𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆

2.5K 243 26
                                    

Di tengah gemuruh sorak-sorai yang mengguncang aula perusahaan, seorang wanita berdiri membisu dan terpaku di antara kumpulan karyawan yang memadati ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah gemuruh sorak-sorai yang mengguncang aula perusahaan, seorang wanita berdiri membisu dan terpaku di antara kumpulan karyawan yang memadati ruangan. Euforia tersebut bukanlah tanda kemenangan, bukan pula pujian atas prestasinya. Melainkan, selimut gelombang cercaan, caci maki, dan kata-kata kotor yang menyerang harga dirinya tanpa ampun.

Tertekan oleh serangan verbal yang kejam, wanita itu hanya bisa menangis tertunduk.

"APA-APAAN KALIAN!"

Suara keras membelah udara, menghentikan hujan cercaan yang sebelumnya menggema. Seorang pria melangkah maju, menarik wanita itu ke balik perlindungan tubuhnya. Dia adalah Dewa—atasan, pemilik perusahaan, serta kekasih dari wanita yang sudah dipermalukan di depan puluhan karyawan.

"Kyra, kamu gak papa? Maaf aku datang terlambat."

Wajah Dewa menyiratkan kemarahan yang tak terbendung, perasaannya teriris oleh ketidakadilan yang tengah menimpa Kyra.

Artikel berita yang menyeret nama keduanya telah melampaui batas kewajaran, menghancurkan kehidupan pribadi yang selama ini mereka coba pertahankan. Jika pelakunya hanyalah orang biasa, Dewa tak akan segan-segan memberikan ganjaran tanpa belas kasihan. Namun, bila itu ulah istrinya sendiri, apa yang seharusnya ia lakukan?

Bukan gentar, melainkan karena kelicikan istrinya yang lihai memelintir kenyataan, Dewa kerap kali terdesak di hadapan kedua orang tuanya. Bahkan, istrinya sempat mengadu kepada sang ibunda bahwa Kyra pernah mempermalukan, menampar, hingga menjambak rambutnya di depan semua karyawan Dewa.

Namun, kenyataannya justru Rhea-lah yang melakukan semua itu kepada Kyra, bukan sebaliknya.

"Jika saya lihat kalian semua kembali mempermalukan Kyra seperti ini di kantor saya sendiri, saya pastikan surat pemecatan akan segera tergeletak di meja kalian masing-masing."

"Paham?" Dewa melanjutkan dengan nada geram.

"Sekarang bubar!"

Para karyawan yang sebelumnya berani merendahkan Kyra segera membubarkan diri. Mereka tahu ancaman Dewa bukan main-main. Meskipun kebencian mereka terhadap Kyra begitu mendalam, ketakutan kehilangan pekerjaan membuat mereka terpaksa tunduk.

Setelah kerumunan bubar, Kyra mengikuti Dewa masuk ke ruang kerjanya. Sebagai sekretaris pribadi, Kyra memang terlibat erat dalam setiap urusan kantor bersama Dewa. Awalnya, dia berusaha menjaga batasan profesional, namun interaksi intens setiap hari membuat mereka akhirnya terperangkap dalam hubungan yang melanggar norma.

"Jangan marah-marah, Mas." Kyra memandang Dewa dengan sorot mata penuh kesedihan.

"Yang mereka katakan tadi memang benar. Aku ini cuma wanita murahan, pelakor, perebut suami orang..."

"Berhenti bicara omong kosong," tegas Dewa.

Kyra mendekat ke arah Dewa, memeluknya erat seolah hari ini adalah perpisahan terakhir mereka. Dia memberikan kehangatan terakhir sebelum akhirnya Kyra berusaha mengikhlaskan Dewa bahagia dengan sosok lain, mungkin.

Pelukan mereka hanya berlangsung sejenak. Kyra kemudian mengurai dekapan tersebut dan memberikan ciuman singkat pada bibir yang masih menjadi kekasihnya, hari ini.

"Mas Dewa, kita selesai."

Dewa terkejut, jantungnya hampir berhenti berdetak.

Dewa menggeleng cepat, tak ingin kehilangan cinta pertamanya lagi. Meskipun telah 15 tahun menikah dengan Rhea, perasaannya tetap tak bergeming. Ia hanya menginginkan Kyra—kekasihnya, bukan Rhea yang merupakan istri sahnya.

"Oke, then i'll ask you just one question."

Kyra mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku atau Rhea?"

Pertanyaan sederhana itu menohok Dewa hingga ke dalam relung hatinya, membuat dunia Kyra berpotensi kembali suram. Kebahagiaan singkat yang baru saja wanita itu rasakan, mungkin akan kembali sirna karena satu orang yang sama.

Jika Kyra bisa berteriak, dia akan membanjiri seluruh jagat raya dengan klaim bahwa dia bukanlah antagonis seperti yang banyak orang asumsikan. Bahkan jika sempat, ia ingin menggema ke seluruh penjuru bahwa dirinya bukanlah pelakor yang merebut suami orang hanya karena keegoisannya yang membabi buta.

Apa yang sebenarnya salah dengan keputusannya?

Kyra hanya berusaha merebut kembali kebahagiaan yang telah secara paksa diambil oleh perempuan lain, sedari awal. Ia hanya berusaha mendapatkan kembali apa yang sudah menjadi miliknya dari semula.

Namun, hanya karena perannya dalam narasi orang lain, Kyra terjebak dalam kutukan sebagai sosok jahat. Di mata dunia, dia telah sukses menjadi bahan cercaan, dicemooh oleh siapa pun yang melihatnya melalui lensa pandang Rhea, yang telah menyimpangkan fakta dengan begitu jahatnya.

Namun, bisakah kali ini ada setidaknya satu orang yang percaya pada kata-katanya?

Kyra bukanlah seorang perebut yang tidak bermoral. Dia bukan wanita rendahan seperti yang digambarkan oleh banyak orang di luar sana. Kyra hanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa seseorang yang telah merampas kebahagiaannya di masa lalu kini dengan lantang tertawa dan mengklaim bahwa dialah yang bersalah.

TBC

Disclaimer!!

SIN adalah cerita yang sama di Alternate Universe @elkasya_

Sengaja aku buat versi wattpad untuk kalian yang memang mau tau lebih dalam konflik mereka

𝐒𝐈𝐍 - [ 𝙁𝙧𝙤𝙢 𝘼𝙡𝙩𝙚𝙧𝙣𝙖𝙩𝙚 𝙐𝙣𝙞𝙫𝙚𝙧𝙨𝙚 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang