°11 Storm

1.6K 164 26
                                    

Pemandangan kamar dengan nuansa classic, ruangan luas yang begitu tampak rapi seperti jarang tersentuh. Warna hitam, putih, abu yang bercampur mendominasi, sebuah keyboard berukuran besar terletak menghadap sebuah kaca jendela yang tertutup tirai. Kasur berukuran queen size juga berada ditengah-tengah ruangan. Rak besar yang mengelilingi hampir setengah kamar, dengan buku-buku tebal juga mengisi penuh kamar sederhana ini. Tampak buku-buku berbahasa inggris, maupun Indonesia bercampur menjadi satu. Kebanyakan buku mengenai kedokteran, sedangkan yang lain hanya novel-novel biasa bergenre komedi romantis. Jadi, tau darimana selera humor si pemilik.

Masih sama dengan aroma aquatic dan lily menyatu menjadi begitu kuat. Seolah ada aliran air yang menyatu dengan hamparan bunga disebuah tengah lapang yang luas. Kenyamanan yang terasa itu membuat gadis yang sedang merebahkan diri menikmati ketenangan.

Aroma hoodie dengan gambar beruang ber-skateboard itu membuat Gracia menikmati keheningan, malam sudah berlanjut namun gadis yang sibuk di meja kerjanya tak kunjung datang. Sibuk berkutat dengan laptop sambil jemari yang terus mengetik tanpa henti. Sesekali Gracia menoleh kesana kemari, memaksa mata untuk terbuka karena sejujurnya rasa kantuk sudah mulai menyerang.

Sedang yang sibuk berkutat dengan laptop itu juga sudah menguap beberapa kali, berakhir ia melirik jam dinding di atasnya. Tepat pukul satu malam. Shani bersandar sambil merosot kan tubuhnya sejenak, menghela nafas panjang. Layar dari laptopnya baru tersadar begitu terang diantara ruangan yang remang-remang. Akhirnya ia memutuskan untuk menyimpan semua pekerjaannya dan menutup benda tersebut. Ia bangkit dan membereskan berkas-berkas yang ia bawa dari rumah sakit sebagai tugas. Dia tidak ingin Keli memiliki tugas yang berat ketika tidak ada dirinya, Shani tidak tega.

Berbalik dan ingin menuju ranjangnya, Shani dibuat terkejut dengan Gracia yang duduk bersila sambil menghadap dirinya.

"Kaget, Ya Allah."

"Kak.. Lama banget sih."

"Kan aku nyuruh kamu tidur duluan, Ge." Shani akhirnya naik dan duduk berhadapan dengan Gracia.

"Ga bisa... Ga ada temennya."

Shani terkekeh gemas melihat ekspresi Gracia yang ditekuk sambil sedikit menunduk, memainkan kain hoodie yang tampak kebesaran itu. Berjam-jam dengan berdiam diri seperti ini tanpa Shani sadari pasti gadis itu sudah bosan mampus dan mati-matian menahan kantuk, Shani tidak tega. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi gadis itu. Rasa bersalah menyerang perasaan Shani saat ini. Dia terlalu fokus mengerjakan pekerjaannya sampai tidak sadar jika gadis dalam kamarnya ini tak kunjung terlelap.

"Maaf ya. Sekarang tidur sama aku."

Gracia menggeleng. Digenggamnya tangan Shani yang masih setia mengelus pipinya, lalu ia menatap Shani. Mata yang tampak lelah berjam-jam menatap layar laptop itu pasti sedang merasa lelah dan mengantuk berat. Tujuannya Gracia menemani Shani pulang adalah membuat gadis itu menjauhi seluruh pekerjaannya, namun rasanya percuma saja jika Shani tetap melakukan lembur sampai tengah malam seperti ini.

"Kenapa minta maaf. Kan aku yang susah tidur, aku ngerepotin kamu." Gracia memainkan jemari lentik Shani. "Lagian kak Shani bukannya libur, malah tetep lembur. Apa bedanya.." Shani menarik Gracia tiba-tiba, sampai saling merebahkan diri. Mereka menatap satu sama lain dengan Shani yang masih setia menunjukkan senyumannya.

"Pertama Gracia ga pernah ngerepotin Shani." Diciumnya pundak tangan Gracia. Menatapnya dengan penuh ketulusan. "Kedua, aku sengaja bawa tugas aku dari rumah sakit biar Keli ga kesusahan. Janji kok, malem ini aja ngelembur nya." Gracia mengangguk mencoba menerima pernyataan Shani. Dia tidak akan terlalu mengekang tugas Shani sebagai kepala unit, karena pasti akan banyak sekali pekerjaan jika dibiarkan menumpuk. Malah nanti jatuhnya Shani juga akan kerja lebih keras lagi jika sudah kembali ke rumah sakit.

AMERTA & KAHARSA || greshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang