UNTOLD STORY : CHAPTER 1

4 0 0
                                    

-FIRST DAY-

Hari itu adalah hari pertamaku memasuki smp, masih belum mengenal mereka, aku juga tidak dekat dengan siapapun tepatnya malas dan takut untuk berteman.

Bertemu dengan orang baru membuatku cukup gugup untuk duduk dengan siapapun , tetapi hari demi hari Sebagian teman sekelas ku mulai ku jadikan teman , jika dipikirkan kembali sepertinya aku hanya berteman dengan orang – orang yang mengajak ku berteman ataupun berbicara dengan ku terlebih dahulu.

Dibangku Smp satu aku masih belum dekat dengan Nancy, bahkan tidak berbicara ataupun berinteraksi dengan nya membuat kami saling berpikir bahwa kami adalah orang yang cukup sombong padahal kami hanya malu untuk berbicara karena kami memiliki kelompok pertemanan yang berbeda.

Di kelas smp satu aku dengan Nancy sama sekali tidak pernah berbicara jika memiliki kesempatan pun itu untuk membicarakan pekerjaan sekolah yang terpaksa kami bicarakan.

Mengenai tempat bimbingan belajar, aku sudah mendaftar sebelum libur sekolah berakhir. Hari pertama duduk dibangku smp juga adalah hari pertama ku bergabung di tempat bimbingan belajar yang terletak cukup dekat dengan sekolah ku.

Hari pertama ku di bimbingan belajar cukup membuatku canggung. Sebuah kursi yang tidak kumengerti cara membukanya membuatku terpaksa bertanya kepada murid yang belajar diruangan yang sama dengan ku, Namanya Calista. Seorang gadis cantik yang bersikap lemah gemulai. Mencari seseorang yang bersikap seperti Calista di jaman ini benar – benar sulit.

Ah, benar. Saat berjalan menyusuri lorong menuju ruang tempat ku belajar, aku melewati dua orang pria yang kebetulan keluar dari ruangan tempat ku belajar. Mereka berdua adalah Gilbert dan Tito, keduanya adalah kakak kelas yang dapat dikatakan cukup handal dalam belajar.

Pertemanan keduanya sempat membuat ku bertanya – tanya bagaimana mereka dapat berteman sedangkan kedua nya begitu berbeda. Gilbert yang lebih hiperaktif sedangkan Tito yang begitu tenang.

Keduanya sudah berteman sejak kecil dan tak terpisahkan. Dimana ada Gilbert pasti ada Tito , menyebalkan. Memang benar bahwa persahabatan mereka ini sangatlah baik , tetapi demi saling melindungi sahabat masing – masing mereka rela disalah pahami oleh orang lain. Tidak akan kuceritakan disini tentang kisah kedua nya, mungkin nanti.

Lanjut tentang hari pertama ku, setelah meminta pertolongan dari Calista untuk membuka kursi tersebut aku pun langsung berterima kasih dan segera duduk dengan tenang nya dan melihat – lihat disekitar ku.

Sebuah tembok yang menggunakan bahan triplek untuk dijadikan pembatas ruang serta pendingin ruangan yang harus berbagi dengan ruang lainnya membuat ku berpikir apakah karena mereka ingin menghemat pengeluaran? Entahlah ditambah lagi dengan kursi

yang sekaligus meja ini kugunakan sebagai tempat ku belajar dan menulis benar – benar membuatku kesulitan untuk duduk dengan benar.

Itu adalah awal ku mengenal lingkungan belajar ku.

Pukul 1 siang, Gilbert dan Tito kembali ke dalam ruang tempat kami belajar, sebuah kecanggungan benar – benar menyelimuti kami membuat ku cukup canggung untuk bergerak atau mengeluarkan suara sedikit pun.

Tidak berapa lama setelah itu pun seorang guru dengan pakaian hitam putih pun memasuki ruangan. Sosok guru yang membawa tas cukup besar bagiku.

Hal yang semakin membuatku canggung adalah bahwa ternyata tempat duduk pilihan ku tepat bersebelahan dengan guruku. Saat itu juga diriku terus – menerus memaki diriku sendiri, bagaimana bisa satu hari penuh diriku diselimuti oleh rasa canggung terus-menerus, sungguh menyebalkan.

Di jam pertama kami memulai proses belajar dengan suasana sunyi membuatku tidak tau harus menatap kemana disaat mataku kelelahan sampai akhirnya mata ku dengan Gilbert bertemu secara tidak sengaja, saat itu juga diriku mengalihkan pandangan ku pada buku kembali, tetapi entah mengapa diriku merasa seseorang terus – menerus menatap pada arah ku.

untoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang