PART 11

1 1 0
                                    

Tetap up walau kagak ada yang baca and vote🤧.
.
.
~Happy Reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nabila mengerjapkan matanya perlahan,menatap sekeliling kamarnya guna mencari sosok pria yang sudah menemaninya tadi.

Tak mendapatkan apa yang ia cari membuat gadis itu menghela nafas sedikit lega,mengingat sebentar lagi ayahnya pulang kerja.

Perlahan kedua kakinya turun dari ranjang,melangkah dengan lesu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selang beberapa menit kemudian,Nabila keluar dengan Hoodie lilac serta jeans putih panjangnya jangan lupakan topi serta masker untuk menutupi wajahnya.Ya,ia berencana keluar sejenak untuk menghirup udara segar,masa bodoh dengan apa yang terjadi nantinya,toh ia sudah terbiasa.

"Non bila mau kemana?"pertanyaan dari bik inem membuat Nabila menghentikan langkahnya.

"Bila mau ke supermarket,nanti kalau ayah tanya bila bilang bila keluar sebentar ya bik"ucapnya mendapat anggukan ragu dari bik inem.

"T-tapi kondisi non belum baik,gimana kalau bibik aja yang pergi ke supermarket?"

"Bila udah baik,bila juga mau hirup udara di luar,boleh ya bik"ujarnya menatap wanita di hadapannya dengan penuh harap.

Bik inem mengangguk mengiyakan membuat sosok Nabila tersenyum manis di balik maskernya.

Dan di sinilah Nabila berada,menatap pantulan bulan purnama dari danau di hadapannya.Ya,saat ini ia tengah berada di danau,danau yang amat jauh dari jangkauan orang-orang,danau yang terlihat sangat sepi serta gelap.

Jika di tanya apakah Nabila takut atau tidak berada di sini?,maka jawabannya tidak,bagi Nabila tempat ini ialah tempat ternyamannya,tempat paling aman menurutnya,tempat penuh kebebasan dimana ia bisa berbuat apapun dan sesuka hati tanpa takut akan sesuatu,ia merasa tenang berada di sini.

Sembari menyesap segelas kopi yang sengaja ia beli tadi,kedua matanya sibuk menatap room chatnya dengan hafidz,tak ada tanda-tanda pria itu memberinya kabar,padahal ia rindu dengan pria itu.

Huft.

Tak ada cara lain,dengan senyum tipis di bibirnya,Nabila mencoba menelfon kekasihnya dan terhubung,selanjutnya suara dari sebrang sana berhasil membuat tubuhnya membeku.

"Hallo?,maaf hafidz lagi mandi jadi gue yang angkat telfonnya"

"Ada apa ya?nanti gue sampein deh ke hafidz"

Deg!.

Kedua tangannya bergetar,rasa takut mulai menggerogoti perasaannya tatkala seorang gadislah yang baru saja menerima panggilan darinya,dan siapa dia?,mengapa ia bisa bersama dengan hafidz?.

"Lo siapa?"

"Gue metta--siapa met?..oh?gatau gue tadi langsung angkat tanpa liat kontaknya,bentar gue liat dulu"

"Bila?,siapa?pacar Lo ya?"
"Hmm,bawa sini"

"Bentar gue masih mau ngomong sama cewe Lo"

"Bawa sini metta"

"Sabar dulu kali...aaaa-ampun ahahahaaa ampun deh fidz,ahahahaa geli"

Nabila mematung,menatap kosong ponsel di tangannya tatkala perdepatan kecil serta tawa renyah dari sebrang saling beradu membuat hatinya berdenyut sakit.

Dengan sengaja Nabila mematikan sambungan telfonnya dan menggenggam erat ponsel di tangannya,pandangannya menatap lurus danau di hadapannya,tanpa diperintah kedua matanya mengeluarkan butiran-butiran air yang membentuk sungai kecil di pipinya.

Tidak,ia tidak boleh marah dan cemburu,ia juga tidak tahukan siapa gadis itu?,ia harus positif thingking bahwa gadis itu pasti ada ikatan keluarga dengan hafidz,ya!.

"Hafidz,boleh gue sedikit takut sama akhir hubungan kita?"gumamnya.

"Hafidz,bila harap hafidz gak akan pergi gak akan tinggalin bila sendirian seperti mereka"lanjutnya bergumam sembari menatap kosong pantulan bulan di danau.

Drett!.
Dreet!.

Dering ponsel menyadarkannya dari lamunannya,gadis itu menatap Lamat Lamat sang penelepon kemudian mengangkat panggilan itu.

"Halo?,kenapa bil?"

Nabila menahan nafasnya,apakah hanya pikirannya saja bahwa nada hafidz saat berbicara dengannya berbeda dengan sebelumnya?,apakah telinganya salah mendengar?,ya ia rasa memang pikiran serta telinganya yang bermasalah.

"Hafidz,bisa jemput bila?".Diam,tak ada sedikitpun suara dari sebrang membuat Nabila mengepalkan tangannya tanpa sadar.

"Kamu dimana?"

"Di jalan merpati"

"Kamu ngapain di sana?jadi benar apa yang Sherin bilang?kamu suka keluyuran gak jelas tiap malam?,kamu Tahukan jalan merpati tu gimana?sepi,jadi ngapain kamu ke sana?

"Apa luka tadi kamu juga dapetin di jalan merpati?"

"Maksud kamu apa?,Sherin?sedekat apa kamu sama dia sampai kamu percaya dengan omongan bullshit dia?kamu lebih percaya sama orang lain ketimbang pacar kamu sendiri?gitu fidz?"

"Kenapa?apa yang aku omongin bener kan?buktinya kamu sekarang ada di sana,sendirian juga,jadi bisa memungkinkan apa yang Sherin bilang itu beneran"

"Oke,terserahmu,anggap apa yang kamu dengar dari Sherin itu suatu kebenaran--dan lagi kalau emang kamu gak mau jemput oke,gapapa"

"Selamat malam hafidz,jangan begadang"

Tuth!

Hancur sudah pertahanan Nabila,gadis itu menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya,terisak dengan pilu.

Apalagi ini tuhan.

"Jangan biarkan dia juga pergi tuhan,bila mohon,cuman hafidz yang bila punya..hiks"

"Cuman hafidz,harapan bila"ujarnya dengan tatapan menyorot sendu kegelapan di depan sana.

Disisi lain,hafidz pria itu mengusap kasar wajahnya,mengacak rambutnya frustasi,selalu,selalu saja seperti ini,ia selalu kehilangan kendali,ia selalu merasa lupa,ia selalu malas tau terhadap Nabila jika sudah berdekatan dengan metta.

"Sial-sial apa yang gua lakuin bangsat"

"Kalau sampai bila kenapa Napa awas Lo fidz,anjing"umpatnya pada dirinya sendiri.

Tak ada pilihan lain selain menjemput nabila,karena kini pikiran pria itu tak tenang di tambah perasaan bersalah yang kian menggerogoti hatinya.

Mengambil kunci mobil serta menyaut asal jaketnya dan kemudian berlalu pergi.Namun baru beberapa langkah sebuah suara lembut penuh permohonan berhasil menghentikan langkahnya.

Secepat kilat pria itu berbalik,menatap metta yang kini terlihat tengah menahan tangis.

"Lo mau tinggalin gue sendirian?Lo lupa gue di sini sendirian?dan Lo lupa gue punya trauma"ucapnya lirih.

Hafidz tertegun,siap pria itu hampir saja pergi meninggalkan sahabatnya yang mempunyai trauma.

Seolah lupa dengan keinginannya tadi,hafidz kini berjalan mendekati metta merengkuh tubuh kurus itu masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Sorry metta,gue lupa"metta mengangguk dan membalas pelukan pria itu dengan erat.

"Jangan tinggalin gue sendiri hafidz,gue masih takut--and sorry selalu ngerepotin Lo"gumamnya sendu.

"Gue gak merasa Lo ngerepotin gue metta"

🦠 : Hey fidz !apakah kamu melupakan kekasihmu?.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bila dan DeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang