— 방과 후 전쟁활동 —
"Kabari aku saat kamu mendapatkan informasi. Kita bertemu lagi di sini. Arasseo?" Cha Soyeon mengangguk paham.
Mereka —Cha Soyeon dan Lee Chunho, pergi bersama ke jalanan terdekat dari Choseungdal untuk mencari Dain.
"Dain!" ia berteriak, menyusuri jalanan setempat hingga gang-gang kecil sembari berharap bertemu anak itu.
Tidak jauh berbeda dengan yang sedang Lee Chunho lakukan.
"Dain–ah!"
Lee Chunho pun kembali ke titik awal saat di rasa tidak menemukan Dain di manapun di seluruh penjuru tempat pencarian.
Cha Soyeon juga kembali. Gadis itu menggeleng, tanda tak menemukan Dain juga.
Mereka pun sepakat untuk mencari Dain ke tempat lain bersama. Tidak terpisah lagi seperti sebelumnya.
"Jeogiyo, apa kamu pernah melihat anak kecil ini?"
Lee Chunho dan Soyeon bertanya pada setiap orang yang berlalu-lalang. Jawaban mereka sama. Mereka menggeleng.
Cha Soyeon menghela nafas. Lebih dari dua jam mereka terus mencari sedangkan tak seorangpun yang melihat.
Lee Chunho memperhatikan Soyeon yang bersandar pada pohon. Anak itu kelelahan.
Cha Soyeon tersenyum lebar saat Lee Chunho memberinya sekaleng minuman dingin.
Mereka duduk di bangku taman. Istirahat sebentar.
"Wah, segar!" seru Soyeon setelah minum. "Geureonde, apa yang terjadi sebenarnya?"
"Dain mungkin mendengar perbincanganku dengan Halmeoni. Anak itu pasti akan merasa bersalah kalau anak-anak panti kehilangan rumah mereka."
"Apa maksudmu anak-anak panti akan kehilangan rumah?"
Lee Chunho menceritakan semuanya.
Hari semakin larut. Cha Soyeon pun gelisah. Dia tidak bisa berhenti memikirkan anak itu.
"Apa anak itu baik-baik saja. Dia pemberani. Bagaimana dia bisa tidak takut sendirian di luar sana?" gumam Soyeon lirih.
Lee Chunho bisa mendengarnya, dia berpikiran sama dengan Soyeon.
Dimana Dain?
"Apa sebaiknya kita menghubungi polisi sekarang?" tanya Soyeon. Lee Chunho tampak berpikir.
Soyeon menghentikan seorang pejalan kaki, dia menunjukkan foto Dain, "Apa anda pernah melihatnya?"
"Ah, anak ini. Apa dia putri kalian?" wanita yang sedang di tanya balik bertanya.
Lee Chunho mendekat, "Sungguh. Dimana dia?"
Wanita itu menunjuk ke belakang, "Aku baru saja melihatnya di depan kedai di ujung persimpangan sana."
"Kamsahamnida!" Cha Soyeon setengah membungkuk. Mereka lantas berlari ke tempat yang di maksud.
"Dasar pasangan muda jaman sekarang."
Cha Soyeon bernafas lega. Akhirnya mereka menemukan Dain.
Dain duduk di bangku teras sebuah kedai yang sudah tutup, sedang memeluk erat boneka beruang pemberian Soyeon.
"Dain!" panggil Soyeon.
Anak itu mendongak, segera berdiri saat tahu Soyeon datang, "Eonnie!"
Dain ingin berlari memeluk Soyeon tapi saat melihat Lee Chunho berjalan mendekatinya dia kembari mundur.
Lee Chunho menyadarinya dan berhenti di tempat, "Dain, ayo pulang!
Dain diam.
"Dain jangan keras kepala. Ayo pulang bersamaku," Lee Chunho mendekat lagi perlahan.
Dain mundur, dia menggeleng keras. Tidak ingin kembali ke Choseungdal.
"Dain—"
"Shireoyo!" teriak Dain.
Soyeon menggenggam tangan Lee Chunho, menahan pria itu untuk tidak maju lagi, kemudian dia mendekati Dain.
Dain berhambur memeluk Soyeon, "Eonnie, aku tidak ingin kembali ke sana."
Anak itu menangis. Soyeon merendahkan tubuhnya setinggi Dain. Menangkup kedua pipi chubby Dain.
"Waeyo?" Dain tidak menjawab. "Dain, pulang, ya? Halmeoni dan yang lainnya pasti khawatir. Mereka semua menunggumu."
Dain menggeleng tidak mau.
"Dain-ah—"
"Shireo, shireoyo!" Dain menolak keras sembari menghentakkan kakinya.
Namun tiba-tiba tubuh anak itu melemas dan tidak sadarkan diri. Soyeon secepatnya menangkap tubuh mungil Dain yang terhuyung.
"Dain!"
"Anak itu tertidur?" Lee Chunho bertanya saat Cha Soyeon keluar dari ruang rawat Dain.
Soyeon mengangguk, dia langsung keluar usai Dain tertidur. "Geureonde, tentang operasi Dain—"
"Sodaejangnim!" keduanya menoleh.
Kim Wonbin datang tergesa menghampiri Lee Chunho, "Bagaimana kondisi Dain sekarang?"
Cha Soyeon memperhatikan pria asing yang sedang berbicara dengan Lee Chunho. Siapa orang ini?
"Cha Soyeon."
"Eh, ya?"
"Pulanglah, aku akan menjaganya," ucap Lee Chunho.
"Tapi—" Soyeon berpikir sejenak kemudian mengangguk, "Aku akan datang besok."
"Selamat malam," pamit Soyeon.
Baru beberapa langkah, Soyeon kembali berbalik. "Tolong kabari aku jika sesuatu terjadi. Juga—"
Cha Soyeon terdiam. Dia menggeleng di barengi seulas senyum, "Aku pergi." setelahnya gadis itu benar-benar pergi.
Kim Wonbin memperhatikan Soyeon, lantas menyenggol bahu Lee Chunho, "Kau tidak akan mengantarnya pulang? Ini terlalu larut malam untuk seorang gadis pulang sendiri."
Lee Chunho menatap Wonbin dengan horor.
Kim Wonbin itu...
Lee Chunho menghembuskan nafas berat, berhasil terprovokasi oleh ucapan Wonbin.
Pada akhirnya dia bersedia mengantarkan Cha Soyeon. Meski bentuk dari provokasi, tapi ucapan Wonbin tentang pembunuhan dan tindak kriminal lainnya sukses mengganggu pikiran Lee.
Disisi lain Soyeon sendiri tersenyum semringah. Meski suasana di antara mereka sangat canggung saat ini, dia tetap senang sejak Lee Chunho berkata akan mengantarnya.
"Gomawoyo," ucap Soyeon saat mereka sampai.
"Jangan khawatir tentang Dain."
"Nee."
Soyeon akan masuk, dia berbalik lagi, "Sodaejangnim!"
Lee Chunho menoleh.
"Jaga kesehatanmu juga."
Lee Chunho terkekeh, pria itu hanya mengulas senyum, membuat Soyeon ikut melempar senyum lebar.
— 방과 후 전쟁활동 —