IV

2 0 0
                                    

Kantin, 16.04

Sepulang sekolah, Ava langsung meluncur ke kantin, tempat ia dan pembelinya akan bertemu. Ariq, salah satu teman barunya, membantu Ava menawarkan properti game-nya. Namun ketika sudah 15 menit lebih menunggu, pembelinya tak kunjung datang. Hingga Ava pun tertidur karena keletihan. Ia sendirian.

Tepat satu jam setelah waktu yang telah ditentukan sebelumnya, seseorang memasuki kantin dengan terengah-engah. Tak perlu waktu lama, ia menemukan sesosok wanita yang dicarinya di meja paling pojok, sedang tertidur tenang tanpa beban. Kaisar menggaruk tengkuknya, bingung dengan apa yang harus dilakukannya.

"Laz," panggilnya sambil menepuk bahu gadis itu akhirnya, setelah sebelumnya terdiam bingung selama dua menit. Tak terbangun. Ia menepuknya sekali lagi. Tempo itu mata Ava terbuka.

Ava terdiam beberapa saat, mencoba mencerna kejadian yang terjadi dengan menatap lama lelaki di depannya. Kaisar hanya menatapnya datar, membiarkan cewek dihadapannya mengumpulkan nyawa terlebih dahulu.

Ava bingung dengan keberadaan cowok yang penuh keringat didepannya. "Hmm... jadi lo yang beli?" Ava membuka percakapan.

"Siapa lagi," jawab Kaisar tetap datar. Otak Ava loading mencernanya. Mereka terdiam sepersekian detik.

"Maaf gu-"

"Maaf"

Mereka berbicara bersamaan.

"Maaf gue ketiduran. Hehe, lo nunggu lama?" Cengir Ava.

"Nggak. Malah lo yang nunggu gue satu jam-an lebih."

Ava menengok jam di hpnya.

"Sorry, gue lupa." Lanjut Kaisar.

'Dia bilang lupa, buat sesuatu yang penting banget buat gue?' Kesal Ava membatin. Payahnya lagi, wajah cowok didepannya begitu watados(wajah tanpa dosa).

"Jadi, komponen yang gue jual ini udah level Up Mega-star. Persenjataan mediumnya udah full. Blood buat strike-nya juga udah sparkle. Kalo mau kill, bom atom gue bisa diandelin," jelas Ava bersemangat memperlihatkan komponen-komponen miliknya di sebuah game war online di hpnya. Ia menengok ke Kaisar. "Lo ngerti, kan?"

Kaisar yang keenakan memerhatikan komponen-komponen milik Ava diam saja ketika ditanya. Ia sibuk memainkan hp Ava.

"Eh, lo ngerti gak?" Ulang Ava.

Kaisar pun menatapnya. "Yakin lo ngomong ke customer kayak gitu? " Ava terhenyak mendengarnya. 'Beginikah rasanya ngomong dengan "Raja Bacot" alias "Master Debat"? Kenapa hal kayak gini aja harus didebatinn?' Tentu saja Ava mengenal pria itu. Ia populer di sekolah dengan kepintaran dan wajah ganteng chindonya.

Ava menurut saja. "Gimana... lo udah ngerti, Kaisar?"

Kaisar yang masih sibuk mengotak-atik akun game milik Ava menjawab tanpa menatapnya, "Ya."

Ava hanya terdiam menatapnya beberapa detik, lalu bertanya, "Jadi, lo mau main sampe kapan?"

Seketika Kaisar terhenti dari kesibukannya, beralih menatap Ava. "Udah, ini." Ucapnya lalu mengembalikan ponsel Ava.

"Hahah elo, malah jadi keenakan maen, kan," ujar Ava tertawa kecil mencoba menghidupkan suasana.

"Iya, bom atom lo gak ada obat," jawab Kaisar memuji.

"Cih, bisa aja," senyum Ava senang.

"Oh iya, buat bayarnya gue gak ada cash. Jadi..."

"Mau tf?"

"Ke kafe aja sambil gue log in akunnya. Sekalian gue ambil di atm."

Ava berpikir sejenak. "Eum... gua ga bisa. Ada urusan habis ini."

Kaisar pun berdiri, bersiap beranjak darisana.

"Yaudah, tunggu lu bisa aja." Kaisar pun berjalan pergi.

"Lu kan bisa log in online aja dan tf uangnya," ucap Ava yang tidak digubris oleh Kaisar yang sudah melangkah jauh.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang