{16}

719 30 0
                                    

"Assalamu'alaikum," Fiqri mengucapkan salam sembari masuk ke dalam rumah. Ya, untuk hari ini ia mengikuti saran dari Alan—balik ke rumah.

"Wa'alaikumussalam,"jawaban salam itu Fiqri terdengar dari ruang tamu.

Fiqri melangkahkan kaki kesana. Terkejut saat abah,umi,dan tiga saudaranya semua berkumpul di ruang tamu.

Fiqri langsung mencium punggung tangan abah dan uminya bergantian.

"Nih orangnya yang dua hari gak pulang. Datang juga akhirnya dikira lupa sama jalan pulang," Zayyan mengeluarkan suara saat Fiqri salim pada orang tuanya.

"Udah makan?,"tanya umi. Fiqri mengangguk, "udah tadi di jalan sebelum kesini,"ucap Fiqri.

"Duduk sini,"ucap umi. Fiqri duduk di sebelah uminya. "Kenapa gak pulang sampai dua hari? Tidur dimana dua hari ini?  Handphone kamu juga gak aktif kemana?,"tanya umi beruntun.

"Kasihan umi sama abi tuh khawatir nyariin kamu. Handphone mu gak bisa digunain atau gimana sampai gak bisa di hubungi dua hari belakangan ini?," Husein ikut menimpali.

"Fiqri butuh nenangin diri Fiqri sendiri. Dua hari ini Fiqri tidur di dua tempat. Kemarin Fiqri tidur di rumah mas Yusuf dan semalam Fiqri tidur di kampus. Handphone gak bisa di hubungi karena habis batrai dan Fiqri memang sengaja membiarkan handphone Fiqri habis batrai seperti itu," Fiqri menjelaskan.

"Bagus kamu kira kaya gitu,fiq? Umi abi sampai khawatir untung gak sampe lapor polisi,"ucap Zayyan.

"Sutt... udah-udah gak usah di ributin lagi," umi berujar sebelum situasi makin memanas.

"Fiqri," Fiqri menoleh ke arah abah. "Enggeh, bah," ucap Fiqri sopan.

"Soal perjodohan—," belum selesai abahnya berbicara Fiqri langsung memotong ucapan itu, "Fiqri gak mau bahas itu bah,"ucap Fiqri. Entahlah sekarang membahas perihal perjodohan itu begitu sensitif baginya.

Melihat Fiqri yang memotong ucapan abah Zayyan langsung memukul paha Fiqri.

"Sopan kamu kaya gitu sama abah. Dengerin dulu kalau orang tua ngomong jangan main di potong gitu aja. Adab kamu hilang kemana?,"tanya Zayyan.

"Nuwun sewu, bah. Fiqri lagi gak mau bahas itu. Fiqri pamit duluan ke kamar mau mandi,"ucap Fiqri lalu ia berdiri dari tempat duduknya.

Zayyan yang baru mau menarik Fiqri untuk duduk tapi langsung di tahan oleh umi. Umi menggelengkan kepala pada putra sulungnya itu, "Tapi mi—,"saat Zayyan ingin protes umi mencoba memberi pengertian lewat isyarat matanya.

Akhirnya mereka membiarkan Fiqri untuk beranjak dari sana. Belum sampai lima langkah ia beranjak suara abah berhasil membuat langkah Fiqri terhenti.

"Lusa kita pergi ke rumah perempuan yang kamu cintai untuk mengkhitbah dia. Kamu tau kan alamatnya?," Fiqri bergeming di tempat tidak tau harus merespons bagaimana. Ia bahagia,tentu dia bahagia. Tapi apa bener abah merelakan perjodohan yang di sepakatinya dengan kyai Hanan begitu saja? Entahlah.

"Bagaimana,fiq? Siap untuk mengkhitbah?."

🦩

"Kenapa mendadak segalanya?," Fiqri merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah ia masuk ke kamar.

Ia memejamkan mata lalu menghembuskan nafas secara kasar. "Kenapa abah sama umi begitu cepat berubah fikiran bukankah perjodohan ini begitu diinginkan keduanya?," pertanyaan itu terlintas begitu saja dalam fikirannya ketika ia memejamkan mata.

Mata Fiqri terbuka perlahan. Menerawang jauh menatap langit-langit kamar. Sampai akhirnya ia memutuskan beranjak dari kasur dan mandi agar fresh otaknya.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang