Chapter I

2.1K 220 18
                                    

italic = flashback


***



Salah satu keinginan Doyoung saat ia masih kecil adalah menikah sebelum berumur tiga puluh tahun. Dan dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa laki-laki yang ia nikahi adalah So Junghwan, teman masa kecil sekaligus orang yang terus menemaninya hingga penghujung masa sekolah.

Perpisahan keduanya terjadi saat Junghwan memutuskan untuk kuliah di luar kota, jauh dari Iksan dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk mencapainya.

Ingatan tentang bagaimana keadaan mereka belasan tahun lalu sebenarnya masih terukir jelas di kepala Doyoung, bagaimana ia menangis keras karena dari semua orang yang ada di sekitarnya, dirinya tidak pernah siap untuk kehilangan Junghwan, sahabat satu-satunya.

Seharusnya Doyoung ikut pergi keluar dari sana, desa di sudut kota kecil yang menyesakkan karena di dalamnya kebanyakan diisi oleh orang tua berpikiran kolot. Tapi Junghwan justru pergi lebih dulu, meninggalkan Doyoung sendirian di belakang.

***

Satu minggu sebelum ujian masuk universitas diadakan, keduanya memutuskan untuk pergi ke ujung pantai yang sepi, nyaris tidak ada orang selain mereka berdua.

"Kita harus refreshing sebelum ujian." Ucap Doyoung sambil berjalan mundur, matanya menatap Junghwan yang ada di depannya.

"Harusnya gak kesini, pantai udah terlalu sering kita datengin." Balas Junghwan, Doyoung menggeleng pelan.

"Pantai sana, kalau di sini kan jarang." Sanggah Doyoung kemudian.

Junghwan tertawa pelan, kedua tangannya terlihat sibuk menenteng alas kaki milik Doyoung, juga miliknya.

"Persiapan ujian kamu udah berapa persen?" Tanya Junghwan.

"Enam puluh? Masih ada satu minggu, aku bisa kejar empat puluhnya nanti."

Langkah Doyoung berhenti di salah satu batu besar yang ada di pinggir pantai, setelah memastikan bahwa batu karang itu kering, ia duduk di atasnya, tidak lupa menyisakan ruang yang cukup untuk Junghwan tepat di sebelahnya.

"Kalau kamu? Udah berapa persen?" Doyoung balik bertanya.

"Seratus dua puluh."

Doyoung tertawa keras mendengar jawaban Junghwan, "Segitu pengennya kamu pergi dari sini?" Tanya Doyoung lagi, ia kemudian menoleh ke arah Junghwan yang duduk di samping, sahabat terbaiknya terlihat tampan dengan kaos putih dan flannel biru cerah sebagai luaran, rambut hitam yang sedikit lebih panjang dari miliknya juga terlihat makin bersinar di bawah cahaya matahari, dan jangan lupakan angin laut yang berhembus kencang membuat surainya seakan menari kesana kemari.

Junghwan belum menjawab tapi tangan Doyoung terlebih dahulu bergerak, merapikan rambut yang menutupi hampir seluruh matanya. "Terakhir cukur kapan sih? Pas foto buku tahunan kayaknya rambutmu gak sepanjang ini?"

Yang lebih tinggi akhirnya menoleh, ikut menatap Doyoung yang terlihat bingung di sebelahnya. "Lupa." Jawabnya singkat, tangannya lalu bergerak meraih milik Doyoung yang ada di wajahnya.

Keduanya kembali diam tapi tangan Junghwan masih bergerak, berusaha membungkus jemari kecil Doyoung yang terasa dingin karena kuatnya angin laut.

"Gimana kalau cuma kamu yang lolos?" Tanya Doyoung tiba-tiba, karena mereka berdua tahu bahwa kemampuan Doyoung memang berada di bawah Junghwan.

Doyoung tidak bodoh, tapi ia juga tidak sepintar itu untuk percaya diri akan diterima di universitas yang ada di pusat Ibukota.

Buttercup [Hwanbby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang