Chapter 23

16 2 3
                                    


HALO HOLA GUYS, GIMANA KABAR KALIAN?

SEHAT-SEHAT KAN? PASTINYA DONG....



AKU KANGEN UP LAGI NIH HEHEHE



DIBACA, VOTE DAN COMMENT YA GUYS 




HAPPY READIIIIING GUYS.....




Siang ini, bus penuh dengan penumpang yang lebih gesit menempati kursi bus, jadi mau tak mau Juwita dan Erthan harus berdiri di antara para penumpang yang juga senasib dengan mereka. Beruntung di bagian langit-langit bus telah terpasang gantungan untuk menjadi pegangan bagi para penumpang yang berdiri,

Tangan kiri Erthan mengeratkan pegangannya pada gantungan yang ada di atas kepalanya sedangkan tangan satunya ia sedikit diulurkan ke pinggang Juwita dengan tanpa menyentuhnya sekaligus tanpa sepengtahuan Juwita. Erthan hanya tak mau Juwita terluka, ia akan sigap menolong Juwita bila sesuatu yang tak inginkan terjadi.

Erthan mengerutkan keningnya saat melihat gadis di hadapannya itu menatap lurus ke luar jendela dengan ekspresi muram dan sedih. Mungkin dengan demikian, gadis itu bisa mengelabuhi orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun, tidak untuk Erthan. Ia tahu bahwa Juwita bodoh dalam menyembunyikan perasaan.

"Ada apa, Juwita? Kenapa kembali kamu bersedih?"

Juwita mengalihkan pandangan ke Erthan dan tersenyum tipis.

"Ceritalah denganku, Juwita. Aku ada di sini untukmu." Erthan menatap lurus ke Juwita.

Juwita terdiam sambil menatapnya. Erthan memiringkan kepalanya.

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?" Erthan bingung.

"Ju-Ju-Juwita...halo." Erthan melambai-lambaikan tangan kirinya di depan wajah Juwita.

"Eh i-ya." Juwita tersenyum kikuk.

"Ada apa, Juwita, ceritalah. Dan aku janji hanya kita saja yang tahu."

Juwita terdiam lalu menunduk.

"Jangan terlalu memaksanya, Erthan." Ucapan Angelatto terdengar di telinga kanan Erthan membuatnya mengerti kesalahannya. Namun, ia begitu penasaran dengan apa yang membuat sahabat manusianya itu bersedih.

"Kalau kamu mau bercerita kepadaku sih. Aku nggak memaksamu. Maaf." Erthan menunduk.

"Nggak apa-apa Erthan. Aku hanya....bingung dengan mamaku. Aku nggak tahu lagi harus bertanya bagaimana kepada mama?"

"Ehm....maaf kalau aku bertanya lagi. Tapi soal apa?"

"Mama nggak mencatatkan nama ayah di Kartu Keluarga. Padalah di Kartu Keluarga itu harus ada nama ayah sebagai kepala keluarga. Bukan nama kakek."

Erthan terdiam. Ia mengutuki dirinya karena tak tahu tentang apa yang terjadi di keluarga Juwita.

Kondisi jalan yang macet dan semakin tak beraturan. Sudah menjadi rahasia umum bagi para pengendara motor yang selalu memanfaatkan kemacetan jalan untuk menyalip kendaraan yang lebih besar darinya. Begitu pun dengan bus yang ditumpangi oleh Juwita dan Erthan. Bus itu harus mengerem mendadak karena ada pengguna sepeda motor yang tiba-tiba memotong jalannya. Alhasil, semua penumpang di dalam bus itu terkaget-kaget oleh pengereman mendadak itu.

I'll not leave youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang