Langit Kota Jeju nampak begitu biru hari itu. Suasana begitu romantis dan menciptakan senyum lebar pada sepasang suami istri. Keduanya berdiri menghadap hamparan pantai. Si cantik dengan es krim di tangan kiri dan tangan kanan yang menggandeng mesra si tinggi. Sedang si tinggi dengan kopi yang tengah diminum dengan tangan kanannya. Keduanya sungguh menikmati suasana pantai yang tenang kala itu. Tidak lama, si tinggi melepaskan bibirnya dari cangkir kopi di tangannya.
“Kita jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat laut?” Kata si tinggi sambil tersenyum menatap si cantik di sampingnya.
Si cantik yang tengah menikmati es krim di tangannya hanya terkekeh mendengar ucapan si tinggi. Dia tahu betul apa dikatakan si tinggi adalah untuk meledeknya, karena ide untuk pergi ke negara itu adalah idenya.
“Bawel sekali suamiku ini.” Kata si cantik sembari menyodorkan es krim di tangannya tepat ke hadapan si tinggi.
“Habiskan! Kamu bawel sekali! Ini panasnya belum seberapa ketimbang di neraka.” Ledek si cantik.
“Kan ketemunya nanti di surganya Allah? Disana sejuk.” Sahut si tinggi di sela-sela kesibukannya menghabiskan es krim yang disodorkan si cantik.
“Iya, InsyaAllah. Asal kamu tidak poligami.” Ujar si cantik sembari melirik dengan senyum kecil pada si tinggi.
“Apa hubungannya dengan poligami?” Tanya si tinggi dengan es krim yang sudah belepotan di sekitar bibirnya.
Si cantik lantas melepaskan rangkulannya dan berdiri di hadapan si tinggi. Ia mengambil sapu tangan dari dalam tasnya dan membersihkan es krim yang sudah berantakan di wajah suaminya.
“Kalau kamu menikah lagi, di surga Allah nanti, kamu hanya akan bertemu dengan istri yang paling membuatmu bahagia dan besar kemungkinannya orang itu adalah istri muda-mu.” Kata si cantik lagi.
“Terus, kamu?” Tanya si tinggi singkat.
“Hmmm… Aku sedang tertawa-tawa bersama bidadari-nya Allah.” Ucap jahil si cantik pada suaminya itu.
Si tinggi yang mendengar itu lantas dengan cepat menghabiskan es krim di tangannya. Ia mengambil sapu tangan di tangan si cantik dan segera membersihkan tangannya kemudian.
“Cantikku cuma satu, tidak ada yang lain. Tidak si cantik lain, tidak si manis, tidak apapun itu. Istriku cuma satu… Kamu.” Ucap si tinggi pada si cantik sembari menatap lembut si cantik yang sedari tadi berdiri di hadapannya.
Keduanya saling bertatapan dengan lembut. Suasana yang begitu romantis dan tentu saja akan membuat siapapun yang melihatnya iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beda Genggam
Short StoryGenggammu, adalah satu-satunya genggam ternyaman untukku. Short Story Finn