3.

1K 129 3
                                    

..

Semua masih berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua masih berjalan seperti biasa. Namun kali ini tak ada kecanggungan lagi seperti kemarin-kemarin. Ricky dan Gyuvin seolah bergerak mengikuti takdir mereka.

Mereka sudah saling menyatakan perasaan tiga hari yang lalu, di hadapan Wonyoung. Lalu setelahnya mereka bertiga pergi ke pasar kuliner di tengah desa dan menghabiskan waktu hampir seharian untuk berburu makan disana.

Hari ini, karena sama-sama tidak ada jadwal masuk, mereka berdua memutuskan untuk makan di warung teopokki di pinggir jalan. Ini memang warung langganan mereka.

"Bibi! Dua porsi, ya?"

Bibi Jung mengangguk. Segera mengolah pesanan dua pelanggan setianya yang datang hampir tiap hari.

"Ini spesial untuk Ricky dan Gyuvin," bibi Jung mengantarkan pesanan keduanya tapi tak langsung beranjak pergi. Ia justru ikut duduk bergabung sembari menatap Ricky dan Gyuvin yang makan dengan lahap.

"Bibi mau tanya, boleh?"

Ricky mengangguk. "Boleh." Ia menyeka sudut bibirnya dan langsung menatap Bibi Jung, begitupun dengan Gyuvin.

Bibi Jung terdiam cukup lama. Genggaman pada nampan kayunya menguat disertai helaan nafasnya yang terdengar gusar justru membuat Ricky dan Gyuvin semakin penasaran apa yang hendak di tanyakan.

"Kalian cukup jawab iya atau enggak, ya?"

Keduanya mengangguk. Bahkan sedikit mengabaikan Teopokki enak itu.

"Kalian, sepasang kekasih?"

Baik Ricky maupun Gyuvin tak ada yang berniat menjawab pertanyaan mengejutkan dari Bibi Jung. Mereka terlalu takut untuk mengakui namun sangat sulit untuk berbohong.

"Diam berarti iya," jeda sejenak. Bibi Jung tampak menghela nafasnya lagi. "Dengar, Bibi gak masalah asal itu buat kalian bahagia. Tapi tolong, setelah kejadian Seobin dan Jiwoong lalu, warga disini jadi semakin sensitif. Bibi gak mau kalian di hakimi. Jadi hati-hati, ya?" Ricky melihat tatapan itu penuh kekhawatiran. Ia menelan ludahnya kesusahan.

"Bi—"

"Gak pa-pa. Bibi paham kok. Udah, bibi mau lanjut jualan lagi. Habisin ya?"

Gyuvin tersenyum. Menatap Ricky yang menunduk. "Makan, Ky. Udah jangan di pikirin. Ada aku."

Ada aku. Ada aku. Ada aku.

Ricky merapalkan itu dalam hatinya. Lalu membalas senyuman Gyuvin. Setidaknya ia sedikit merasa lega meskipun tak bohong masih ada rasa takut yang mendominasi.

Keduanya makan diiringi obrolan ringan seputar perkuliahan dan hal hal random lainnya.

Untuk saat ini Gyuvin berharap bahwa mereka akan baik-baik.

Kedepannya, entah. Ia sedikit ragu.


----


Malam pun tiba.

Mereka; Gyuvin, Ricky, dan Wonyoung menghabiskan waktu bersama di taman dekat gedung bekas. Ini semua berawal dari Wonyoung yang datang menyelinap ke asrama putra dan mengajak kedua sahabatnya untuk menikmati malam penuh bintang.

"Pas hari sebelum Seobin gak masuk itu dia sempet curhat ke aku sama Yuna. Katanya dia lagi cekcok sama pacarnya. Haduh, gak tau aja kalo besok-besoknya dia malah meninggal."

"Mereka kok bisa ketawan?" tanya Gyuvin. Ia sebenarnya sudah lama penasaran namun baru bisa bertanya sekarang.

"Katanya ada warga yang gak sengaja liat mereka ciuman pas mau kabur ke kota."

Bungkam.

Ketiganya resmi terdiam. Asik memandangi langit yang bertabur bintang dengan bulan yang bersinar terang. Seakan memberi tahu bahwa ini bukanlah waktunya untuk mengeluh.

"Wonyoung," panggil Ricky. Pemuda itu merangkul pundak sahabatnya.

"Kalo suatu saat aku juga harus berakhir kayak Seobin, kamu gak boleh sedih haha.." Ricky tertawa. Namun tidak dengan Wonyoung dan juga Gyuvin.

Kedua orang itu memandang Ricky dengan tajam seolah tak terima atas apa yang baru saja pemuda itu katakan.

"Kamu gak sendiri, Ricky. Aku juga kalo kamu lupa." ujar Gyuvin dengan mimik wajah yang terlihat menahan kesal.


"Udah lah ayo lupain sejenak. Kita liatin bintang-bintang aja. Kapan lagi cuaca bisa sebagus ini, biasanya kan selalu mendung."

Ricky bergerak tidur diatas rumput diikuti oleh Wonyoung dan Gyuvin. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada banyak ketakutan tiap langkah yang mereka pijak. Terutama Wonyoung. Mereka tak pernah tau bahwa gadis itu juga dalam proses penyembuhan lukanya.

Ia menyukai Ahn Yujin, kakak tingkatnya.

Tidak, tapi Ahn Yujin juga menyukai Wonyoung. Namun takdir berkata lain sebab rupanya Ahn Yujin sudah dijodohkan dengan pria lain. Keduanya baru saja resmi menikah 4 bulan yang lalu.

"Semoga nanti kalau kita reinkarnasi, tetap temenan kayak gini." Ujar Wonyoung. Matanya mulai berembun dan suaranya terdengar serak.


"Aku harap waktu kita dilahirkan lagi nanti, kehidupan manusia udah jauh lebih baik dari sekarang dimana cinta gak ada batasan. Kita tetap jadi teman kayak sekarang, jatuh cinta, dan gak patah hati. Waktu dimana kita bebas mengekspresikan perasaan yang kita punya tanpa takut tentang pandangan orang lain." Ia berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin ketika dadanya terasa semakin sesak lantaran menahan tangis. "Aku selalu berdoa supaya kita bahagia selalu." lanjutnya.


Kalo sekiranya cerita ini gak serujangan di baca plis😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalo sekiranya cerita ini gak seru
jangan di baca plis😭

with you, gyuicky✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang