[⚠️harshword, nsfw]
━━━━━━━━━━━━━━Jarak dari rumah ke kafe 'MAIMO' ternyata lumayan jauh. Kami harus berbelok dua kali di pertigaan sebelum menyebrang jalan raya.
Kafe itu sangat ramai, terlihat dari balik dinding kacanya. Menampilkan manusia-manusia yang sedang asyik berbincang ditemani secangkir kopi panas. Tempat yang cocok untuk para pecandu kopi.
Alex melewati pintu kaca otomatis di depannya. Ia melihat sekeliling, berharap yang dicari segera menunjukkan batang hidungnya. Aku menghela napas pelan. "Tenanglah Lex, kita duduk dulu. Jangan sampai menarik perhatian pelanggan disini," kataku sambil berjalan menuju meja di dekat jendela.
Barista yang sedari tadi fokus mencipta karya di secangkir macchiato itu menyadari kehadiran kami. Ia berbincang sebentar dengan orang di sebelahnya dan langsung menghampiri kami.
"Artha Kim? Ah, apa harus memanggilmu Axel?" Seringainya menggodaku. "Dalton?" tanyaku. Dia tersenyum lagi. Alex yang terkejut langsung berdiri dan menarik kerah baju Dalton. "Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!" Sentakan itu membuat beberapa pelanggan di sana mengarahkan atensinya ke sumber suara. Yang ditarik kerah bajunya hanya terkekeh geli.
"Oh tuan, bisakah kita bicara dengan santai? Secangkir latte mungkin lebih baik daripada sebuah pukulan?" tanyanya sambil melepaskan cengkraman Alex. Alex perlahan melepas cengkeramannya lalu kembali duduk.
♪ ♪ ♪
"Tak kusangka kalian akan datang lebih cepat dari yang kuprediksikan." Dalton menyuguhkan dua cangkir latte panas ke hadapan kami sambil menarik kursi kosong di sebelahnya. Dia duduk dengan santai dan melihat ke arahku dan Alex bergantian.
Sebuah kebetulan yang sempurna kami datang sepuluh menit sebelum kafe ditutup. Jadi kami bisa berbincang dengan leluasa tanpa perlu dicurigai pelanggan kafe. Alex menyesap latte nya, kemudian memujinya karena sangat enak. Sedangkan aku masih terbayang memori tragis yang terjadi tadi malam.
"Harusnya kakakku mengatakan dari awal ya. Entah apa tujuannya memanipulasi ingatan kalian, aku sendiri pun tak tahu." jelas Dalton sambil memainkan cangkir kopinya.
"Sesuai apa yang dikatakan oleh kakakku bahwa perang besar kedua klan akan terjadi itu memang benar. Beberapa saat terakhir, aku sering melihat beberapa serigala berkeliaran di kota. Aku sendiri pun sedang menyelidiki apa yang terjadi. Tetapi aku membaca bahwa sebentar lagi bakatmu akan terlihat."
"Dia sangat bodoh."
"Coba ulang perkataanmu sekali lagi lalu kupukul kepalamu!"
"Saudara kembar memang berbeda ya," katanya sambil tertawa. Latte di gelasnya hampir habis. "Yang terpenting sekarang kalian harus lebih waspada. Nekros mungkin membuka portal dunia paralel karena yah ... kau tahu kan Lex, dia penyihir." Alex mengangguk pelan. Matanya menatap tajam ke arahku. "Aku penasaran, kekuatan seperti apa yang dimiliki oleh seorang Axel."
"Apapun itu pasti akan menakjubkan." jawab Dalton sambil tersenyum. Ah, adikmu sangat murah senyum ya, Ed? Beda sekali denganmu.
♪ ♪ ♪
"Baiklah, kurasa kami harus segera pulang."
"Latte mu enak. Mungkin aku akan memesan di lain waktu."
"Tentu saja! Mampirlah sesekali!"
Sebelum pulang, Dalton memberi kami beberapa biji kopi. Katanya sebagai penangkal mimpi buruk. Ah konyol sekali, mana ada yang percaya dengan takhayul seperti itu? Tapi Alex menerimanya (setelah melempar tatapan tajam padaku) karena bau biji kopi itu sangat enak. Kami hendak keluar dari kafe itu sesaat sebelum aku merasakan dan melihat jantung Dalton yang tiba-tiba berdetak lebih kencang. Tunggu? Apa itu barusan?
Dalton berlari dengan tergesa menghampiri kami. Aku berbalik saat dia menarik tanganku.
"Kau ... tidak akan berkhianat kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ημίαιμος (HALF BLOOD) | DAY6
Fanfictionjurang kematian itu sudah dekat. aku bersiap untuk kemungkinan terburuk dalam hidupku. segalanya berubah sejak aku bertemu dia. ⚠️tw: blood, murder, harshword