"Mas Azam Abdul Sulaiman, selamat atas wisudanya. Selamat juga kamu sudah menyandang dua gelar, gelar Magister dan suami aku, "
^
^
~Ruwayda
.....Malam kembali hadir menyapa para penduduk New York. Angin sepoi-sepoi menemani seorang gadis berkulit sawo matang yang tengah beradu nasib akan cintanya yang naas begitu saja.
Gus Azam, laki-laki tampan yang sudah lama membuatnya kagum, hingga perlahan-lahan rasa kagum itu berubah menjadi cinta. Namun sekalinya ia ingin mengutarakan cintanya pada Gus Azam, tiba-tiba ada penghalang yang begitu sakral diantara keduanya.
Ya, Ayda lah penghalang itu, untuk saat ini gadis yang kerap dipanggil Clara itu mencoba menetralkan perasaan tidak sukanya pada Ayda. Tidak mungkin juga Clara memaki atau mengatakan pada Ayda bahwa dirinya yang lebih dulu mencintai Gus Azam, suaminya.
"Ehemm, lagi mikirin apa sampe bengong begitu?",
Mia datang entah darimana, ia menemani Clara yang sedang duduk-duduk di pinggir kolam renang.
"Mia, Can I ask something?",
English language Clara meluncur dengan fasih.
"Yes, of course",
Mia pun merespon dengan bahasa inggris juga.
"what do you think about unrequited love?",
"What?, Seorang Clara cintanya bertepuk sebelah tangan ?, Ngga mungkin deh, because you are beautiful and kind, Ra",
Mia menaikkan sebelah alisnya, merasa heran pada pertanyaan Clara.
"No, I'm just asking",
"Hemm, kalau kamu udah berusaha buat dapetin dia, tapi masih gagal, sekarang saatnya kamu bertawakal kepada Allah, insyaallah semuanya akan berjalan sesuai harapan kamu",
Mia tersenyum, kemudian merangkul Clara dengan penuh perhatian.
"Tawakal?, Apa iya Allah bakalan kabulin do'a aku meskipun Azam sudah punya istri?",
Gumam Clara dengan wajah kebingungan.
"Mi, masuk diluar dingin... Clara juga masuk yuk, ngga baik perempuan diluar malem-malem begini",
Gus Afi membuyarkan renungan malam Mia dan Clara.
"Iya Mas...",
Lantas mereka beriringan masuk ke villa, saatnya beristirahat lebih awal karena besok adalah hari wisuda yang sudah lama mereka nantikan.
Gus Azam mendapat bagian kamar dengan istrinya, mana mungkin sepasang suami istri tidur berpisah, kecuali memang sedang ada problem yang membuat mereka ingin pisah kamar.
Tapi satu kamar belum tentu satu ranjang, seperti biasa, Gus Azam menghargai keputusan Ayda yang masih tidak ingin tidur bersamanya, alasannya karena sama, karena ia takut kalau Gus Azam masih belum bisa menerima pernikahan mendadak itu. Padahal, Gus Azam sendiri ingin sekali hidup normal layaknya suami istri lainnya.
"Gus, sibuk nggak?",
Ayda melihat Gus Azam yang tengah fokus membaca buku di sofa, sedangkan Ayda berada di kasur. Sehabis sholat isya' berjamaah, wiridan dan membaca Al-Qur'an, keduanya sudah bisa santai sepuasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomanceRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...