[8] Acara Amal

280 133 928
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

"Apapun yang datang dari dirimu, aku anggap itu adalah suatu anugerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apapun yang datang dari dirimu, aku anggap itu adalah suatu anugerah. Aku yakin itu, karena aku selalu memperhatikanmu."- Hafiz.

...

Malik memperhatikan formulir pendaftaran yang disodorkan oleh Ayana. Di sampingnya berdiri sosok Rega dengan cemas. Berdoa semoga saja sang ketua OSIS dengan itikad baiknya bersedia menanda tangani formulir tersebut.

"Kamu yakin dari ini bisa membawa keuntungan untuk sekolah?"

"Siap yakin, Kak!"

Formulir di tangan Ayana berpindah tangan pada Malik. Tanda tangan kecil namun belum tentu didapatkan dengan mudah, akhirnya dibubuhkan diatas formulir pendaftaran.

"Kalau kamu gagal mendapatkan juara, jangan harap OSIS baru akan mempertahankan club kalian."

Senyum bukan hanya mengembang di bibir Ayana tetap juga di bibir Rega. Senang rasanya saat ia bisa memberi solusi agar klub tata boga bisa mempertahankan keberadaan mereka tanpa harus membuat Rega mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.

"Ngomong-ngomong Rega, pemilihan OSIS baru tidak lama lagi akan dilaksanakan. Tolong jangan jadi bagian dari golput ya. Kamu akan menjadi bagian dari panitianya."

Rega memberikan senyum terbaiknya. Bukan berarti senyum itu tanda setuju. Hanya sebuah formalitas karena kenyataannya Rega tetap akan berdiri pada pendirian untuk menjadi siswa golput. Sekalipun dia adalah panitia.

Rega dan Ayana pamit undur diri, berjalan di koridor sekolah, manik hazel milik Rega tak lepas memperhatikan Ayana yang melangkah sembari meloncat kecil, menunjukkan betapa senangnya gadis itu. "Re, kamu datang nggak nanti?"

"Iya, aku bakalan datang kok."

Senyum Ayana semakin mengembang. Dalam lubuk hati Rega, meski ia merasa Ayana selalu merepotkan dirinya, ia sebenarnya merasa sangat senang ketika bisa membantu gadis kecil itu. Entah murid lain merasa bahwa Ayana hanya memanfaatkan dia, tapi Rega yakin sebenarnya Ayana tidak bermaksud seperti itu. Bagi Rega, Ayana hanya gadis polos yang belum bisa mengambil keputusan tepat atau mencari solusi untuk menghadapi masalahnya sendiri.

"Re, aku benar-benar berterima kasih padamu. Terima kasih karena selalu membantuku ya, suatu saat kalau kamu butuh aku, jangan sungkan untuk meminta bantuanku. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik."

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang