DIVE INTO YOU (CHAPTER 2: POLARITY)

61 8 8
                                    


Sereal itu berserakan di lantai. Kaki Michael langsung berjengit saat beberapa di antaranya menyentuh jari-jari.

"Shit!" dia mengumpat pelan.

Bukannya mengambil penyedot debu untuk membersihkan tumpahan yang berserak, Michael malah sibuk memasukan keping sereal ke kolong lemari kabinet dengan menyapukan sebelah kaki. Cara yang lebih praktis. Otak Michael bergerak terlalu impulsif di tengah suasana yang mendesak seperti ini. Dia melirik gusar pada jam dinding. Sudah hampir jam sepuluh dan laki-laki itu belum berhasil menyajikan bahan-bahan untuk makan siang.

Suara derap langkah kaki terdengar samar mendekat ke arahnya. Kedua tangan Michael langsung bekerja lebih cepat. Mengeluarkan susu dari kulkas, menuangkan sereal ke mangkuk dan memotong-motong strawbery juga kiwi sebagai topping.

"Mama, aku mau susu cokelat."

"Susu cokelat? Kita tidak punya susu cokelat pagi ini. Lihat, sarapanmu sudah siap. Mama harus pergi sebentar lagi jadi jangan rewel, oke?"

Balita itu memandang Michael dengan sorot mata kecewa.

"Mommy bilang tadi malam aku boleh minum susu cokelat. Aku mau susu cokelat, susu cokelat."

Acara merengek pun dimulai. Saat tidak Michael abaikan, rengekannya berganti jadi tangisan. Michael tidak peduli. Dia letakkan mangkuk berisi sereal di atas meja makan lalu ditarik lengan anak itu agar lekas duduk. Si bayi masih merajuk, mengguncangkan bahunya dan berusaha melempar sendok plastik yang sudah disediakan

"Josh!" Nada suara Michael langsung meninggi.

Dia lansung terdiam, tapi tidak lantas berhenti menangis meski kali ini tanpa suara karena takut melihat pelototan mata sang ibu.

"Makanlah. Mama tidak ada waktu untuk menghibur anak cengeng sekarang."

Nada suara Michael yang ketus membuat anaknya hanya mampu terisak. Josh lantas mengusap air mata dengan lengan sambil mulai meraih sendok.

"Dengar, Mama akan membelikanmu susu cokelat sepulang kerja. Tapi itu hanya jika kau bersikap baik dan tidak rewel sampai Mama pulang, mengerti Josh?"

Josh mengangguk meskipun dengan keengganan karena Michael tahu dia masih sangat kesal. Laki-laki itu memang menjanjikan susu cokelat padanya pagi ini agar tadi malam sang anak mau tidur lebih cepat dan sekarang dia tidak yakin dia akan menepati janjinya lagi. Michael punya sifat pelupa yang cukup akut. Kadang-kadang semua hal yang sudah direncanakan dilewati begitu saja begitu pikirannya teralih oleh hal baru.

Dia mendengar suara pintu apartemen terbuka setelah kode akses berbunyi. Derap langkah yang lebih tergesa langsung menjadi penyemarak tambahan pagi ini.

"Aku tidak terlambat, kan?"

Wajah Reiner muncul di ruang tengah setelah dia melepas mantel, syal dan juga kupluk yang membuat rambut hitamnya langsung berantakan. Dia kelihatan lelah setelah menyetir sendirian. Dikatakan lelah bukan karena jarak rumah Reiner yang cukup jauh dari apartemen Michael. Tapi dia adalah pengemudi serampangan. Di belakang setir, dia akan jadi panik berlebih, uring-uringan dan selalu kelihatan seperti penunggang kuda di jaman perang yang harus menempuh hutan serta gurun untuk bisa sampai kemari. Faktanya dengan semua keabnormalan itu, toh dia masih memutuskan menyetir sendiri kemana-mana.

"Aku sungguh minta maaf, Rei. Aku tidak menyangka kalau ada perubahan jadwal mendadak."

Reiner mengibaskan tangan. "Kebetulan aku juga sedang sepi orderan makanya mau datang hari Minggu begini. Oh, halo sayang. Eh, kau habis menangis? Kali ini apa lagi, huh?"

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang