redup

54 9 1
                                    


Gulita terbangun dari tidurnya, ia melihat pada sekitarnya, dan ya. Ia berhasil. Ia berhasil membujuk Pelita untuk kembali pada tubuhnya.

Gulita buru - buru masuk ke kamar mandi dengan melompat - lompat kegirangan.

.
.
.
.

Gulita memasuki ruang kelasnya dengan antusias, ia menatap kepada kedua temannya yang menatapnya bingung.

“Ada apa dengan mu? Kau gila?” Tanya Orion.

Gulita merotasikan bola matanya. “Aku berhasil”

Tenggara dan Orion melotot. “kau bisa?!”

Tanpa tau konteks, mereka yang sudah berteman sejak lama ini sudah bisa tau arah pembicaraan.

“Tentu saja, aku kan hebat. Tapi ya, kata kata yang Orion saran kan memnag ampuh. Meski aku kurang mengerti dengan maknanya” Ucap Gulita.

“Yah, memang kata - kata itu hanya bisa dimengerti oleh orang yang ingin mempunyai tujuan hidup” cibir Orion.

Melihat tatapan sengit dari Orion dan Gulita, Tenggara tertawa kencang. Gulita yang bombastic side - eye, dan Orion dengan raut sombong.

“Oh ya, Gulita, kau membawa tugas nya?” Tanya Tenggara.

Gulita mengangguk lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. “Tentu saja, aku bahkan sudah melengkapinya”

“Kerja bagus. Aku sangat trauma di suruh membersihkan WC adik kelas” Ucap Orion lega sembari mengusap-usap dadanya.

Tenggara masih terus tertawa seraya memukul mukul pundak Orion. “Ingat cacing yang tiba tiba saja naik ke jempol kaki mu?”

“Berhenti mengingatkan ku itu, sampai rumah aku langsung mandi dengan menggosok jempol kaki ku dengan khusyuk”

Usai mengobrol sedikit, bel pun berbunyi tanda pelajaran pertama sudah dimulai. Pelajaran pertama di kelas mereka ialah sejarah. Membosankan memang.

Gulita tak fokus memperhatikan apa yang dijelaskan oleh sang guru, pemuda itu memilih untuk memainkan pensil nya sembari mencorat - coret buku nya. Sesekali matanya melirik ke arah luar, tak sabar untuk menuju ke kantin, padahal waktu istirahat masih sangat lama.

Matanya melotot kala melihat seseorang yang tengah berjalan di depan kelasnya. Sedikit tak asing dan terasa familiar.

Orion yang duduk disebelah Gulita pun memandangnya heran. Orion menempeleng kepala Gulita, membuat sang empu hampir terjungkal kesamping.

“Matamu akan keluar sebentar lagi.” Cibir Orion.

Gulita merotasikan bola matanya, “Aku melihat seseorang yang mirip dengan Pelita lewat di depan kelas ini!”

Bukannya kaget, Orion malah mengeluarkan ekspresi heran, “Tidak mungkin secepat itu”

“Apa yang tidak mungkin di dunia ini?”

Orion menaikkan bahunya, “Mana ku tahu. Hey brengsek, asal kau tau, aku tak pernah melihat sosok Pelita itu. Mana mungkin aku mengenalinya”

Gulita berdecak sebal. “Benar juga”

Beberapa jam yang diisi oleh mata pelajaran sejarah pun selesai, Orion dan Gulita serta Tenggara sedang membereskan alat tulisnya.

Gulita sejak tadi masih terus berperang dengan batinnya tentang apa yang tadi ia lihat di depan kelasnya. Itu benar - benar seperti ... Pelita?

“Masih ingin mencari identitas Pelita?” Seru Tenggara.

“Masih ... Kita masih belum mencari di dua kelas angkatan kita kan?” Sahut Gulita.

lilin redupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang