Zea tidak mengerti dengan situasi aneh yang menyelimutinya bersama Jungkook saat ini. Usai membaca notifikasi pesan yang Jungkook kirim tadinya. Zea justru berlari ke arah kedai dan entah mengapa senyum itu perlahan terbit kendati netranya menangkap sosok Jungkook yang tengah berkumpul dengan sekumpulan pria di dalam sana.
"Gweanchana?" Tanya Jungkook yang masih mendaratkan usapan usapan lembut di sekujur punggung Zea guna menenangkan wanita itu.
Benar. Situasi ini yang Zea maksudkan. Situasi dimana Jungkook memberikan dekapannya disaat Zea menghampirinya dengan tangisan yang Jungkook sendiri tidak pahami.
Wanita itu sesenggukan selama kurang lebih keduanya saling mendekap. Tak ada perkataan atau lontaran kalimat meski hanya deheman semata, sebab Zea menumpahkan semuanya disini.
"Aku dulu juga pernah menangis sepertimu." Celetuk Jungkook yang cukup membuat atensi Zea sedikit teralihkan. Wanita itu mulai meredahkan tangisnya meski tubuhnya masih saja berada didekapan pribadi Jeon tersebut.
"Dulu aku pernah membuat bibi song bahkan hampir setiap hari memarahiku. Alasannya cukup aneh. Aku dulu sangat membenci teokkbokiie buatannya. Rasanya aneh. Tak senikmat sekarang. Dan hal itu yang selalu membuat bibi song kesal karena aku yang setiap hari mengejek masakannya." Kata Jungkook yang kemudian dia sambung.
"Aku melakukan itu semua karena aku senang saat aku menemukan sosok nenek yang sebelumnya tak pernah ku miliki. Bibi song memperlakukanku seperti cucunya. Dia selalu kesal denganku. Namun satu hal yang pasti. Sekesal apapun dia denganku. Bibi song tetaplah menyayangiku."
Zea bangkit. Wanita itu menatap Jungkook dengan hidung yang bahkan memerah usai kerja kerasnya menumpahkan tangis itu selama satu jam penuh.
"Tapi ini bukan tentang bibi song." Kata Zea yang kemudian ia sambung. "Nenek sihir itu berbeda dengan malaikat layaknya bibi song. Dan mereka tidak akan pernah sama."
Jungkook mengangguk. Pria itu meraih sapu tangan di saku jaketnya. Sengaja menyodorkannya kepada Zea yang kini mengelap ingusnya dengan lengan jaketnya.
"Sudah nangisnya?"
Zea yang menyadari itu lantas menutup wajahnya. Ia malu. Tidak. Lebih tepatnya, IA SANGAT MALU.
"Kenapa?" Tanya Jungkook aneh.
"Berhenti menatapku. Aku sedang jelek."
Jungkook terkekeh. Apa katanya? Tidakkah Zea sadar kendati wanita itu telah menangis di dekapannya selama satu jam?
"Kau memang jelek." Balas Jungkook yang kini membuat Zea tersulut emosi.
"Yakhh Jeon Jungkook." Katanya dengan nada yang cukup meninggi.
Jungkook tersenyum. Lantas diusapnya kepala Zea. Merapikan anak rambut hingga menghapus sisa air mata yang masih terasa basa di pipi Zea dengan tangannya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGLANTINE
FanfictionKata orang tentang perihal rumah. Presensi tersebut tak selalu berbentuk bangunan. Sebab presensi itu terbentuk bukan hanya dari sanak orang terdekat. Rumah yang dimiliki oleh Zea sebelum itu telah hancur. Namun, ada sosok asing yang justru menerob...