[7] Tetap Senyum Walau Pun Sakit

301 151 1K
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

Terbuka untuk krisar atau penandaan typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tetap senyum meski tertolak part 23."- Nando.

...

Brosur pendaftaran calon ketua OSIS dan wakil ketua OSIS pagi itu telah dibagikan ke setiap kelas. Rega melihat brosur di tangan Rain, dapat ia lihat wajah Rain tampak tak berminat untuk mendaftarkan diri. Sebenarnya bukan hanya sang ketua kelas yang tidak berminat sama sekali untuk mendaftarkan diri, seisi kelas pun tampak tak berminat untuk melibatkan diri menjadi bagian dari pada OSIS.

Sepeninggalan anggota HUMAS OSIS, selain Rega, tak ada satu pun siswa yang mendekati Rain sekadar menanyakan waktu pendaftaran atau kapan penutupannya. Mereka kembali menyibukkan diri dengan permainan mengejar tarzan yang membuat kelas jauh dari kata tenang.

Ini sudah hampir 2 tahun dirinya sekelas dengan 28 siswa yang wajahnya tak berubah. Sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan dari teman-temannya. Tetap memegang teguh prinsip kebebasan layaknya tarzan. Tak heran jika mereka dijuluki sebagai kelas hutan. Jangankan siswanya, wali kelasnya pun sangat cinta kebebasan. Hanya Rega satu-satunya siswa kelas hutan yang rajin diperbudak oleh OSIS.

"Minat, Re?" tanya Rain pada gadis yang merupakan partner duduknya di semester ini.

"Nggak. Tapi kalau seandainya aku daftar, kalian bakal milih aku nggak?"

"Nggak."

"Loh kenapa? Aku kira pertemanan kita seperti martabak spesial, ternyata sebatas martabak saja, spesialnya buat orang lain."

"Alay, ah. Nanti kalau kamu naik, pasti anggotanya banyak dari kelas kita."

Rega tertawa kecil. Ketua kelasnya sangat mengenal dirinya. Brosur di tangan Rain, digulung kemudian dilempar keluar jendela. Sungguh tak ada harga dirinya brosur pendaftaran tersebut.

Rega mengetuk jarinya di atas meja, tampak berfikir apa yang harus ia lakukan untuk membantu Ayana. Sungguh, ia sama sekali tidak bisa mengambil cara yang diusulkan oleh Ayana. Boro-boro menjadi ketua OSIS, jadi tim bantuan saja kepalanya sudah sakit.

"Rain, kamu nggak ada info tentang lomba tata boga gitu?"

"Kenapa? Mau ikut? Tapi bukannya kamu anak klub seni?"

"Bukan buat aku."

"Buat klub tata boga? Hobi bener direpotin sama mereka."

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang