03

721 79 2
                                    

"Mau.....ngomong apa?"

Asahi harap-harap cemas menunggu hal yang ingin Jaehyuk bicarakan. Usapan tangan Jaehyuk di pipinya membuat Asahi sulit untuk fokus.

"Gue..." baru saja Jaehyuk mengucapkan satu kata, hembusan angin dari luar mendadak masuk melalui jendela kelas dan menerpa wajah mereka. Karena AC kelas tidak dinyalakan, tadi Mashiho memutuskan membuka jendela agar tidak gerah. Beruntung kertas-kertas di meja Asahi sudah ditumpuk dan ditahan dengan tasnya, jadi tidak khawatir akan berterbangan. Tapi lain hal dengan Jaehyuk yang langsung melepas kacamata lalu mengucek matanya dengan kuat.

"Aduh!"

Asahi terkejut mendengar Jaehyuk mengaduh begitu. "Ke-kenapa?"

"Mata gue...kemasukan debu kayaknya." ucap Jaehyuk sambil terus mengucek matanya.

Asahi cepat-cepat menarik tangan Jaehyuk. "Jangan dikucek! Nanti malah iritasi tau!"

"Tapi ini ada yang ganjel..."

"Mana sini gue tiupin!"

Asahi seketika lupa dengan rasa gugupnya. Dia jelas kasihan melihat Jaehyuk kesulitan seperti itu makanya berinisiatif untuk langsung membantu. Pemuda manis itu berdiri dan mendekati Jaehyuk yang masih ingin mengucek matanyanya. "Mana yang kelilipan?"

"Sebelah kiri..."

Tangan kiri Asahi memegangi pipi Jaehyuk, sementara tangan kanannya membuka bagian kelopak atas mata Jaehyuk. Asahi menundukkan kepala dan secara perlahan mulai meniup mata sang ketua OSIS. Rasa gugupnya kembali saat ia sadar betapa dekatnya posisi tubuhnya dengan Jaehyuk. "U-udah?"

"Masih belom, Sa."

Sekali lagi Asahi meniup mata Jaehyuk dengan lembut dan hati-hati. "Gimana sekarang?"

Jaehyuk mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia tatap wajah Asahi yang terlihat buram karena dirinya tidak memakai kacamata. Tapi hal itu membuat Jaehyuk jadi benar-benar yakin kalau Asahi adalah orang yang sudah membantunya tempo hari. Dia raih tangan Asahi lalu ia raba jemarinya. Tak lupa dia usap pipi Asahi dengan perlahan.

Ya. Rasanya sama seperti waktu itu.

"J-Jaehyuk, kalo udah ga kelilipan lo bisa––"

Asahi tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena syok Jaehyuk menariknya secara tiba-tiba. Pemuda itu memakai kacamatanya kembali kemudian menatap Asahi tajam. Hal itu membuat Asahi tercekat dan panik, sebab posisinya saat ini terbilang sangat membahayakan untuknya. Akibat tarikan tadi, Asahi oleng dan terjatuh di pangkuan Jaehyuk. Tentu saja ini tidak bisa dibilang baik-baik saja untuk pemuda manis itu.

"Jaehyuk––"

"Itu lo kan, Sa?"

"Hah?"

Jaehyuk menguatkan genggamannya pada tangan Asahi. Dia meraba jari Asahi yang panjang dan lentik untuk terus memastikan dirinya tak salah. "Lo yang dulu udah bantuin gue, kan?"

'Mampus!' Asahi makin panik sewaktu mengetahui arah pembicaraan Jaehyuk. Dia ingin bangun dan melepaskan diri dari Jaehyuk namun gagal. Tangan Jaehyuk melingkari pinggangnya, menghalangi Asahi untuk melepaskan diri. "Jawab yang jujur, Sa..."

"G-gue ga ngerti lo ngomong apaan."

Jaehyuk berdecak kesal melihat Asahi yang terus mengelak. "Siluet blur lo yang gue liat tadi sewaktu gue ga pake kacamata, bentuk jari tangan lo, dan lembutnya pipi lo itu sama dengan yang gue rasain sewaktu lo ngasihin gue minuman dan balikin kacamata gue yang jatoh."

Asahi merutuk dalam hati. 'Jadi dia pegang-pegang pipi gue buat tau yang waktu itu gue apa bukan? Dan dia bisa tau cuma dari usapan pipi dan bentuk jari gue? Bahaya ni orang...!' batin Asahi antara takjub sekaligus ngeri. Sama sekali tak menyangka tingkat kepekaan Jaehyuk bisa sebegitu kuatnya. Kebanyakan orang-orang tidak akan memperhatikan detail kecil dan seremeh itu. Tapi rupanya jalan pikiran Jaehyuk berbeda. Dan itulah cara yang dia pakai untuk menemukan orang yang sudah menolongnya.

JaeSahi - UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang