"Do you like it?" tanya Karina setengah mendesah sambil membelai rahang kokoh Navaro. "Kalau lo nggak suka yang model ini, gue bisa ganti model lain," lanjutnya.
"O-oke oke lo coba yang lain aja."
Karina bangkit dari pangkuan Navaro yang membuat pemuda itu menghela napas. Setidaknya Navaro bisa sedikit mengontrol dirinya jika ada jeda waktu diantara mereka.
Navaro mengusap dadanya sendiri. Ia juga menyentuh celananya yang mulai sesak sejak tadi. Karina benar-benar selalu menyiksa Navaro.
Sementara Karina yang berada di dalam bilik ganti sedang memandangi tubuhnya sendiri yang memakai lingerie classic. Lingerie yang tampak sederhana namun tetap memikat, berwarna netral dan sedikit renda sehingga mirip shapewear.
"Kayaknya seru goda Navaro lagi, hihi." Karina sedikit cekikikan di dalam sana.
Navaro mengambil minuman yang ada di meja samping ia duduk. Pemuda yang memakai kemeja oversize serta celana drawsting itu duduk di sebuah sofa warna hitam berpadu keunguan. Ia mengamati ruangan private itu lekat-lekat.
"Kenapa dingin banget ya?"
Ia pun bangkit hendak mencari remot AC, namun kegiatannya itu tertahan saat bilik ganti kembali terbuka lagi.
"How about this, Varo?" tanya Karina lagi dengan berpose kaki menyilang serta satu tangannya menyandar pada pintu bilik ganti.
Navaro merasa tubuhnya susah untuk digerakkan. Kedua bola matanya menatap intens setiap inci tubuh indah Karina. Saat Karina malah berputar, Navaro kembali meneguk ludah susah payah melihat pinggul berisi gadis itu.
"Kenapa diam, hmm?"
Karina berjalan mendekati Navaro yang masih berdiri mematung. Ia terkekeh kemudian mendorong Navaro hingga ia terbaring di sofa cukup besar itu. Saat ini Karina merangkak di atas Navaro yang sudah setengah mati menahan hasratnya.
"Kalau mau berjuang, jangan diem aja dong, Varo," ucap Karina seraya melepas satu per satu kancing kemeja Navaro.
Napas Navaro sungguh tercekat—apalagi kini dada Karina terlihat terangkat dan menonjol dari bra lingerie tersebut yang dilengkapi dengan lift.
Kancing kemeja Navaro telah terlepas sepenuhnya hingga menampilkan perut atletis Navaro dengan adanya lebam di sana. Karina menatap lebam tersebut lalu mengusapnya pelan, "Beneran ini udah nggak sakit?" tanyanya dan Navaro jawab dengan anggukan kepala pelan—sepertinya Navaro sudah merasa darahnya mengalir hingga ke ubun-ubun.
Tangan Karina yang semula mengusap perut itu, kini dengan nakal malah merambat ke bawah dan mengusap 'johnny' Navaro yang masih berpenghalang celana drawsting.
"Sshh..." desis Navaro saat jari-jari Karina semakin lihai membelai di bawah sana.
Navaro menutup mata saat dada Karina berada tepat di depan wajahnya. Karina benar-benar ingin mempermainkan dirinya. Gadis itu juga ikut menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan ekspresi sensual di pangkuan Navaro.
"Haruskah gue berhenti?" tanya Karina menyadari raut wajah Navaro yang sudah merah-biru karena menahan mati-matian karena godaannya.
Navaro memberanikan diri membuka mata dan melihat manik mata nakal Karina. Karina masih menggoyangkan pinggulnya maju mundur, dan kini tangannya ikut mengalung di leher Navaro yang duduk.
"Ini belum seberapa Navaro, gue bisa tunjukin lo yang lebih dari ini."
Dalam hati Karina terkekeh—merasa masih seru menggoda Navaro seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...