Pagi pun tiba, mentari pagi sudah mulai menyinari, begitu pula dengan Rian yang sudah terbangun dari tidurnya. Ia berjalan keluar dari kamarnya, dan cukup terkejut saat mendapati Yuuna tengah memasak sarapan untuknya.
"Kamu, udah mulai masak aja ya."
"Iya! Biar kita enggak harus nunggu beli lagi, hehe," ucap Yuuna dengan antusias.
Rian lanjut berjalan, mendekat kearah Yuuna. Seraya meregangkan seluruh tubuhnya, Rian pun bertanya, "jadi, kamu masak apa?"
"Aku masak nasi goreng."
"Owhh ..." Rian merasa senang dengan itu. Namun, ada sesuatu yang terbesit dipikirannya, "Moga nasibnya gak kek gw yang bikin nasi goreng kuah minyak dah ..."
Yah disamping itu, Rian benar-benar merasa senang karena Yuuna benar-benar mau belajar. Ia lalu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, meninggalkan Yuuna untuk memasak sendirian.
Singkat cerita, Rian sudah selesai dengan mandinya, ia juga telah mengenakan pakaian yang sekiranya cocok untuk dipakai keluar. Kini, ia sedang duduk dimeja makan bersama Yuuna, hidangannya pun telah berada di depan mata Rian. Dilihat dari penampilannya sih, sepertinya tidak ada keraguan dinasi goreng itu, namun tetap saja ia harus mencobanya terlebih dahulu.
"Aku ... makan, yah?"
Yuuna mengangguk dengan antusias. Rian kini telah siap untuk memakan hidangan dari Yuuna. Ia lalu mulai memakannya, dimulai dari suapan pertama. Namun apa yang ia dapatkan justru kebalikannya. Awalnya yang Rian kira bahwa nasi goreng ini akan sama buruknya dengan buatan Rian, justru jauh lebih enak dari ini. Yuuna yang melihatnya kegirangan, matanya berbinar seakan senang karena ia berhasil membuatnya.
Yah, pada akhirnya mereka berdua sarapan dengan lahapnya. Singkat cerita, sarapan telah usai, Yuuna juga telah selesai mandi dan mengenakan pakaiannya, untuk kemudian duduk di sofa, kembali disamping Rian. Mengeringkan rambut Yuuna kini sudah menjadi kebiasaanya sehari-hari sehabis Yuuna mandi. Apa Rian tidak mau Yuuna mengeringkan rambutnya sendiri?
"Yuuna ... kamu tau 'kan kita bakalan ngapain?"
"Mau keluar, 'kan?"
"Benar. Tapi, apa kamu yakin mau keluar dengan rambut kayak gini? Mending kamu ikat deh."
"Aku ... gak bisa ngikatnya ..."
"Gusti—"
Mendengarnya, Rian berinisiatif untuk mengikat rambutnya setelah selesai ia keringkan. Dengan berbekal pengalamannya mengikat rambut adiknya, Rian sepertinya dapat diandalkan.
Sesi mengeringkan dan mengikat rambut Yuuna kini telah usai. Kini, Yuuna terlihat cukup cantik dengan rambutnya yang diikat.
"Nih, kamu pake sepatuku aja, biar aku yang pake sendal jepit." Rian menyodorkan sepatu miliknya kehadapan Yuuna. Tunggu ... apa Yuuna bisa memakai sepatu? Yah, mau tak mau, Rian harus kembali melakukanya sendiri. Ia pun perlahan memasang sepatunya dikedua kaki Yuuna. Jujur saja, saat ia memegang kakinya, sensasinya itu terasa enak dan lembut, tapi, bukan berarti Rian mempunyai fetish kaki, ya.
Singkat cerita, mereka kini telah benar-benar siap. Ia keluar dari kosan, diikuti dengan Yuuna dibelakangnya, tentu ia juga tidak lupa dengan menyapa tetangganya.
"Pagi tante! Udah nyapu halaman aja, yah."
"Eh, dek Rian. Tumben bawa pacarnya."
"Ugh ... anu, tante, ini bukan pacar saya."
"Ohh ... tau kok tau, tante ngerti. Dah sana. Mau ngedate, 'kan?"
Rian hanya bisa ternyum sambil terus berjalan meninggalkan tetangganya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is From Another World
RomantizmSeorang pemuda yang mempunyai cita-cita tinggi namun berakhir nganggur setelah selesai sekolah. Namun rentetan kejadian aneh terus bermunculan pasca ia menyewa kos-kosan milik saudara ayahnya. Bagaimanakah kelanjutan kisahnya?