BAB 50: Suka Cita (END)

77 5 0
                                    

Rajendra Bimantara—Ayah dari Danar—sampai turun tangan langsung untuk meminta maaf atas perilaku sang anak. Beliau meluangkan waktu, datang ke Indonesia hanya untuk melakukan hal tersebut. Betapa malunya ia sebagai seorang ayah, mendapati laporan dari Prayan dengan bukti-bukti yang ada. Setelah ini, Rajendra berjanji akan mengawasi anaknya secara langsung meski dimonitor dari Negara tetangga. Kelakuan Danar sangatlah kekanakan. Pria itu dengan terpaksa—sebab desakan dari sekitar bahkan istrinya sendiri—untuk mengucapkan maaf kepada Hening dan Raga. Tenang saja, Nila akan menjamin semuanya. Tentu, dengan ikhlas pula pasangan itu memaafkan, baiknya begitu kan? Bahkan keduanya dengan senang hati membagi dua uang 9 Triliun yang seharusnya menjadi hak sepenuhnya milik Hening dan Raga.

Menerima keadaan adalah dua kalimat yang selama ini sangat sulit bagi Hening dan Raga hadapi. Dulu, keduanya masih mencoba untuk mencari jalan pintas lain, mereka memilih menghindar dan membiarkan sesuatunya begitu saja. 'Ah, biar semesta yang mengurusnya.' Padahal peranan manusia untuk memilih juga penting dan akan menentukan bagaimana mereka berdamai pada akhirnya.

Namun, Hening dan Raga hanyalah manusia biasa yang masih terus berproses. Tidak dapat pula menyalahkan keputusan mereka apa lagi marah dengan keadaan yang digariskan. Seperti sekarang, beberapa bulan telah berlalu, dua sejoli itu sudah mulai bisa saling jujur dan terbuka satu sama lain.

Semua akan berbuah manis pada waktunya.

Temaram lapangan milik Desa setempat untuk seminggu ke depan tergantikan dengan keramaian orang-orang yang memadati area dan banyak pula yang berjualan makanan ringan, yang menjadi simbolik adalah arum manis warna-warni, banyak anak kecil yang menyerbu sang penjual. Wahana sederhana seperti pancing ikan, melukis, bianglala, kora-kora dan lainnya berhasil memeriahkan suasana di sana. Dominan teriakan dan mereka yang sedang bersenda gurau, jika diperhatikan kebanyakan yang datang bersama dengan keluarga masing-masing, juga sepasang kekasih.

"Wih kena dong akhirnya! Asik, mana Bang boneka teddy bear yang paling besar!" seru Aden yang sudah merogoh kocek hampir lima puluh ribu hanya untuk satu wahana membidik kaleng. Incarannya adalah boneka beruang putih berukuran jumbo. Hari ini dia cukup beruntung sepertinya, lumayan mencari muka di depan gebetan, Mulan. Gadis di sebelahnya tampak mengulum senyum senang setelah menerima boneka, ia sampai sedikit kesulitan membawa benda itu.

"Terima kasih, Den." Malu-malu suara yang halus itu tertangkap oleh Aden. Mulan memeluk erat boneka pemberian laki-laki di sebelahnya dengan perasaan bahagia.

Aden berdeham menjaga sikap sambil mengangguk pelan. "Ayo mau main apa lagi? Nanti aku bakal menangin hadiahnya, khusus buat kamu Mulan, rela kuterobos semua lapak abang-abang di sini."

Ucapan Aden barusan berhasil mengocok perut Hening yang berdiri selangkah di samping kiri, dia dan Raga sedang menunggu jasuke alis jagung susu keju yang sedang diramu oleh Abang penjual. Tawa Hening tidak bisa lagi ia tahan karena mendengar kalimat gombal dari Aden. "Aduh, bisa diabetes tambah sakit perut kalau lama-lama dekat mereka, ayo Mas, kita melipir ke tempat lain aja," ajak Hening setelah pesanan mereka jadi, seraya menarik pelan lengan Raga. Mana Aden dan Mulan menggunakan sweater couple berwarna merah muda pula, ada tulisan dan tanda panah saling menunjuk di sana bertuliskan 'milikku', padahal belum resmi jadian. Itu kalau posisi mereka bertukar, bisa-bisa tanda panahnya menunjuk ke orang lain. Aneh-aneh saja.

Raga terkekeh seraya menggeleng pelan, ia membayar dengan uang pas lalu kuasanya menerima dua pesanan jagung hangat milik mereka. Dia mulai berjalan menjauh mengikuti langkah sang kekasih menuju bianglala. Area pasar malam tidaklah terlalu luas, tetapi sangat cukup untuk hiburan malam orang-orang yang datang. Udara dingin di sana tidak terlalu terasa karena Hening dan Raga memakai jaket tebal, sebetulnya penampilan mereka pun tanpa disengaja tampak berseragam meski tidak seheboh pasangan sebelah.

MitambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang