bab 21

201 26 12
                                    

Daren berdiri mematung didepan kamar arash, ia sedikit terkejut saat mendengar apa yang dikatakan Xander pada arash, ia memang hendak kekamar adiknya itu untuk menemaninya, namum ia berhenti saat mendengar arash dan Xander tengah membicarakan sesuatu.

"Apa maksud dari ucapan uncle xander" ucapnya dalam hati.

Daren menarik nafas panjang dan menormalkan ekspresinya kembali seolah-olah dia tidak mendengar apapun. Ia segera mengetuk pintu dan masuk kekamar arash.

"Tok...tok...tok..."

"apa aku menganggu?" ucap Daren dan memberikan senyum termanis yang ia miliki.

"Bukan kah itu memang hobbymu D" ucap Xander dan memberikan tatapan mengejek kepada Daren.

"Kau memang sangat mengenalku uncle" ucap Daren seraya mengarahkan tangannya seolah menembak Xander.

Arash terkekeh kecil melihat kelakuan kakak dan pamannya itu.

"Duduklah kak kita ngobrol bareng" ucap arash.

"Good idea" timpal xander

Daren berjalan menuju kasur arash dan duduk disebelahnya, Mereka bercanda  dan tertawa bersama melupakan sejenak semua yang terjadi.
______________________________________

"Argh.....ah...badanku...hah..."keluh Bram saat dirinya tersadar dan merasakan sakit yang amat sangat diseluruh tubuhnya.

"Argh....." Teriaknya saat berusaha bangkit namun kembali terjatuh karena rasa sakit yang kembali menyerang.

"Brengsek....sakit sekali...argh..." umpatnya.

"Siapa mereka sebenarnya dan apa salahku? Kenapa mereka mengatakan jika ini hukuman untukku" ucapnya penuh tanya.

Ia terus memikirkan kejadian yang baru saja ia alami.

"Sebaiknya aku menelpon Wawan untuk membantuku, setelah itu aku akan mencari tahu siapa mereka dan apa yang mereka inginkan" putusnya.
______________________________________

Daren yang baru saja keluar dari kamar arash, berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti saat tidak sengaja mendengar Xander menyebut nama ibunya.

"Kenapa uncle xander nyebut nama mama, sebaiknya aku tanyakan saja" ucapnya sangat pelan.

Ia masuk kekamar xander secara perlahan, namun ia terkejut saat Xander menyadari kehadirannya.

"D... Kenapa kamu masuk dengan mengendap - endap seperti itu" seru saat melihat keberadaan daren.

"Maaf uncle ...  aku tidak bermaksud..." Ucap Daren.

"Rileks ... i'ts ok" ucap xander dan tersenyum melihat kearah Daren.

"Apa ada sesuatu yang bisa uncle bantu" ucapnya lagi.

"D minta maaf sebelumnya, mungkin apa D tanyakan ini bisa menyingung perasaan uncle, D engak bermaksud melakukan, tapi ...."

Xander menatap Daren seraya menaikan kedua alis sambil tersenyum dan berkata.

"Katakan saja, tidak perlu sungkan, aku menjawabnya ... jika aku bisa"

"Tadi D engak sengaja dengar uncle nyebut nama mama sambil memegang sesuatu, kalau D boleh tau  itu apa dan kenapa uncle nyebut nama mama"

Xander menatap Daren diam lalu tersenyum kembali dan menyerahkan apa yang ia pegang kepada Daren.

"Itu fotoku sama mama kamu, aku dan Nasya adalah teman kuliah dan kami memang cukup dekat, apalagi setelah mamamu nikah sama papa, hubungan yang awalnya hanya sekedar persahabatan berubah menjadi saudara, tadi aku hanya sedikit merindukannya, apalagi kami sudah berpisah sangat lama dan aku tidak bisa lagi ketemu sama dia" terangnya.

sandaran hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang