanya tidak berhenti menatap balkon kamar Perla yang berada di sebrangnya.

Mengapa ini rasanya lebih sakit dari pada luka Fajar yang sebelumnya? Luka lama memang sulit pulihnya namun luka yang ini mengapa terasa sangat dalam baginya?

Fajar menunduk sambil terkekeh namun matanya penuh dengan air mata yang ia tahan. Hidupnya memang terlalu menyedihkan hanya untuk sekedar bahagia sebentar.

•••

Perla meremasi ujung dressnya karena tidak berhenti mengingat Fajar yang semalam sakit. Sore ini, Perla masih berharap pria itu datang walaupun sekedar memberinya makanan.

Able 21+⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang