#62 Hari yang Melelahkan

129 29 10
                                    

Tzuyu perlahan membuka mata kala cahaya matahari serasa mengganggu tidurnya. Dia lantas terduduk dan menggosok matanya sembari menguap.

"Cepat mandi. Aku akan menunggu di bawah."

"Oppa, apa tidak ada cara romantis lain untuk membangunkanku?" kesal Tzuyu diakhiri cebikan. Masalahnya, dia masih ingin tidur lebih lama hari ini meski masalah besar sedang menghantamnya. Namun, Jungkook dengan senyumannya malah membuka tirai sepagi ini. Dia tentu takkan bisa benar-benar marah pada Jungkook.

"Kau saja yang tidak sadar. Daritadi aku membangunkanmu dengan lembut." Jungkook menggeleng. Pria dengan atasan kaus pendek serta celana pendek itu kemudian meraih handuk dan memberikannya. "Supnya akan tidak enak jika dingin."

"Gendong." Tzuyu mencebik sembari mengulurkan tangannya. Namun, dia segera menggeleng dan beranjak dari tempat tidur sendiri. Dia berjalan menuju kamar mandi, membuat Jungkook terkekeh karena tak biasanya Tzuyu langsung sadar saat mulai bersikap manja.

"Tumben sekali ucapanku benar-benar masuk. Biasanya hanya lewat," gumam Jungkook sembari merapikan ranjang. Beberapa hari lalu Jungkook mengatakan banyak hal termasuk agar Tzuyu bisa bersikap lebih dewasa jika ingin punya bayi. Mana mungkin nanti dia harus mengurus 2 bayi sekaligus. Apalagi Tzuyu terkadang punya tingkah ajaib. Dia akan sangat stres.

Suara telepon masuk membuat Jungkook langsung meraih ponselnya. Dia segera mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Hyeri.

"Apa ada kabar terbaru?"

"Dugaan Tzuyu benar. Ini berasal dari orang yang sama. Seakan setiap komentarnya memang ditulis oleh satu orang. Aku tidak menyangka akan ada orang iseng yang menulis komentar seperti itu."

"Kau sudah menemukan pelakunya?"

"Belum. Tapi untuk sementara aku menutup portalnya agar komentar itu tidak masuk. Ah ya, bilang pada Tzuyu hari ini dia harus menghadiri acara yayasan."

"Ah benar. Aku hampir lupa. Hari ini ada acara penyerahan beasiswa. Akan kusampaikan padanya."

Sementara itu, suasana hati Tzuyu benar-benar baik. Dia terus tersenyum salah tingkah sembari mengingat momen romantis yang dia lewati bersama Jungkook. Dia tak tahu mengapa setiap hal yang Jungkook lakukan terlalu candu untuknya.

Namun, suara ketukan membuat imajinasi dalam kepalanya langsung tercecar.

"Kita harus tiba di yayasan satu jam lagi. Jangan lama-lama."

Seketika emosi Tzuyu mereda. Suara itu benar-benar membuat debar jantungnya lebih kencang. Oh astaga! Dia malah seperti anak remaja yang baru jatuh cinta hanya karena malam itu.

"Tzuyu, otakmu kotor. Percuma mandi, tidak akan bersih," gumam Tzuyu.

***

"Tzuyu, jika kau terus menatapku seperti itu, aku tidak akan bisa fokus mengemudi," ujar Jungkook yang kemudian membuat Tzuyu berpura-pura sedang merias wajahnya. Dia jadi lupa wajahnya masih sangat polos karena terburu waktu.

Jungkook tersenyum. Entah apa yang terjadi pada istrinya, tapi memang sejak kemarin gelagatnya agak aneh. Tzuyu kembali seperti saat awal pertemuan mereka. Namun, dia malah menganggapnya menggemaskan meski kadang lebih sering membuatnya merinding.

"Oppa, sepulang dari acara itu antar aku ke toko kosmetik," ujar Tzuyu sembari menghela napas. Dia sampai lupa untuk membeli lagi make-up. Ini karena dia sibuk salah tingkah setiap detik.

Mobil itu kini sudah memasuki kantor yayasan yang Tzuyu dirikan. Namun, anehnya tak ada siapa pun di sana. Benar-benar sepi hingga membuat Jungkook bertanya-tanya apa mereka salah hari.

"Sepertinya mereka belum datang." Tzuyu turun dari mobil dengan tenang tanpa rasa curiga sedikit pun. Dia lantas melirik jam tangannya. Waktunya tepat, tetapi tak ada satu pun orang di sana.

Tzuyu berjalan masuk menuju yayasannya. Dia terkejut dengan banyaknya kertas berisi protes dan ancaman. Bahkan, di dinding pun tertulis protes agar yayasan itu ditutup.

Tzuyu merogoh ponselnya, membulatkan mata saat mendapati berita soal yayasan serta perusahaannya menepati urutan teratas yang artinya sedang sangat hangat dibicarakan. Beberapa berita bahkan berisi mengenai perusahaan serta yayasannya melakukan eksploitasi hingga bermuka dua. Padahal selama ini Tzuyu selalu berusaha keras agar setiap orang dapat hak pendidikan yang sama.

Dengan tenang, Tzuyu melepas satu persatu kertas-kertas itu dibantu oleh Jungkook. Sesekali pria itu menatap Tzuyu menunggu reaksi dari sang istri. Namun, Tzuyu terlihat sangat tenang. Padahal, dia sudah berpikir Tzuyu akan mulai membuat keributan.

"Ternyata benar, sebaik apa pun kita, selalu saja ada orang yang membenci," gumam Tzuyu kemudian mendorong pintu yayasan itu dan tersenyum. "Aku tidak akan marah. Itu hak mereka."

Tzuyu melangkah menuju ruang aula bersama Jungkook. Dia tahu terlalu jahat jika dirinya mencurigai sang ayah. Namun, melihat bagaimana setiap hal yang dia bangun mulai rusak satu persatu, itu cukup memberikan bukti bahwa ayahnya ada sangkut pautnya dengan semua ini.

"Apa kau yakin ada yang datang?" tanya Jungkook yang kemudian membuat Tzuyu melirik jam tangannya.

"Jika satu jam dari sekarang tak ada yang datang, kita pulang."

***

Jungkook terus menatap Tzuyu yang kini tengah memilih warna untuk make upnya. Sejak tadi Tzuyu diam dan memilih apa pun yang dia butuhkan.

"Berhenti menatapku seperti itu," ujar Tzuyu kemudian meletakkan salah satu lip matte yang tadi dia coba. "Sebenarnya aku tidak semenyedihkan itu. Selama kau bersamaku, aku tidak akan merasa sedih."

"Setelah ini kita obati lukamu, ya?"

"Lukanya tidak parah. Nanti akan sembuh sendiri," ujar Tzuyu kemudian melangkah ke rak lain.

Setelah menunggu tadi, tak ada satu pun yang datang. Tak hanya itu, beberapa orang juga mulai melempari Tzuyu dan mengatakan Tzuyu hanya menjual kemiskinan mereka demi citra. Padahal, selama ini Tzuyu sangat membantu anak-anak mereka untuk tetap bersekolah. Namun, hanya karena berita-berita tak jelas yang tak tahu asalnya dari mana itu, semua orang menganggap Tzuyu jahat.

"Apa ada lagi?"

"Tidak ada." Tzuyu meletakan keranjang belanja yang sejak tadi dibawa oleh Jungkook. Dia lantas memberikan kartunya setelah kasir itu menghitung belanjaannya. "Terima kasih."

Jungkook segera mengambil kantung belanja itu. "Kita makan sesuatu, bagaimana?"

"Aku ingin ramyeon sembari menonton film di rumah saja." Tzuyu tahu Jungkook berusaha keras untuk menghiburnya. Namun, dia lebih baik seperti ini, seolah tak terjadi apa-apa dibanding meratapinya.

"Kau baik-baik saja?"

"Lebih dari baik-baik saja. Ayo, tapi aku ingin es krim dulu."

"Baiklah, ayo. Aku yang traktir." Jungkook menggenggam tangan Tzuyu kemudian tersenyum. Dia sangat tahu Tzuyu sejak tadi ingin marah dan kesal. Namun, dia bangga karena Tzuyu bisa mengendalikan emosinya. "Bagaimana jika kita menonton di bioskop?"

"Aniyo, aku ingin sambil memakan ramyeon."

"Baiklah, ayo beli ramyeon dan cemilannya dulu. Sekalian berbelanja yang lain."

"Tuan Jungkook, aku lelah."

"Es krimnya 2," ujar Jungkook yang kemudian membuat Tzuyu tertawa.

"Baiklah, 3."

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang