Bab 30

2 0 0
                                    

Perjalanan menuju 'The City of Love', 1998

Kereta mereka telah sampai di stasiun pemberhentian akhir dimana semua penumpang turun bergiliran begitu pintu kereta dibuka. Angin dingin menyapu wajah Jesse ketika ia melangkahkan kakinya keluar. Ketika menatap ke sekelilingnya, Jesse melihat puluhan orang melangkahkan kaki mereka dengan tergesa-gesa menuju pintu keluar. Beberapa ada yang pergi menuju loket untuk mengambil barang-barang bawaan mereka, sementara Karen baru saja sampai di belakangnya. Wanita itu berjalan membuntuti Jesse dengan sebuah tas yang menggantung di salah satu pundaknya. Jesse meraih koper dari genggaman Karen kemudian meminta wanita itu untuk menunggu di bangku panjang selagi ia pergi ke loket.

Setelahnya, mereka berdampingan berjalan menuju pintu keluar tanpa mengatakan apa-apa. Jesse terus mengamati Karen, sesekali merasakan sebuah getaran aneh dalam tubuhnya akibat sejumlah perasaan tidak menentu yang dirasakannya. Setiap langkah yang ia ambil terasa lebih berat dari sebelumnya dan seisi pikirannya terus-menerus menariknya kembali pada apa yang terjadi di dalam gerbong.

Jesse masih tidak percaya ia menandatangani surat perceraian itu. Meskipun ia melakukannya untuk Karen, Jesse sama sekali tidak menginginkannya. Setelah belasan tahun mengenal wanita itu, tidak sekalipun ia pernah bermimpi bahwa hubungan mereka akan berakhir segera setelah perjalanan ini usai. Jadi ya, Jesse tidak punya sesuatu untuk disampaikan. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak lagi terdengar relevan. Semua itu tidak dapat mengungkapkan dengan jelas kegelisahan apa yang sedang merundungnya saat ini. Yang membuatnya semakin tidak nyaman adalah fakta bahwa ia tidak bisa menebak apa yang mungkin dirasakan Karen disaat yang bersamaan. Apakah wanita itu benar-benar merasa lega ketika Jesse akhirnya menandatangani surat perceraian itu, atau justru sebaliknya? Meskipun Karen memberitahu Jesse dengan tegas bahwa itu merupakan hal yang diinginkannya, Jesse sulit untuk menerimanya begitu saja. Terutama ketika Karen tidak menunjukkan reaksi apa-apa setelahnya.

Belasan, mungkin puluhan pertanyaan menggantung di kepalanya ketika mereka akhirnya keluar dari stasiun. Kini angin sejuk kota cinta menampar wajah mereka dengan sebuah pemandangan yang menyenangkan mata. Di hadapan mereka, deretan bangunan tua yang berdiri tinggi, berbaris rapih. Di sekelilingnya terdapat banyak pepohonan dan bangku-bangku panjang yang disediakan untuk umum. Di setiap sisi jalan terdapat lampu-lampu hiasan yang digantung memanjang menuju jembatan tua di bahu jalan. Belasan pedagang bunga dan petasan berkeliling di sekitar sana, menawari orang-orang untuk membeli serangkaian bunga dengan berbagai macam warna yang mereka bawa. Beberapa di antaranya merupakan seorang pengemudi yang hendak menjemput penumpangnya.

Jesse menatap ke sekelilingnya, menyadari bahwa puluhan orang yang berlalu lalang di sekitar sana merupakan pasangan kekasih mulai dari mereka yang masih muda hingga lanjut usia. Langitnya cukup cerah, udaranya sejuk karena kendaraan tidak diizinkan berlalu lalang disana. Orang-orang harus berjalan beberapa blok dari pusat kota untuk menemukan kendaraan. Tidak hanya itu, di depan mereka, kurumunan orang saling bergerak membentuk sebuah lingkaran untuk menyaksikan seorang seniman memainkan instrumen halus menggunakan biolanya. Meskipun cukup jauh, alunan lembut musik itu terdengar sampai ke telinga Jesse. Karen yang juga mendengarnya langsung menatap ke arah yang sama. Selama sesaat wanita itu berdiri diam terpaku menikmati melodi yang dimainkan sang seniman hingga tanpa terasa musik sudah berakhir dan kerumunan orang yang menyaksikannya mulai memberi tepuk tangan.

Senyum tipis tersungging di bibir Karen, tapi senyumnya hilang dengan cepat. Jesse yang melihatnya langsung merasakan dorongan kuat untuk mempertahankan senyuman itu hingga terpikir olehnya untuk membeli serangakaian bunga dari salah satu penjual disana dan menyerahkannya pada Karen. Wanita itu menerimanya dengan berat hati, bahkan ia sampai bertanya, "apakah ini perlu? Kau membuang-buang uangmu."

"Itu bukan tentang uang," Jesse meyakinkan.

"Jesse, kau tidak perlu melakukan ini untukku. Aku menghargainya, tapi tolong.. jangan lakukan itu lagi."

Train to The City of Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang