Happy reading
.
.
.
.
.
.
🚭🚭🚭malam hari kemudian
"pa ma, bngun" ucap Ardan berusaha membangunkan kedua orang tuanya, pasalnya jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas, kan tidak lucu jika mereka telat memberi kejutan pada kakak perempuan satu satunya yang paling baik sama dia,
"paa maa, udah jam setengah dua belas ish," kesal Ardan pada kedua orangtuanya yang masih terlelap, ia sudah mencoba membangunkan keduanya sedari lima menit yang lalu, namun mereka tak kunjung bangun membuat ia lama lama jengkel,
"papa mama, Ardan nangis nih, hiks papa mama huwee, bangun" rengek Ardan yang membuat keduanya segera bangun, tak sia sia dia mengeluarkan rengekannya yang limited edition, hah padahal setiap mau apa apa dia ngerengek dulu
"aduh bayinya mama kenapa nangis?" ujar mommy Diana yang masih berusaha mengumpulkan nyawa namun tangannya tetap marah tubuh Ardan yang duduk diantara kedua nya,
"lagian mama sama papa ngga bangun bangun, kan Ardan kesel jadinya" jelas Ardan membuat keduanya terkekeh,
"ngambek nih ceritanya? emangnya bayinya papa mau ngapain bangun tengah malam begini?" tanya sang papa justru membuat Ardan semakin kesal, bagaimana bisa mereka masih menanyakan maksud ia yang membangunkan nya tengah malam, apakah mereka lupa anak perempuan satu satu nya mereka mau ulang tahun? apakan keduanya sudah terlalu tua hingga melupakan ulang tahun anak sendiri? tapi kalau udah tua kenapa mama nya masih cantik tapi kalau awet muda kenapa papa nya jelek? hehe canda, kalau papanya jelek tidak mungkin Abang pertamanya sangat tampan,
"papa sama mama lupa? tadi kan udah Ardan bilang, Ardan mau kasih kejutan buat kak Sofia," jelas Ardan dengan kekesalan yang hampir meledak,
"maaf ya, mama lupa" Sang mommy menjawab dengan kekehan pelan,
"papa juga minta maaf ya" lanjut sang Daddy
"kalau mama ga papa, tapi kalau papa harus jajanin Ardan coklat baru Ardan maafin, ok" balas Ardan membuat penawaran yang menguntungkan nya,
"ok" balas sang Daddy dengan enteng
"kalau gitu mama sama papa ambil kue ya, biar Ardan bangunin Rey sama bang Bryan," ujar Ardan sembari turun dari pangkuan mommy nya dan berjalan keluar kamar setelah mencium pipi sang mommy,
"papa nggak dicium juga?"
"Ndak" balas Ardan setengah berteriak
🔞🔞🔞
"aish, jalannya pelan pelan, nanti kak Sofi keburu bangun duluan," kata Ardan memperingati Abang nya, sedangkan abangnya yang sedari tadi diam hanya mengiyakan, padahal yang dari tadi jalannya berisik dia sendiri, bisa bisa nya nyalahin orang lain pikir Rey dengan pasrah
ceklek
"kak Bryan nyalain lampu,biar Ardan bangunin kak Sofi," ujar Ardan setelah membuka pintu dan berjalan mendekati ranjang,
" kak Sofi, bangun" kata Ardan sembari menggoyangkan tubuh kakak perempuannya agar cepat bangun, saat Sofia sedang mengumpulkan nyawa nya
1
2
3
"kak Sofi udah bangun?"
"hm, ada apa sayang?"
"happy birthday kak Sofi" kata Ardan dengan semangat
"ih papa mama, ayo dong Ardan hitung, satu dua tiga"
"happy birthday sayang/dek/kak" kata mereka serempak, kemudian kedua orang tua merek maju dengan kue ditangan sang Daddy,
"Ardan, biar Ardan aja yang bawa kue" kata Ardan semangat sembari mengambil alih kue dengan angka 18 diatas nya, kini Ardan berada diantara kedua orangtuanya dengan kue chese ditangan nya
"nyalain apinya Rey"
"hm"
"kak sofi bentar, jangan ditiup, make a wish dulu" kata Ardan sembari menghalangi lilin yang sudah nyala dari tiupan kakak nya, orang belum doa udah mau ditiup aja,
"haha okey" kata Sofia dengan tawanya, merasa gemas dengan adiknya yang kesal
prok
prok
prok
"doa terbaik untuk mu sayang" ujar sang mommy sembari mencium pipi kanan Sofia
"potong kue nya nanti ya, sekarang Poto dulu, ini kak Sofi pegang kue nya, trus mama cium pipi kanan kak Sofia, papa pipi kiri, okey" ujar Ardan mengarahkan,
"bang Bryan disamping kiri papa, Rey disamping kiri mama, ya" lanjut Ardan sembari membuka penutup kamera yang tadi di bawa Rey,
"loh, adek?"
"Ardan nanti, sekarang kalian dulu" kata Ardan sembari mengatur kamera agar pas
"Ardan hitung sampai tiga, bang Bryan senyum, Rey jangan liat kamera, semua liat kak Sofi sambil senyum ya, papa sama mama cium kak Sofi, satu dua ti ga," ujar Ardan mengarahkan mereka
ceklek
"tuhkan, Ardan emang fotografer profesional, hehe" kekeh Ardan bangga dengan hasil jepretannya yang pas
setalah mengambil beberapa jepretan, Ardan menaruh kameranya dimeja dan berkata, "tunggu, Ardan keluar bentar,"
tak lama kemudian Ardan kembali dengan salah satu bodyguard
"om tolong fotoin ya, ini" kata Ardan sembari menyerahkan kamera dan diterima oleh bodyguard itu, mana berani dia menolak nya
segera Ardan menyempil ditengah Sofia dan sang mommy, "Ardan disini ya?" kata Ardan
"tentu sayang" balas sang mommy sembari mengusak surai hitam Ardan,
mereka berfoto hampir setengah jam, baru pertama kali ini dia merayakan ulang tahun dengan sederhana sebelum besok malam ulang tahunnya dirayakan dihotel bintang lima, biasanya dia merayakan dengan mewah di hotel atau vila, dengan kue bertingkat dengan tinggi mencapai satu meter, sungguh ulang tahunnya kali ini terasa sangat berarti walau pun sederhana, dan itu semua berkat si bungsu mereka yang memberi ide pada, mana mungkin ide ini dari Abangnya ataupun dari Rey, lebih mustahil lagi orang tuanya, mereka terlalu sibuk dan pecinta kemewahan, mereka tak mungkin kepikiran untuk membuat kejutan sederhana seperti ini, pikir Sofia dengan penuh ucapan terima kasih pada adik bungsunya yang telah hadir dikeluarga mereka dan memberi berbagai warna pada keluarga mereka yang monoton dan terlalu cinta dengan kemewahan hingga tak tau rasanya kesederhanaan yang dapat membuat mereka menghargai segala waktu yang diberikan untuk berkumpul bersama, serta membuat mereka paham bahwa ternyata kebersamaan lebih mahal dari apapun, mereka memang bisa membeli segalanya dengan uang, namun tidak dengan waktu yang telah terlewat untuk kumpul bersama, mereka akan lebih menghargai waktu bersama selagi masih diberi kesempatan untuk barsama.
.
.
.
.
.
TAMATThank you for reading this my short story
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Boy
FantasíaTentang seorang pemuda broken home yang jiwanya nyasar ke tubuh remaja yatim piatu yang tinggal dirumah bobrok pinggiran kota, bagaimanakah jadinya jika seorang berandalan memasuki tubuh adik laki laki dari protagonis novel yang pernah di baca nya? ...