Malaikat Kecil Kami

1.2K 196 39
                                    

Dengan penuh antusias kedua pemuda manis itu berjalan menyusuri tempat perlengkapan bayi dengan suami masing-masing yang senantiasa berjalan di belakang mereka.

"Mas kita jadinya beli baju untuk anak perempuan apa laki-laki?" tanya si manis bingung seraya menatap pakaian mungil yang berada di hadapan nya itu dengan mata yang berbinar.

"Kita beli baju untuk anak perempuan saja, siapa tau anak kita yang lahir nanti benar-benar perempuan jadi kita tak perlu repot dua kali nantinya" kata Renjun seraya mulai memilih beberapa baju untuk bayi perempuan yang sangat lucu.

"Tapi kalau ternyata yang lahirnya anak laki-laki gimana?, gak mungkin kan kalau kita pakein baju perempuan ke dia" kata si manis kesal seraya menatap suami tampan nya itu dengan penuh permusuhan.

"Terus kalau yang lahir ternyata anak perempuan bagaimana?, kita tak mungkin kan pakein dia baju anak laki-laki?" kata Renjun tak mau kalah seraya masih memfokuskan diri dengan beberapa baju yang akan di belinya nanti.

"Tau ah aku sebel sama kamu mas!" kata si manis kesal seraya berjalan menghampiri Jeno dan sang kakak yang tengah memilih beberapa keperluan bayi lainnya.

"Nono anaknya perempuan apa laki-laki?" tanya si manis seraya berhenti tepat di depan kereta bayi yang sangat menarik di matanya.

"laki-laki, kenapa emangnya?" Jawab Jeno seraya melirik ke arah Haechan yang sekarang ini tengah mengamati kereta bayi itu dengan seksama.

"Enak ya Nono sama kak Jaemin bisa tau jenis kelamin bayi kalian, sedangkan gue aja masih jadi tanda tanya ini semua karena mas Renjun yang gak mau cek kelamin bayi kita ke dokter" kata si manis seraya mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Mas tak ada maksud untuk membuat kamu kesal mbul, hanya saja mas ingin kita mengetahui jenis kelamin anak kita begitu dia sudah lahir. Mas hanya ingin penantian kita semakin terasa nantinya rasa ikhlas pun harus turut mengiringi begitu jenis kelamin anak kita tak sesuai keinginan. Meskipun begitu kita harus menyayangi dia nantinya apapun yang akan terjadi" kata Renjun seraya memeluk tubuh sang istri dari belakang dengan penuh kasih sayang.

Haechan hanya diam pemuda manis itu sepertinya tak berniat menanggapi ucapan suami tampan nya itu.

"Ya sudah kalau begitu kita beli dua-duanya saja, kamu setuju kan sayang?" kata Renjun seraya membalikkan tubuh sang istri untuk menghadap kepadanya.

"Hmm" jawab si manis seraya mengangguk kecil.

"Gemes banget sih istrinya mas ini" kata Renjun sembari menciumi pipi bulat si manis beberapa kali.

"Mau itu" cicit si manis seraya menujuk ke arah kereta bayi yang sudah mengambil fokusnya itu sendari tadi.

"Siap gembul ku" Jeno yang melihat pertengkaran sepasang suami istri itu hanya menatap datar, sungguh menurutnya sepasang suami istri itu terlalu banyak drama.

"Mas!" pemuda manis itu mencengkram tangan sang suami dengan sangat erat, begitu merasakan perutnya yang terasa sangat sakit.

"Hey kenapa mbul?" kata Renjun panik seraya menahan tubuh berisi sang istri yang hampir saja jatuh ke atas lantai.

"Sakit.. Hiks...." Jeno dan Jaemin langsung bergegas membantu si manis yang tampaknya akan segera melahirkan itu.

"Woy babi tahan dulu!, jangan sampe lu lahiran di mall malu-maluin nanti yang ada" kata Jeno sembari menepuk-nepuk pipi bulat si manis dengan cukup keras.

"Huwaaa.. Mas!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renjun terus berjalan mondar mandir di depan pintu ruang operasi seperti setrikaan seraya terus merapalkan do'a di dalam hatinya, pemuda tampan itu sekarang ini bener-bener tak bisa tenang sedangkan sang istri tengah berjuang di dalam sana.

"Ck, mengapa saya tak di perbolehkan masuk ke dalam?. Padahal saya ingin memenangkan istri saya di saat-saat seperti ini" kata Renjun kesal seraya mendudukkan tubuh nya di atas kursi yang sudah tersedia di depan ruangan.

"Kalau lu ikut masuk ke dalem yang ada begitu lu liat lubang Haechan nanti malah lu ewe dia lagi" kata Jeno santai seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.

"Saya tak mungkin melakukan itu, saya juga masih punya otak asal kamu tahu!" kata Renjun kesal seraya menatap pemuda sipit itu dengan tajam.

"Ah yang bener?, gue kok gak percaya ya?" andai saja Renjun tak mengingat jikalau Jeno tengah mengandung mungkin sekarang ini pemuda sipit itu sudah dirinya hajar habis-habisan.

"Sayang tak boleh seperti itu" tepat saat pemuda sipit itu akan menanggapi ucapan sang suami, namun tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit.

"Mas!" baik Jaemin ataupun Renjun keduanya di buat panik begitu melihat pemuda sipit itu yang sekarang ini tengah menggerang kesakitan.

"Ustadz tolong panggilkan dokter sepertinya istri sayang juga akan segera melahirkan" tanpa di perintah dua kali pemuda tampan itu langsung saja berlalu pergi meninggalkan sepasang suami istri itu.

Sekitar sepuluh menit Renjun sudah kembali dengan seorang dokter yang dirinya bawa, dan tanpa menunggu lama pemuda sipit itu langsung di bawa ke dalam ruang operasi.

"Semoga mereka berdua baik-baik saja" kata Jaemin seraya menatap pintu ruang operasi itu dengan perasaan yang sudah sangat kacau.

"Dia pasti baik-baik saja, Jeno kan kuat seperti babi betina yang pemberani" Jaemin hanya tersenyum kecut begitu mendengar ucapan Renjun barusan.

"Kenapa harus babi juga ustadz?"

TBC

Gue gak tau cara lahirnya gimana jadi maafken kalau ceritanya jadi aneh begini.

Waktunya kita semua berpisah sama dou mbulmil kesayangan kita semuanya.

Tapi bukan berarti gak ada era Mbulmil untuk yang kedua kalinya ya, kita tungguin aja bibit Renjun dan Jaemin tokcer kembali 😊.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang