Chapter 22

731 83 30
                                    

Akhir pekan ini, Erwin menatap teman-temannya yang berkumpul di lapang belakang sekolah tempatnya di lapang voli yang biasa ia gunakan untuk mengikuti ekstrakurikuler. Beberapa di antara mereka membawa banyak hadiah layaknya orang yang akan pergi ke acara pernikahan. Erwin memakai jas hitam yang sangat rapi dengan rambut yang juga di tata sehingga menjadi lebih rapi padahal sebelumnya sudah sangat rapi.

"Baiklah" ucap Mike, menatap mereka semua lantas menyatukan kedua tangannya. "Mari kita meminta pertolongan kepada dewa-dewi untuk selalu menyertai kita dalam acara atas permintaan maaf ini"

Semua orang berposisi layaknya berdoa, tampaknya hanya Armin lah yang merasa bahwa ia sedang salah dalam pergaulan, kenapa mereka tampak seperti orang gila? Memangnya ini acara nikahan pengantin yang akan di antar menuju ke rumah wanita nya?

Sementara itu di tempat Levi, yaitu rumah Zeke yang sangat besar tidak jauh berbeda dengan rumah miliknya. Karena orang tua Zeke adalah seorang pengusaha. Terlihat Levi, Zeke, Farlan, Oruo dan Hange berkumpul di halaman rumah sambil mengobrol santai sesekali bernyanyi dengan Zeke yang memainkan gitar. Mereka menikmati Minggu pagi yang sangat indah.

Namun obrolan mereka terhenti ketika ada nomor tak di kenal yang menelepon Levi.

"Siapa?" tanya Zeke, menoleh ke arahnya dan menghentikan petikan gitarnya.

"Tidak tahu" jawab Levi, menunjukkan nomor tak di kenal.

"Sudah, tidak penting, paling-paling penipu" ceplos Farlan.

Oruo berdecak. "Angkat, siapa tahu penting, kalau beneran penipu ya tinggal tutup saja teleponnya"

Akhirnya Levi lebih memilih saran dari Oruo, ia segera mengangkat telepon tersebut dan berbicara.

"Halo?"

"Levi, kamu sedang ada dimana sekarang?"

Levi mengerutkan dahi nya, ia menatap layar handphone sejenak sampai akhirnya kembali bicara.

"Ini siapa? Bagaimana bisa mendapatkan nomorku?"

Terdengar helaan napas di seberang sana. "Aku.. aku salah satu karyawan di tempat kerjamu, ingin mengantar barang yang ketinggalan!" ujarnya tiba-tiba.

Levi sebenarnya merasa familiar dengan suara tersebut, namun ia tak tahu pernah mendengarnya dimana, mungkin saja ia benar-benar karyawan di tempat Levi bekerja. Akhirnya Levi memberikan alamat rumah Zeke karena ia sedang ada di tempatnya.

"Siapa?" tanya Farlan penasaran.

"Karyawan di tempat kerjaku. Katanya ada barangku yang ketinggalan, dia mau mengantarkannya"

Hange terkekeh. "Baik juga dia"

Mereka kembali mengobrol dan bercengkrama. Levi mencoba memancing mereka untuk bercerita tentang apa yang mereka lakukan di sekolah. Namun jawaban mereka tampaknya tidak ada yang menarik, kalau tidak bolos ya belajar. Sekolah menjadi sangat membosankan bagi mereka. Zeke berkata bahwa mereka layaknya band yang kurang personil karena Levi tidak ada.

Levi tertawa. "Aku berharap bisa kembali bersekolah, tapi aku harus melanjutkan belajarku di rumah" ujarnya.

"Orang yang mengajarmu masih ada di rumah?" tanya Farlan.

"Onyankopon? Tidak tahu, dulu sih hampir setiap hari datang ke rumah" jawabnya.

Farlan mengangguk, namun ketika ia akan kembali melontarkan pertanyaan, ada suara deru mesin motor yang amat berisik di luar gerbang pintu rumahnya. Levi dan yang lainnya saling berpandangan dengan wajah bingung.

"Apa ada geng motor di depan rumah?" Zeke bertanya-tanya, namun tak ada satupun teman-temannya yang mampu menjawab pertanyaan itu.

Tepat setelah Zeke bertanya, ada seorang satpam yang berlari ke arah mereka dan berujar dengan cepat. "Ada orang yang mau lamaran di depan, ramai sekali!"

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang