31

14K 344 27
                                    

Vote+koment nya jangan lupaaaa

Spam koment guys 🤗❤️

***

"DIAM LO BANGSAT!!" Karna emosi, Regan mengumpati raja yang mengatainya tadi.

"Gue gak bakal diem, Lo kenapa sih? Ngebet bener sama istri gue? Gak laku Lo? Sampe-sampe mau ngerebut istri gue." Ejek raja, Regan yang mendengarnya tentu saja merasa tersinggung, banyak gadis yang mengantre untuk menjadi pasangannya, tetapi ia hanya menginginkan Luna untuk menjadi miliknya.

"KENAPA MEMANGNYA KALAU SAYA MENYUKAI LUNA? BUKANKAH KAMU DULU KAMU SANGAT MEMBENCI DIA? TAPI MENGAPA SEKARANG, SEOLAH-OLAH KAMU YANG MERASA TERSAKITI? MEMANG LAKI-LAKI BRENGSEK KAMU RAJA!!"

"NGACA LO BANGSAT!" balas raja berteriak, ia tentu tidak terima dengan ucapan Regan sepenuhnya. Meskipun ada betulnya. Tapi, apa salah jika raja ingin memperbaiki kesalahannya dulu pada anak dan istrinya.

Regan berdecih, ia mulai geram. "Mulai detik ini, Lo sama keluarga Lo angkat kaki dari rumah gue," ujar Regan mengubah gaya bicaranya. Pertanda pria itu sudah tidak memikirkan apapun lagi.

Yang lainnya terbelalak, termasuk Sisil yang sudah gemetaran di tempatnya berdiri, berbeda dengan raja yang memasang senyum tipis. "Oke," kata pria itu. Lalu berjalan menuju Luna, meraih tangan mungil dengan lembut, mengecupnya sebentar lalu membawa ke Pipinya.

"Beresin barang-barang kamu sama heera. Kita pindah dari rumah ini," ujar raja lembut. Tidak ada nada tinggi pada katanya, berbeda saat ia berbicara dnegan Regan tadi yang meledak-ledak.

"Tapi ka--,"

"Cepet, sayang."

Melihat Luna sudah berjalan menuju kamar untuk melaksanakan perintah suaminya itu.

"Ciuh, lebih baik Lo cerain Luna, dari pada dia harus hidup susah sama Lo. Kalo sama gue, Udah pasti dia hidup enak sama gue." Ujar Regan, raja tidak menanggapi ia malah lebih memilih berbicara dengan sang ibu yang Mash syok.

"Raja, kita mau kemana? Hah? Mau jadi gelandangan kamu? HAH?" Tanya Sisil marah, ia tentu tidak terima dengan inj semua. Ini terlalu sulit untuknya.

"Tidak mungkin anakku akan hidup susah," tiba-tiba saja suara pria dewasa terdengar sebelum kemunculan laki-laki berjas mewah yang berjalan dengan gagahnya di dampingi putra bungsunya di sampingnya.

"pak Allesandro? Rayhan?" Tanya Randy heran. Kenapa rekan kerja ayahnya ada di sini.

"Pak Allesandro ngapain di sini? Dan putra? Maksud bapak? ...." Randy nampak tergugup, berbeda dengan Regan yang berdecih.

"Baguslah, kalau anda sudah di sini," ujar Regan, ia maju dan berjabatan tangan dengan Allesandro.

"Saya akan membawa putra saya," ujar Allesandro, ia menunjuk raja, lalu Ray yang berdiri di belakangnya.

Regan mengangguk, "ya, bawa saja." Ujar Regan.

Raja hendak menyela, tetapi Allesandro lebih dulu memotong ucapannya."Juga menantu dan cucu saya," lanjut Allesandro membuat tubuh Regan menegang.

"Dan kamu tidak bisa menghalanginya."

Allesandro lalu menatap Sisil, mereka saling bertatapan. "Tetapi, tidak untuk dia."

"Jadi, raja dan Ray itu anak kandung pak Allesandro?" Tanya Randy, pertanyaannya mewakili yang tidak tahu apa-apa.

***

Saat ini Luna beserta raja dan putrinya sedang berada di kamar mereka, lebih tepatnya kamar Luna dan heera.

Luna sedang membereskan barang-barang heera yang lebih banyak dari miliknya.

"Kak, kita mau kemana?" Tanya Luna, ia mendekati lemari yang satunya dan mengeluarkan barang-barang bayi milik heera.

Raja yang duduk di pinggir kasur berdiri dan mendekati Luna. Ia memeluk istrinya dari belakang, meletakkan dagunya di tulang selangka istrinya mencium harum rambutnya.

"Kamu tenang, aja. Aku udah siapin semuanya," ujar raja, tangan semakin bergerilya di bagian tubuh Luna. Membuat Luna sedikit tidak nyaman.

"Kak, ..." Tegur Luna, raja mengerti ia mengeluarkan tangannya dari kaos Luna.

"Sorry, yang."

"Yang?" Luna mengernyit. Raja mengangguk lalu tersenyum manis.

"Sayang," raja mengatakan membuat pipi Luna memerah.

"Kasih aku kesempatan, ya? Aku janji bakal berubah." Kata raja, ia membalik tubuh istrinya dan menarik tangan mungil Luna untuk ia kecup lalu di letakan ke Pipinya.

"Aku gak mau janji, kak. Aku mau bukti," ujar Luna, tersenyum. Lalu melepaskan dirinya dari sang suami, dan menuju toilet.

"HAH? JADI KAMU KASIH AKU KESEMPATAN KEDUA, YANG?"

***

"Maaf ya, apartemennya kecil." Ujar raja saat ia baru saja membuka kode apartemennya.

Luna tersenyum, lalu menggumam dalam hati. Mata nya menyusuri apartemen raja yang nampak mewah.

Huh kecil katanya? Dia belum pernah liat rumah aku di kampung ya?

"Kecil apa sih, kak. Gede gini juga."

Raja mengusap rambut istrinya itu. Ia bersyukur memiliki istri yang tidak banyak menuntut seperti Luna.

Raja termenung, ia memejamkan matanya sejenak. Entah apa yang menutupi matanya dulu sehingga tidak melihat Luna sama sekali.

"Kak," panggil Luna membuat raja yang sedang mengingat masa-masa di mana ia begitu kasar dan jahat pada Luna tergiang-ngiang di kepalanya.

"Maaf, yang. Dulu aku jahat banget." Ujar raja pada Luna.

"Kak, kapan masuknya? Capek tahu, aku gendong heera." Keluh Luna, raja terkekeh. Ia tahu Luna berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sorry yang," lalu ia mempersilakan istrinya untuk masuk kedalam.

Raja menutup pintu lalu mengikuti dari belakang. "Kak, kamarnya di mana? Aku mau nidurin heera. Kasian kalau gini terus, yang ada gak nyenyak tidurnya." Luna melihat heera beberapa kali merasa terganggu karna ia bergerak kesana-kemari.

Raja menarik tangan istrinya lalu mengajak mereka ke ruangan dimana kamar nya berada.

"Yang kamu tau gak?"

"Enggak," jawab Luna dengan wajah polosnya.

"Aku belum selesai, yang. Jangan di penggal dong."

"Iya-iya, maaf."

"Kamu cewek pertama yang aku ajak kesini." Ujar raja bersungguh-sungguh.

Tetapi Luna tidak gampang percaya, mengingat tabiat suaminya yang cukup nakal.

"Emang iya?" Raja mengangguk semangat menjawab pertanyaan Luna.

"Kamu gak percaya, yang?"lirih raja.

"Percaya, udah, ah. Sana mandi terus tidur. Udah malem. Aku mau nyusuin heera. Kasian kebangun nih." Luna menunjuk bayi perempuannya yang nampak menarik-narik bajunya. Sesekali bayi itu tertawa.

Raja tidak menuruti Luna ia malah mendekati Luna yang sedang memangku heera dan mulai menyusuinya.

"Kak," tegur Luna karna malu melihat tatapan mata suaminya.

"Kamu gak mau nyusuin aku juga?" Tanya raja gamblang. Luna refleks menabok mulut suaminya itu.

***

LUNA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang