sorry for typo(s)
.
.
.
— 방과 후 전쟁활동 —
"Cha Soyeon!"
Akhirnya, tiba saat namanya terpanggil setelah dua puluh dua nama sebelumnya.
"Kamsahamnida!" Cha Soyeon kembali.
Air muka gadis bermarga Cha tersebut berubah lesu usai menerima hasil ujian minggu lalu. Melihat skor rendah pada lembar kertas ujian, suasana hatinya memburuk.
Dia termasuk dalam lima peringkat terendah setelah Im Wootaek. Lebih parah lagi karena Eunyoung ssaem membagikan hasil ujian mereka sesuai urutan peringkat.
Meski tidak lebih buruk dari Yeon Bora yang baru kembali, atau Kwon Ilha dan Woo Heerak yang selalu konsisten menempati dua posisi terakhir sejak kelas satu.
Namun, dia adalah Cha Soyeon. Merupakan bencana untuk Soyeon setiap kali hasil ujiannya menurun karena dia selalu di tuntut untuk memuaskan.
Ayahnya, Cha Seungho, selalu mengancam akan mengirim Soyeon untuk tinggal bersama sang ibu kalau hasil ujiannya tidak juga membaik.
Cha Soyeon menghela nafas. Apakah kali ini ancaman sang ayah akan berlaku untuknya?
"Catat untuk tugas halaman 52 sampai 60—"
"Yah, ssaem!" sebagian siswa kelas 3 – 2 berseru tidak terima dengan tugas yang di berikan Eunyoung ssaem.
"Geureom, tambah dua halaman lagi!"
"Heee?"
"Ssaem, itu terlalu banyak!" Choi Junhee, suara melengking gadis berambut ikal yang selalu di kepang dua itu seperti mewakili pendapat mereka.
"Ada yang protes lagi akan saya tambah!" Park Eunyoung berujar tegas. Ancaman tersebut berhasil membungkam seisi kelas.
Eunyoung tersenyum geli melihat ekspresi anak didiknya yang rata-rata tidak terima, ingin protes lagi tetapi mereka tahan.
"Tugas untuk pekan depan. Belajar yang rajin, nee?" Eunyoung lantas meninggalkan ruang kelas 3 – 2.1
"Nee, kamsahamnida, ssaem!" seru semuanya.
"Ya, ssibal! Apa kita hidup hanya untuk mengerjakan tugas? Untuk apa tugas setelah sekolah?" celoteh Park Soyoon.
"Benar. Apa tidak cukup hanya belajar di sekolah?" pemuda dengan name tag Wang Taeman menimpali.
"Aku lama-lama akan mati karena tugas. Jadi siapa yang harus di salahkan?" Hong Junhee ikut menyahut.
Cha Soyeon bangkit, menggebrak meja dengan tas hingga semua yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing terdiam dan menoleh ke arahnya.
"Ya, jangan berlebihan. Kalian hanya di minta mengerjakan tugas bukan di kirim ke medan perang," Cha Soyeon berujar kesal. Entah karena reaksi Junhee yang berlebihan atau memang suasana hatinya yang sedang buruk. Kemudian dia pergi.
"Waeyo? Kenapa dia tiba-tiba marah?" Junhe bertanya-tanya.
"Molla. Abaikan saja, lah!" kata Soyoon sambil memasukan buku dan alat tulis ke dalam tas ranselnya.