Pagi Hari

3.2K 300 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Donghyuck mengambil sebotol air mineral, lalu memberikannya pada Johnny yang tengah mengelap peluh di kening.

"H-haus?" kata Donghyuck sedikit terbata ketika Johnny hanya menatap tanpa mengambil minuman di tangannya. "Gak beracun, kok," lanjut pemuda itu pelan.

Johnny mengalihkan pandangan, kemudian mengambil sapu lidi untuk mengumpulkan dedaunan yang masih berserakkan di taman. Mereka baru selesai menanam semua bunga, hanya tinggal membersihkan saja.

Donghyuck tersenyum kecut. Ia menarik uluran tangannya, lalu memeluk botol air mineral. Mungkin dia terlalu banyak berharap jika Johnny mulai baik padanya. Semua hanyalah angan semata.

Pemuda itu beranjak untuk kembali meletakkan air mineral tersebut. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara sang Kakak.

"Gue gak suka yang itu. Lo kasih gue yang lain."

Donghyuck mengangguk semangat, kemudian beranjak untuk mengambil minuman lain. Kali ini yang bersoda.

Johnny menarik napas. Terasa begitu sesak saat melihat bagaimana raut wajah Donghyuck selama mereka berkebun. Wajah pemuda itu tampak berbinar ketika menjelaskan bagaimana cara bercocok tanam yang benar pada Kakaknya. Terlihat senang meskipun hanya perlakuan yang sederhana.

"Gue gak beli minuman lain. Cuma air mineral dan cola."

Suara Donghyuck segera menyadarkan Johnny dari lamunannya. Ia mengambil minuman di tangan pemuda itu.

"Kalimat lo terlalu gak sopan," kata Johnny seraya membuka tutup botol cola.

Donghyuck tampak tersentak, bahkan pemuda itu sedikit mundur dari posisi sebelumnya.

"Panggil gue Hyung. Gue lebih tua dari lo," ucap Johnny datar.

Mata Donghyuck sedikit melebar, lalu kembali normal. "Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" balas Johnny.

"Kenapa lo hari ini gak mukul gue dan malah bersikap baik?" ujar Donghyuck sedikit pelan.

"Lo mau gue pukul?" ucap Johnny seraya melangkah mendekat.

Donghyuck tersentak, lalu menjatuhkan diri ke tanah dan tangannya memegangi kepala. Matanya terpejam erat seolah siap menerima pukulan lagi.

Hati Johnny kembali merasa teriris sakit. Melihat Donghyuck yang begitu pasrah jika tubuhnya kembali disakiti oleh orang lain, sungguh membuat dada Johnny sesak.

Mengapa dia begitu jahat sampai membuat Donghyuck tampak seperti terbiasa mendapat pukulan?

Johnny menarik napas, lalu mendekat pada Donghyuck dan memegang sisi tubuh pemuda itu.

Perlahan Donghyuck mengangkat kepalanya memandangi Johnny dengan raut wajah yang terlihat sedikit ketakutan

"Kalau gak mau gue pukul, panggil gue Hyung.  Lo ngerti?"

Dandelion Promise(Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang