Bab 1

19 1 0
                                    

Trauma akan percintaan yang selalu menjadi perasaan tak terbalas terus menghantuiku, membuatku mati rasa akan semua hal.

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak menikah karena sudah muak dan lelah akan wanita, aku berdo'a pada tuhan aku ingin tidak menikah karena aku sudah capek dipermainkan.

Tetapi, seakan dituntun bertemu dengannya aku secara tiba-tiba ingin berjalan-jalan sore menyusuri kota.

Sore itu aku yang sedang berjalan tak tentu arah tiba-tiba berhenti disebuah cafe yang tak begitu ramai.

Aku duduk disamping jendela dan memesan sebuah minuman dan kentang goreng, seorang pelayan wanita berperawakan kecil sekitar 150cm membawakan minumanku, disitu kita berbincang-bincang ya karena sedang tak begitu ramai jadi pelayannya santai.

Aku mengobrol santai dengannya, semakin lama semakin tertarik aku dengannya, setelah beberapa kali kesana aku memberanikan diri untuk meminta nomor Whatsapp nya.

Setelah mendapatkan nomor nya kita semakin rajin bertemu diluar pekerjaan, perasaan yang semakin lama semakin meradang ini akhirnya aku ungkapkan kepadanya akan tetapi dia menolak dengan alasan jarak umur kita terlalu jauh.

" maaf kamu cari yang lain saja, aku sudah punya anak dan umur kita pun terpaut jauh " ucapnya.

" lah trus kenapa kalau umurnya beda jauh? that's no problem " jawabku.

" ku pun sudah mempunyai seorang anak " sahutnya.

" ya gapapa, memangnya kenapa kalau kamu sudah punya anak? " ucapku.

" ya masa kamu yang bujang sama aku yang janda udah punya anak pula " ucapnya sambil menunduk.

" ya gapapa lah apa salahnya " sahutku.

" tapi untuk saat ini aku gak bisa " jawabnya.

" okey, ill wait here " sahutku.

Malam itu malam yang lumayan dingin aku bertemu dengannya di salah satu central cafe dan berbincang-bincang ternyata dibalik mata yang bersinar indah bagaikan bintang yang menghiasi malam  dan senyuman yang manis itu menyembunyikan kesedihan,kesendirian, dan keputusasaan yang dalam.

Semakin aku mendengarkan masa lalu nya semakin aku ingin bersamanya untuk melindungi dan menjauhkan dia dari masa lalu nya. 

" it's okay, if u want to cry go a head  ill listen your worries, your sorrows " ucapku sambil memeluk dia.

" can we go to see sunrise? " pinta nya.

" sekarang? " sahutku.

Dia mengangguk, kulihat jam di Handpone menunjukkan pukul 02:05 pagi tanpa pikir panjang aku penuhi permintaan dia agar dia merasa lebih baik, aku berjalan menaiki motor menuju kota tetangga yang mempunyai banyak perbukitan dimana kita bisa melihat sunrise.

Namun pagi yang dingin menusuk hingga ke tulang yang membuatnya sangat kedinginan yang hanya memakai baju tipis pun membuatnya menyerah.

" Rom, dingin banget aku ga kuat " ucapnya.

" yah tadi aku tawarin pakai jaket gamau, yaudah nih pakai kita balik aja ya kamu capek banget kelihatannya " ucapku sambil memakaikan jaket parka cokelat ke Ayu.

Setelah mempertimbangkan kami memutuskan untuk pulang karena aku melihat Ayu keadaanya sudah lemas kelelahan, sepanjang perjalanan Ayu tertidur sesekali aku mengecek dari spion ku apakah dia masih tertidur atau sudah terbangun.

Sampai didepan gang kos nya aku bangunkan dia perlahan agar tidak terkejut.

" Ayy bangun Ayy udah sampai " panggilku perlahan sambil menggoyangkan tubuhnya.

Dia terbangun dari tidur yang lumayan nyenyak karena dia tak terbangun selama perjalanan pulang.

" oh udah sampai, makasih ya nih jaketnya " ucapnya sambil mengembalikan jaket yang dia pakai.

" see ya " tambahnya sambil berjalan menuju kos nya.

" see ya " sahutku.


KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang