4

398 37 0
                                    

"Ini bukan tawaran. Aku tidak perlu persetujuan dari kalian."

"Saya mengerti kekhawatiran anda tentang perusa..."

"Bagaimana jika kukatakan bahwa ini merupakan keinginan pribadi?"

***

"Pria sialan itu!!" Jeongwoo menggeram marah ketika turun dari motor sport nya, lalu membanting helm yang ia kenakan hingga terantuk dinding pojok garasi. Dia baru saja sampai di rumah.

Dia tidak peduli jika helm mahalnya itu rusak. Emosi tidak menyenangkan sedang berputar-putar dalam dirinya. Dia tidak mengerti kenapa pria itu harus melakukan hal tak terduga seperti ini.

Son Hyun Woo yang dia kenal tidak akan melakukan hal seperti ini. Pria itu tidak punya empati, mustahil jika dia tiba-tiba punya keinginan manis seperti mempunyai anak atau semacamnya, kecuali...

Jeongwoo tahu, pasti ada motif tersembunyi. Dia dapat merasakannya dan dia benci jika itu akan menyeret kakaknya. Instingnya bergetar tidak menyenangkan. Seperti ancaman tengah di arahkan kepadanya.

Tapi dia tidak bisa gegabah bukan?

Dia akan coba memantau keadaan pastinya, sama seperti dia memantau jalang yang beruntung mendapat cinta kakaknya. Dia sudah cukup bersabar kala itu, tapi kelakuan perempuan itu benar-benar menguras kesabarannya. Dia tidak akan pernah mau membagi perhatian kakaknya. Tidak akan lagi...bahkan ketika Son Hyun Woo juga memaksa menjadi ayah angkatnya, dia tidak akan membiarkan Yedam menyukai pria itu.

Yedam adalah pusat dunianya. Dia akan melakukan apapun, kotor ataupun bersih. Dia ingin Yedam hanya terus bersamanya... selamanya.

Jeongwoo berjalan menaiki anak tangga dengan pelan, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun. Ekspresi tajamnya yang penuh emosi kini melembut ketika dia sudah berada di ambang pintu kamar sang kakak.

Dia melepas jaket kulit coklatnya dan menggantungnya di belakang pintu. Menyisakan kaos putih polos dan celana kain hitam panjang. Dia terlalu malas untuk mengganti pakaiannya menjadi piyama tidur.

Yedam masih ada di ranjangnya, tengah berbaring dengan mata terpejam. Tapi Jeongwoo tahu pasti, kakaknya tidak benar-benar tertidur. Jadi dia dengan hati-hati ikut berbaring di samping dan memeluk sang kakak erat. Rasanya seperti memeluk boneka yang kaku, tapi Jeongwoo cukup nyaman dengan itu.

Jeongwoo memejamkan matanya. Tapi itu hanya sekedar menutup, dia tidak bisa tidur sama sekali. Sejujurnya dia hanya sedang memikirkan suatu rencana. Rencana yang apik jikalau apa yang dia prediksi benar-benar terjadi. Son Hyun Woo membuatnya harus lebih waspada daripada biasanya. Orang itu berbeda dari manusia-manusia bodoh yang ia temui selama ini.

.

.

.

.

.

Sebulan telah berlalu, keadaan membaik dengan cepat. Yedam telah kembali menjadi dirinya sendiri seperti biasanya.

Dia tidak ingat mengapa dirinya harus berada di rumah terus menerus. Adiknya bilang bahwa dia mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu dan kini tengah menjalani masa pemulihan untuk beberapa minggu ke depan.

Itu cukup terasa janggal sebenarnya, dia tidak mengingat apapun soal kecelakaan itu. Tidak, bukannya dia tidak mempercayai perkataan adiknya. Itu hanya terasa aneh baginya. Apa dia menderita amnesia? Tapi dia tidak merasa sakit dimanapun, itu hanya pusing biasa di beberapa waktu. Jeongwoo bilang itu hanya efek samping dari obat-nya.

Sebenarnya, daripada memikirkan itu, dia sudah cukup bosan di rumah. Dia ingin segera kembali bekerja, khawatir kinerjanya akan menurun dan memotong gajinya. Itu sedikit membuatnya khawatir, tabungannya masih kurang sedikit lagi agar bisa membiayai kuliah Jeongwoo.

Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang