Semua hal akan terasa lebih besar dan menyenangkan ketika kamu masih kecil, saat kamu sudah besar, semua hal akan terasa semakin kecil, sempit, dan menyeramkan. Sama halnya dengan kota ini.
-
"Tunggu!"Teriakan itu diabaikan begitu saja. Bis mulai menutup pintunya dan berjalan ke depan, meninggalkan yang berteriak. Yang berteriak hanya mendengus kesal dan merelakan kesialannya di pagi hari. Berjalan 1 kilometer ke sekolah tidak akan menyakiti siapapun bukan.
-
15 menit berjalan ke sekolah bukan lah kegiatan yang menyenangkan, selain jalanan yang becek karena kemarin malam hujan, terlambat 5 menit ke sekolah dan di permalukan saat masuk kelas merupakan pertanda bahwa kau akan mengalami hal sial seharian penuh. Casper mau tidak mau mengambil pertanda tersebut dan mengabaikan semua mata yang tertuju kepada nya di kelas saat ia berjalan untuk duduk di kursinya. Dewi fortuna sedang dalam suasana hati yang bagus sepertinya, guru di jam pelajaran pertama juga terlambat, Casper tidak akan melewati hukum mengerikan nan menyedihkan yang akan menghabiskan waktunya dengan sia-sia.Jam pelajaran pertama berjalan begitu baik, tidak ada masalah apa-apa, mungkin pertanda bahwa Casper akan sial seharian hanya firasatnya saja.
Sampai terdengar suara orang berlari yang bergema di seluruh lorong di luar kelas nya.
Pintu kelas nya di dobrak tanpa dosa.
"Maaf, apakah aku terlambat?" tanya nya dengan muka polos seperti tidak baru saja menghancurkan engsel pintu.
Seluruh mata di kelas melihat nya dengan bingung dan kaget, termasuk sang guru.
Sang guru melihat kearah jam dinding, lalu kembali melihat si perusak pintu.
"Aku diberitahu akan adanya murid baru. Kau pasti murid baru yang dibicarakan, Herfen, Herfen stockfinster, itu nama mu kan," jelas sang guru di kelas. "Dan apakah kau terlambat atau tidak, kau terlambat, sangat terlambat. Karena kau murid baru aku bisa memaklumi nya, namun itu memberikan kesan pertama yang sangat buruk. Aku harap besok kau bisa datang dengan tepat waktu. Sekarang silakan duduk di tempat yang kosong," terang sang guru dengan santai namun tegas.
Murid baru yang bernama Herfen stockfinster itu melangkah dengan percaya diri menuju tempat duduk yang kosong, dan satu-satunya di kelas. Tempat duduk di belakang Casper. Bukan masalah besar sebenarnya, namun kesan pertama Herfen sangatlah buruk, Casper yakin dia murid yang nakal, dan bodoh.
-
Perkiraan Casper ternyata salah.Jam pelajaran kedua telah berakhir, pelajaran matematika. Dan Herfen mendapatkan nilai sempurna dengan poin plus karena dapat menjawab semua pertanyaan dengan tepat dan cepat.
Dibalik kesan pertama nya yang buruk, Herfen memiliki aura yang menarik sejujurnya. Selain ternyata Herfen pintar, selama jam pelajaran kedua, dapat terdengar suara cekikikan dari belakang Casper yang Casper duga adalah suara teman disebelah Herfen, mungkin Herfen juga humoris. Dan setelah jam pelajaran selesai ia langsung menghampiri guru dan membantu nya membawakan buku-bukunya. Mungkin Herfen tipikal murid penjilat guru.
-
Kantin seperti biasa penuh, berisik, dan sumpek, maka dari itu Casper lebih memilih duduk di tempat yang sepi, tenang dan damai. Lebih tepatnya di pojok kantin dimana hanya terdapat satu kursi dan meja yang menyedihkan, namun sepertinya Casper tidak keberatan.Semua ketenangan yang di dapatkan Casper seperti nya tidak berjalan dengan lama. Terdengar suara seretan kursi yang semakin mendekat ke arah meja tempat ia makan. Bunyi kursi yang memekik telinga tersebut dihasilkan oleh Herfen yang menarik kursinya untuk duduk bersama dimeja Casper.
"Halo rambut pirang, kau duduk di depan meja ku tadi kan, ku lihat lihat, kau selalu saja mengamati ku sejak aku masuk ke kelas sampai tadi aku keluar kelas sambil membawa buku mr. Diaz. Bahkan kau sempat melirik ke belakang hanya untuk melihat apa yang ku berbuat seperti nya." Herfen sepertinya juga mengamati Casper dengan teliti.
Casper yang mendengar itu hanya diam saja, maksudnya tidak salah juga mengamati murid baru yang masuk terlambat, membuat keberisikan di belakang kursinya, dan juga seorang penjilat guru. Itu bukanlah hal normal untuk dilakukan saat kau murid baru.
"Ok, kita mulai dengan hal simpel saja, perkenalkan nama ku Herfen Stockfinster, orang-orang suka memanggil ku Herfen." Penyebutan namanya terdengar seperti aksen asing, aksen jerman, mungkin. Herfen pun menyodorkan tangannya ke depan untuk berjabat dengan Casper.
"Casper, Casper Helder." Tangan Casper berjabatan dengan Herfen.
"Casper Helder, nama yang cocok untuk mu pirang." Tatap Herfen dengan usilnya. "Kau masih belum menjawab mengapa kau selalu mengamati ku sejak aku masuk kelas," lanjut Herfen penasaran.
"Karena kamu orang aneh."
Herfen hanya menyeringai tipis, menarik.
-
Perjalanan pulang dengan naik bis akan menyenangkan jika tidak ada orang aneh yang baru saja kau kenal di kantin tadi siang.Herfen sepertinya tidak ingin meninggalkan Casper sendirian.
"Ada banyak kursi kosong selain disini," kata Casper mencoba menghiraukan Herfen yang baru saja duduk di sebelah nya.
"Aku murid baru, sekaligus orang baru di sekitar sini, apakah salah jika aku duduk di samping orang yang hanya aku kenal di bis ini," ujar Herfen dan tetap duduk di samping Casper.
Casper yang mendengar itu pun hanya mendengus kesal. Baiklah, hanya butuh waktu 5 menit hingga ia tiba di halte untuk turun. 5 menit bersama orang aneh tidak akan menyakiti siapa pun bukan.
"Ku lihat-lihat kau pakai kalung salib, apakah kau orang yang beragama? " tanya Herfen sambil menunjuk kalung salib yang dipakai Casper.
Astaga, bis baru saja berangkat untuk 1 menit.
Casper bisa gila.
"Ayah ku pastor, gereja yang ada di dekat halte yang aku akan turun, itu adalah gereja pembangunan ayah ku." Casper hanya menjawab dengan malas sambil melihat keluar jendela.
2 menit sudah berlalu, sisa 3 menit hingga halte yang di tuju.
"Yang aku tanyakan apakah kamu orang yang beragama atau bukan, aku tidak menanyakan tentang ayah mu," tanya Herfen balik.
3 menit sudah berlalu, sisa 2 menit hingga halte yang dituju.
Casper hanya diam sejenak, memikirkan jawaban yang bagus. Herfen aneh, tapi menarik. Cara dia berpikir bukan hanya pintar di pelajaran, ia juga pintar di kata katanya, sangat teliti dan bagus.
Ini semakin menarik.
"Kau percaya Tuhan itu ada?" Tanya balik Casper.
4 menit sudah berlalu, sisa 1 menit menuju halte yang dituju.
"Tidak, aku tidak percaya Tuhan ada," jawab santai Herfen.
"Aku percaya bahwa Tuhan ada, namun aku memilih untuk tidak mempercayai nya," balas Casper.
Pintu bis terbuka, ini halte Casper turun. Casper pun bergegas untuk keluar bis sebelum pintu nya di tutup. Namun tangan Casper di tahan oleh Herfen.
"Aku turun di halte selanjutnya, aku orang baru disini, temani aku berkeliling di daerah sini," katanya sambil menatap Casper dengan serius.
Ini masih jam 3 sore, ayah nya pulang jam 5 sore, Kakaknya akan berada di rumah jam 4 sore, berkeliling sekitar akan menghabiskan waktu 1 jam. Entah kenapa Casper tidak memiliki niat untuk menolak ajakan atau tawaran tersebut. Casper pun memutuskan untuk kembali duduk di samping Herfen, dan menunggu turun di halte selanjutnya. Halte selanjutnya tidak terlalu jauh hanya 400 meter.
Selama perjalanan Casper mulai mengamati Herfen untuk kedua kalinya di hari ini. Namun sekarang Casper mengamati Herfen lebih teliti.
Herfen memiliki tahi lalat kecil di samping matanya, serta di ujung bibir nya. Matanya berwarna hitam, bukan, agak coklat sedikit. Rambutnya lurus dan berwarna hitam pekat. Warna kulitnya juga putih mulus. Seperti orang rusia, namun namanya tidak memiliki nama rusia sama sekali, aksen berbicara nya juga tidak terdengar seperti orang rusia.
"Apa yang sedang kau lihat?" Tanya Herfen.
Casper tertangkap basa
"Kamu." Jawab Casper
Pintu bis terbuka, disini halte yang mereka tuju. Herfen dan Casper pun bergegas untuk keluar dari bis sebelum pintunya tertutup. Setelah keluar dari bis Casper pun menuntun jalan. Ini akan menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Als
Teen Fiction14+ Apakah Tuhan itu ada? Apakah kita hidup untuk menikmati atau bertahan? Apakah tidak apa-apa jika dua laki-laki saling suka? Casper dan Herfen, mereka akan saling merusak diri mereka sendiri dan menyakiti yang lain. Cerita Fiktif. Notice! Trig...