June 1998

3 0 0
                                    

Ini kisah lamaku bersama seorang lelaki yang sangat aku cintai. Aku Nakula Gistara, biasa dipanggil Tara oleh banyak orang, namun lelaki yang kucintai memanggilku dengan sebutan lain, yaitu si "Ungu Taro". "Lelaki" yang sedari tadi aku bicarakan adalah seorang lelaki yang bernama Kaivan Arthasaka, yang biasa dipanggil "aa kai" olehku. Panggilan tersebut ku khususkan untuknya, orang lain bahkan keluarganya sendiri pun memanggilnya Kaivan. Kaivan setahun lebih tua dariku, tapi dia sedikit terlambat duduk di bangku sekolah. Dari lama, aku ingin menceritakan kisah cintaku kepada banyak orang. Tetapi, aku baru sempat menceritakan kisahku sekarang karena ada suatu hal yang terjadi kepada "lelaki" yang aku cintai beberapa tahun lalu. Bahkan, aku butuh waktu yang sangat panjang untuk melupakannya. Sampai sekarang, aku masih terbayang-bayang dengan kejadian itu. Sampai aku tidak mengenali, apa itu cinta?

Aku bertemu dengannya pada tahun 1990. Tepat saat kami berdua menduduki bangku Sekolah Dasar (SD), di kelas 6. Di saat itu Kaivan menjadi incaran banyak wanita karena ketampanan yang ia miliki. Seiring berjalannya waktu, kami menjadi teman dekat hingga kami menempuh jenjang pendidikan tinggi. Tapi, jangan terlalu jauh dulu, kisah kami di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat panjang. Walaupun kisah kami sangatlah panjang, aku masih sangat mengingat kami berdua sangat menikmati masa SMP.

flashback on

Tahun 1997 (8 SMP)

"Woi Kaivan! Balikin pulpen gueeee, SEKARANG!!!" ucap Tara dengan nada emosinya itu.

"Sopan dikit dong, gua tuh lebih tua dari lo. Walaupun cumin beda setahun.". Tara masih emosi karena sedari tadi dia tidak bisa mencatat materi yang ada di papan tulis itu karena ulah Kaivan yang tengil. Kaivan yang hanya bisa tertawa karena ulah Tara yang begitu lucu menurut dia. Tanpa disadari, bel istirahat pun tiba.

ring... ringgg...

Tara dan teman-temannya itu pergi ke kantin untuk membeli makan, biasanya Ibunya Tara selalu membuatkan bekal untuk sang anak. Tetapi kali ini Tara tidak membawa bekal karena sengaja ingin memakan makanan yang disediakan kantin sekolah. Tanpa disadari, diam-diam Kaivan mengikuti langkah Tara.

Karena kepekaannya, Tara menyadari ada yang mengikuti nya dan menyaut "Heh lo! Ngapain lo ngikutin gue sampe ke kantin begini? Naksir lo ya sama gue" dengan percaya dirinya Tara mengucapkan hal itu.

"Woi ungu taro, lo kalo ngomong jangan sembarangan ya. PD amat lo ngomong begitu, emang yang ke kantin cuman boleh lo?". Mendengar balasan dari Kaivan, Tara membatin, "Sewot banget deh! Padahal sebenarnya gapapa kalau gue diikutin sama dia"

Dengan sedikit geram, Tara terus melanjutkan langkahnya menuju kantin. Perutnya sudah tidak tahan ingin diisi oleh makanan yang lezat.

Tanpa disadari, bel pulang pun sudah berbunyi. Menandakan bahwa para siswa sudah dipersilahkan untuk pulang. Dengan bergegas, Tara mengemas barangnya dan segera keluar dari kelas agar tidak terlambat untuk menemui seseorang di taman belakang sekolah.

Dengan nafas yang terengah-engah, Tara tersenyum tipis setelah melihat seorang lelaki di depannya. Sosok pria dengan tubuh jangkung dan senyuman yang sangat khas itu menghiasi pandangan Tara. Tara mendekat secara perlahan ke arah lelaki itu yang belum menyadari keberadaan Tara.

Dengan sengaja, Tara menepuk bahu Kaivan-sosok lelaki tersebut- guna untuk mengejutkannya. Benar saja, Kaivan sedikit melompat, menandakan lelaki itu terkejut dengan tepukan pada bahunya.

"HAHAHAHA makanya jangan main hp terus, aa Kaii. Tuh kan jadi kaget jadinya, hahaha! Muka kaget kamu lucu banget." Ujar sang ungu taro dengan tawa yang pecah.

Kaivan tersenyum melihatnya, Tara sangat indah.

Wanita dengan surai legam itu terlihat sangat indah, apapun hal yang sedang dia lakukan. Apalagi saat ia tertawa, Kaivan sudah kehabisan kata pujian dan tidak tau harus memuji Tara dengan sebutan apalagi saking indahnya dia.

"Haha, bisa aja cantikk. Maaf yaa tadi aku ga fokus soalnya lagi chat bunda dulu hehe-" Kaivan menggantungkan kalimatnya sebelum melanjutkan dengan kalimat lainnya.

"-jadi ke taman kan? Yuk, aku bawa sepedah hari ini." Ajak Kaivan kepada Tara yang disambut dengan sangat riang dan gembira.

Tidak ada yang tau, tak satupun ada yang tau menahu tentang hubungan romantis mereka yang sudah berbulan-bulan mereka jalani. Sudah keputusan mereka berdua untuk menyembunyikan hubungan ini, karena satu dan banyak hal yang pastinya akan menuntut hubungan mereka.

Salah satu hal yang menjadi penyebab mereka menyembunyikan hubungan romantis mereka adalah bundanya Kaivan. Wanita paruh baya itu tidak suka jika Kaivan menjalin kasih dengan Tara. Tara adalah gadis sederhana yang dimata bundanya Kaivan tidak setara dengan kasta keluarganya. 

Walau begitu, Kaivan tetap keras kepala ingin menjalin hubugan romantis dengan Tara apapun hambatannya.

Hal inilah yang membawa mereka kepada petaka.

Pada hari kelulusan SMP mereka di tahun 1998, tak sengaja bunda Kavian melihat notifikasi ponsel anak semata wayangnya itu dan tertera nama "Taraa <3" yang sangat mengganggu dipandangan sang bunda.

Dan pada hari itulah, Kaivan membuat alibi yang membuat Tara sakit dan memaksakan diri untuk menjauhi dirinya dari pria yang pada akhirnya dia anggap brengsek itu.

Di penghujung acara kelulusan SMP, Kaivan dengan paksa mengajak Tara ke taman belakang sekolah. Tara sebenarnya tidak masalah dengan hal itu, toh, mereka sudah terlampau sering berbincang di tempat itu. Jadi sepertinya Kaivan hanya ingin mengajaknya mengobrol saja, pikir Tara polosnya.

Tanpa disangka, Kaivan mengucapkan rangkaikan kata yang menceloskan hati Tara. Ucapan Kaivan tersebut menjadi ucapan terakhir pria itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Tara seorang diri dan tidak pernah kembali sampai Tara berani mengungkapkan cerita ini.

"Tara.. Gu-gue sebenernya ga pernah menyimpan rasa lebih ke lu. Ini semua gue lakuin karena Erick ngasih gue dare. Dan- ya, dare nya adalah pacaran sama lo. Awalnya gue mau mutusin lo setelah satu minggu kita pacaran. Tapi, gue rasa lo bisa dimanfaatin buat ngerjain tugas gue lebih tepatnya. Lo ngerasa kan selama ini gue selalu minta kunci jawaban dari semua soal yang dikasih guru? Terutama tugas yang dikasih Bu Lasmi buat kita. Hhh, lo bodoh banget ya? Mau aja gue mainin selama ini. Cewe gampangan." Setelah mengatakan itu, Kaivan berlalu begitu saja dengan langkah yang sangat cepat.

Tara bungkam. Mendengar itu, ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Dia tak menyangka bahwa dirinya selama ini hanya sebagai bahan taruhan dan sekedar dipermainkan saja. Tara kecewa karena selama ini sosok pria yang sangat ia cintai tidak pernah mencintainya kembali. Apakah ini alasan terbesar Kaivan menyembunyikan hubungan spesial mereka?

Yang tanpa Tara tau, Kaivan meninggalkannya dengan tangisan penuh luka dan juga kekecewaan. Kaivan kecewa dengan semuanya, tapi apa boleh buat? Dia hanya bisa menikmati luka yang ia buat sendiri sampai saatnya dia dapat melupakan Tara. 

JUNE 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang