Hari terakhir

4 0 0
                                    

Hari dimana aku harus pamit dan pergi meninggalkan tempat itu.

Cerita ini mengandung bawang.

Aku harus pergi ke HO untuk mengembalikan laptop dan sekalian pamit pulang ke orang-orang di sana.

Aku dan Rifa berangkat pagi karna siang sekitar jam 12.30 wib aku harus naik travel Baraya untuk pulang menuju cimahi.

Hari ini cukup padat dan buru-buru takut ketinggalan naik travel. Sampai sana aku hanya memikirkan takut ga keburu  naik travel karna perjalanan menuju travel lumayan lama dan jalan ga mungkin selalu landai setiap harinya, apalagi ini daerah ibu kota. Ini membingungkan dan ga tau harus apa ketika telat datang ke sana. Kalo telat,apa aku harus pulang di jam berikutnya?

Sambil nunggu team IT dateng aku dan Rifa menyiapkan data yang harus di kirim ke mba Mega, serah terima tugas dan sekalian pamit pulang juga. Di sana lumayan sepi jadi ga begitu banyak orang yang harus aku temui.

Sebelumnya manager ku bilang kalau kita bisa pulang di hari senin siang atau sore setelah mengembalikan laptop. Tapi ada kemungkinan beliau lupa, entah lupa atau sengaja membuat kita bingung. Beliau bilang di hari jum'at sebelum ada acara bukber di kantor, kalau kita harus bantu beliau kerja sampai sore baru boleh pulang. Kenapa ga bilang kalau senin masih kerja? Bukannya sebelumnya bilang kalau kita senin hanya mengembalikan laptop terus pulang? Dan di situ saat pamit kita bawa hadiah untuk Mba mega dan manager ku, itu bentuk terima kasih kita selama ini karna sudah memberikan kesempatan bahkan ilmu dan pengalaman yang luar biasa. Tapi kita tetap kena omel, beliau marah besar dan bilang kalau kita yang salah. Posisi nya mba Mega dan manager ku sedang rapat, kita berdua sengaja masuk untuk pamit ke mereka karna takut ketinggalan travel. Di situ lah omelan dan ocehan nya berlangsung dan di saksikan mba Mega, aneh nya mba Mega hanya tersenyum geli melihat dan mendengar atasan kita mengoceh, padahal mba Mega tau yang sebenarnya seperti apa. Ini lah atasan ku yang selalu benar dan ga mungkin pernah salah.

Selesai pamit ke mereka kita berdua pun pamit ke yang lainnya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa aku temui untuk di ajak pamitan. Sedih saat mereka mulai menjabat kan tangan mereka dan mendoakan agar kita berdua bisa sukses di cimahi.

"Mba kita pamit ya mba" ucapku sambil berjalan menghampiri mereka satu persatu.

"Lah ko sekarang sih?"

"Kenapa harus sekarang?"

"Ehh besok aja disini dulu jangan buru-buru" kata mereka dengan tatapan kaget dan sedih.

Aku salut untuk bu Linda walaupun beliau atasan dari atasan ku. Beliau menghormati pamitan kita dengan berdiri dari tempat duduk nya sambil tersenyum ke arah kita.

"Sukses ya hati-hati kalian" ucapnya dengan tegas.

Sedih harus mendadak berpamitan ke mereka semua, banyak kenangan nya dan entah kapan bisa ketemu lagi.

"Jangan nangis dong, semangat" teriak dari salah satu di antara mereka.

Kita terus berjalan pulang dan naik KRL dilanjut naik gocar untuk bisa sampai ke travel. Ga lupa ambil semua barang bawaan di kostan, kita berdua pun ga sempat pamitan sama pemilik kostan. Hanya bisa mengembalikan kunci kostan dan bergegas pergi lagi.

Pengalaman berharga bagiku untuk bisa bertahan selama ini hidup di perantauan. Dengan usiaku yang masih sangat lah muda membuat ku kuat dan tau banyak hal tentang dunia kerja.

"Selamat ree, usai sudah perjalanan rantau mu ini. Sudah cukup banyak rintangan yang di hadapi tetap kuat dan semangat ya. Tunjukan setelah kamu bebas dari sini kamu bisa semakin sukses. Terimakasih semua, aku pamit" batinku sambil menatap jalan yang di lalui.

Hidup di perantauanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang