Disebuah ruangan yang sangat luas serta mewah terlihat puluhan orang berjas yang rata-rata berasal dari kalangan atas tampak berkumpul sambil menikmati suguhan aneka minuman serta makanan khas negara luar yang berderet rapi diatas meja panjang.
Beberapa orang diantaranya terlihat mengobrol akrab membahas berbagai keberhasilan mereka di dunia bisnis termasuk Ali, pria Asia yang terlihat begitu mencolok ditengah kawanan pria asing yang rata-rata berkulit putih berbeda dengan dirinya yang memiliki kulit sedikit lebih gelap namun auranya begitu mengintimidasi.
Ali tampak tenang menyesap wine ditangannya. Pria itu sesekali terlihat menimbrung dalam pembicaraan yang menurutnya sangat membosankan. Perkumpulan seperti ini sebenarnya hanya untuk dijadikan ajang memamerkan keberhasilan diri mereka bahkan diantara pengusaha disana banyak yang mempertontonkan aksi mesumnya dengan begitu bangga.
Pria-pria yang sudah memasuki usia senja tampak hadir dengan menggandeng wanita-wanita yang rata-rata berusia 20 tahunan. Ali sama sekali tidak menaruh minat pada wanita-wanita yang hadir malam ini.
Wanita yang rata-rata berparas bule sama sekali tidak membuat gairahnya bangkit. Ali salah satu pria pecinta 'produk' lokal. Gabriel yang merupakan kaki tangannya tampak setia menemani Ali, pria blasteran itu juga memiliki aura panas sehingga beberapa wanita menaruh minat padanya namun sayangnya Gabriel bukan pria murahan seperti rekan kerja Bosnya itu.
Gabriel masih setia mempertahankan keperjakaannya sampai detik ini padahal pekerjaannya selalu berkaitan dengan hal-hal yang berbau sex terlebih ia memiliki Bos yang rutin meniduri wanita berbeda nyaris setiap malamnya.
"Kapan acara ini selesai?" Ali bertanya pada Gabriel. "Mungkin sekitar 3 jam lagi." Jawab Gabriel kaku seperti biasanya.
Ali terlihat berdecak namun ia masih bisa mengontrol ekspresi wajahnya supaya tidak ada yang menyadari jika dirinya sudah sangatlah bosan disini. Jika bukan karena Alexander yang mengundangnya mungkin sampai mati Ali tidak akan menginjakkan kakinya disini.
Alexander merupakan teman sekaligus rekan bisnis kotornya yang malam ini ingin memperkenalkan calon istrinya. Acara berlangsung meriah di salah satu hotel terbesar yang ada di London.
Ali hanya melirik sekilas Alexander yang terus memboyong calon istrinya untuk ia perkenalkan pada rekan kerjanya. Ali dan Alexander sama-sama memiliki bisnis yang bersih untuk menutupi jejak kotornya sehingga tidak ada yang curiga jika mereka adalah seorang mafia.
"Bos ada tawaran untuk pemasokan narkoba."
"Tolak!" Jawab Ali tegas. "Kita hanya bermain di club bukan barang haram seperti itu." Ali memang mafia tapi ia hanya tertarik untuk berbisnis di bidang club malam yang menyediakan lapak judi untuk mereka yang ingin berjudi selebihnya ia sama sekali tidak tertarik.
"Penyeludupan senjata ilegal?"
"Berapa keuntungan kita?"
Ali dan Gabriel terus berbicara dengan mata berpendar mengelilingi aula hotel, mereka sama-sama merasa ada ancaman untuk Ali malam ini.
"500 milyar."
"Bagaimana perjanjiannya?" Tanya Ali masih dengan mata yang terus membaca keadaan sekitar. Ali tersenyum sinis saat matanya mulai menangkap seorang pria yang sedang mengeluarkan pistolnya.
"Sudut kanan ruangan!" Ucap Ali bertepatan dengan suara tembakan terdengar. Suasana menjadi tidak kondusif banyak tamu yang berlarian meninggalkan aula hotel sambil berteriak histeris kecuali Ali yang masih menyesap minuman ditangannya dengan gerakan begitu tenang dan santai.
Gabriel kembali mengantongi senjata miliknya lalu menatap Ali. "Kita bisa pergi sekarang Bos." Ali menganggukkan kepalanya.
Setelah meletakkan gelas ditangannya secara asal Ali berjalan mendekati Alexander yang tampak shock dengan kejadian tak terduga ini bahkan calon istrinya sampai pingsan dalam pelukannya.
"Gue cabut!"
Alexander menoleh menatap sahabatnya lalu mengangguk pelan. "Thanks buat malam ini." Katanya yang dibalas seringaian oleh Ali.
"Ini tidak gratis. Satu pulau di Maldives." Kata Ali sambil mengerling menggoda sahabatnya.
"Bangsat!" Maki Alexander namun setelahnya pria itu tertawa. "Bakalan gue kasih tapi sebagai hadiah pernikahan buat lo." Katanya balik menggoda dan kali ini giliran Ali yang mengumpati sahabatnya itu.
"Bajingan!"
***
Kepulangan Ali ke negara tercintanya terpaksa ditunda karena keesokan harinya ia harus bertemu dengan seorang pengusaha asal Belanda yang ingin mengajaknya untuk bekerjasama.
"Malam ini tolong jangan biarkan Alena memasuki kamarku!" Perintah Ali pada Gabriel.
Dengan penuh kepatuhan Gabriel menganggukkan kepalanya. "Siap Bos."
Ali melangkahkan kakinya memasuki kamar hotel yang khusus disediakan Alexander untuk sahabatnya. Ali dan Alexander sudah berteman lama dan hubungan mereka cukup dekat meksipun mereka tidak berasal dari negara yang sama. Alexander murni keturunan bule sedangkan Ali memiliki darah Asia.
Tapi semua itu tidak menjadi penghalang untuk mereka bersahabat bahkan mereka sama-sama memiliki kesamaan yaitu sama-sama tertarik untuk menjadi seorang mafia.
Ali melemparkan ponselnya secara asal lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Sejujurnya ia sudah sangat merindukan negaranya setelah nyaris satu minggu bekerja yang mengharuskan dirinya untuk pergi ke beberapa negara.
Ali memiliki beberapa club atau bar yang tersebar di beberapa negara jelas club malam milik Ali ini hanya dikhususkan untuk mereka-mereka yang berasal dari kalangan atas. Dari bisnis haramnya ini, Ali memiliki kekuasaan bahkan kekayaan yang ia miliki sekarang nyaris setara dengan orang terkaya nomor 1 di dunia.
Dan setelah ini Ali berencana melebarkan sayap bisnis kotornya ke perdagangan senjata ilegal. Keuntungan yang akan dia dapat cukup menggiurkan sehingga Ali tertarik untuk mencobanya.
Perlahan kedua mata tajam itu tampak terpejam namun belum beberapa lama ia terpejam seorang pria berjubah hitam tampak memasuki kamarnya. Pria itu tersenyum puas dibalik topeng yang ia kenakan saat melihat Ali terlelap dengan wajah tenangnya.
"Malam ini akan menjadi malam terakhir pemuda asia ini." Ucapnya dalam bahasa inggris dengan aksen sedikit berbeda dengan Alexander.
Dengan segera pria itu mendekati ranjang dimana Ali terlelap, perlahan ia mengeluarkan sebuah jarum dibalik saku celananya. Jarum yang sudah diisi dengan cairan mematikan itu sengaja disiapkan untuk membunuh pria Asia ini.
Pria bertopeng itu jelas tidak menolak pekerjaan yang sangat mudah ini, pekerjaannya yang mudah namun bayaran yang akan ia dapatkan mampu membuat dirinya berjudi sampai beberapa tahun.
Tergiur dengan bayaran yang ditawarkan hingga membuat pria itu gelap mata sampai akhirnya ia lupa jika segala sesuatu yang sudah direncanakan bisa saja gagal hingga berujung kematian pada dirinya sendiri seperti yang terjadi pada pria bertopeng ini ketika ia ingin menancapkan jarum di dada Ali dengan penuh semangat ia justru lengah hingga akhirnya Ali membuka mata lalu beranjak menghantam wajah pria bertopeng dengan kepalanya.
Pria itu sontak memundurkan kakinya memegang wajahnya yang terasa pecah akibat hantaman yang diberikan. Ali segera meraih jarum yang dijatuhkan si pembunuh bayaran itu lalu bergerak cepat menancapkan jarum itu di bola mata pria bertopeng.
Jeritan kesakitan pria itu terdengar namun dengan santainya Ali justru menarik lepas topeng yang sudah terbelah akibat tusukan jarum dan kembali mengulang tusukan itu beberapa kali sampai bola mata pria itu hancur.
Darah si pembunuh tampak mengotori wajah juga tubuh Ali namun dengan santainya Ali menyeka darah diwajahnya lalu menjilat dengan ekspresi yang terlihat begitu bahagia.
Ali beranjak menuju meja kecil yang ada disudut kamarnya mengambil beberapa alat bedah miliknya. "Aku ingin memotong paha kecilnya menjadi beberapa bagian." Ali bergumam sambil terus memilih alat-alat yang ingin dia gunakan.
"Aku ingin mengoleksi jantung pria bule." Gumamnya lagi sebelum akhirnya Ali disibukkan dengan pekerjaan menyenangkan. Ali mulai memotong-motong tubuh si pembunuh menjadi beberapa bagian.
Tawa Ali terdengar ketika ia berhasil mengambil bola mata pria itu yang berwarna biru terang. "Cantik sekali. Bola mata ini bisa disumbangkan untuk Gabriel." Gumamnya sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..