Tepat pukul tiga pagi Arsen sudah nangkring dihalaman depan rumah Zeva, tentunya ia senang karena anak itu ikut study tour. Tau kan kenapa Zeva akhirnya ikut padahal kemarin sudah menolak mentah-mentah ajakan Arsen?
Ya, betul sekali Arsen dengan otaknya yang terlampau cerdas memohon-mohon pada ayah Zeva agar gadisnya ikut, dengan segala rayuan dan bujukan ayah Zeva akhirnya gadis itu menyerah dan ikut pada hari ini.Tak ayal Zeva yang kesal setengah mati tidak menghiraukan keberadaan Arsen sama sekali, ia dengan tas besar di punggungnya langsung membuka mobil milik keluarga Arsen. Iya mereka kini di antarkan oleh orang tua Arsen sebab study tour memakai bus dari sekolah.
"Kalian hati-hati loh disananya." Ujar mama Arsen.
"Siap maa." Jawab Arsen.
"Jagain Anya, ya ganteng."
"Oh jelas, bakal Arsen jagain sampe gak akan ada yang berani culik."
"Baguss."
Zeva hanya mendelik mendengar jawaban Arsen yang dilontarkan mama nya.
"Anya? Kalau ada kesulitan atau butuh apa-apa bilang Arsen ya, jangan sungkan.""Zeva udah siap kok sama peralatannya, lagian Arsen nanti ngurusin banyak orang tante."
"Iya, tapi kalau butuh apa-apa bilang Arsen." Ucapnya final.
"Males, anak tante capernya kebangetan."
"Caper ke kamu? Atau ke yang lain?"
"Ke setiap cewek yang ditemuin."
Mama nya Arsen melirik putranya sinis. "Emangnya iya?!"
"Gak kok, Arsen mah setia. Mama juga tau tuh Arsen gak gampang berpaling orangnya."
"Bilang depan tante kayak gini, terus kalau gak sama tante lain lagi." Ujarnya dengan ketus.
"Eh lo kalo ngomong tu yah..."
"Apa hah? Berani lo sama gue?!"
"Ya mana mungkin gue berani!"
"Dasar modal ngomong doang!"
"Penting gue beneran sayang sama lo!"
"Bacot."
"Bacot tuh badak cocot! Masa lo samain gue sama binatang abu itu?!"
"Daripada gue samain lo sama babi!"
"Ni anak mulutnya minta di perawanin."
Zeva, papah dan mama nya Arsen langsung melotot sementara anak itu langsung menutup mulutnya dan ber-istighfar takut ditabok mama kesayangan.
Orangtua Arsen yang melihat putra dan sang calon menantu ribut itu hanya geleng-geleng kepala, apalagi mama nya Arsen yang sudah bersidekap dada sembari terus memperhatikan ke arah mereka.
"Kalian tuh kenapa sih? Berisik tau. Mama pusing dengernya, ini masih subuh yang harusnya sepi malah jadi ribut kayak di pasar. Kamu juga Sen, siapa yang ajarin kamu bahasanya kotor gitu? Mama jadi yakin kalau kamu emang suka modus sama perempuan lain."
"Ih Arsen gak gitu ma! Tadi keceplosan doang, perkara kesetiaan mah Arsen nomor satu."
"Banyak banget bacot lo." Timpal Zeva.
"Heh ayangg, lo juga ngeselin banget sumpahh untung beneran sayang."
"Udah gue bilang lo cuma bacot doang!"
"Liat aja nanti, lo bakal jadi istri penurut gue!"
"Amit-amit jauhkan hamba dari syaiton satu ini."
"Kalau gue setan lo calon istrinya setan!"
"Gandeng anjing! Ges ah maneh mah ngomong teh sok tara nyambung kesel aing lila-lila."
"Ih jangan ngomong sunda gue lagi males translate."
"Bodo amat kumaha aing."
Mama dan Papa Arsen hanya bisa menghela nafas, belum nikah saja sudah begini gimana nanti kalau udah nikah? Perang ketiga kah?
Tapi papa Arsen tersenyum dibalik kemudinya, Zeva yang ia kenal cuek dan dingin serta tak gampang banyak bicara bisa bicara leluasa dan mengeluarkan kata-kata yang banyak. Mungkin perkataanya dapat melukai hati orang tapi ia senang akhirnya anak itu sedikitnya mau berbicara meskipun itu sebuah pertengkaran anak remaja labil.
Tiba mereka disekolah Arsen langsung turun dan membawa barang-barangnya, begitupun dengan Zeva ia segera berpamitan pada orang tua Arsen dan mengatakan terima kasih telah mengantarnya ke sekolah di era sang ayah dan ibunya yang tak kunjung pulang-pulang.
"Zeva pamit ya om, tante." Ujarnya setelah diberi nasihat sedikit oleh mama Arsen.
Ia tak mungkin juga jalan berdampingan dengan Arsen karena status mereka sendiri tak ada yang mengetahui bahkan mereka sekedar dekat pun tidak ada yang tahu.
Sebentar lagi keberangkatan akan segera dimulai untuk tempat duduk semua sudah di atur oleh panitia, berhubung Zeva daftarnya telat bahkan sangat telat pak Indra selaku penanggung jawab study tour mengarahkan ia untuk duduk dengan ketua osis saja.
Kesempatan yang bagus bukan buat Arsen mendengar hal itu? Banyak yang iri dan kecewa dengan penuturan tersebut, namun entah kenapa juga Arsen sedari daftar hanya ingin duduk sendiri tak boleh ada yang menempati kursi disebelahnya. Banyak anak yang menatap iri ke arah Zeva, sementara gadis itu melengos dan langsung duduk ditempat yang sudah di arahkan pak Indra.
Tiap bus ada panitianya masing-masing, sebelum berangkat semuanya berdo'a terlebih dahulu agar dijalan dilancarkan dan tidak ada kendala. Setelah selesai berdo'a yang di pimpin oleh bu Indah, pak Indra dan Arsen. Setelah berdo'a lelaki itu langsung saja duduk disebelah Zeva dengan bibir yang tak kuat menahan senyum.
"Halo ayang." Ujarnya pelan disertai dengan senyum geli menggoda.
"Diem lo jangan berisik, gue mau tidur." Ujar Zeva menolehkan kepala kehadapan jendela sebelah kiri.
"Kita di satu tempatin udah pasti jodoh!"
"Mau dijauhkan sejauh manapun jika memang takdirnya kita bersama apa boleh buat, aku senang sekali." Lanjutnya. Zeva geli sendiri mendengar penuturan tak masuk akal Arsen. Apa tadi? Aku? Akuu??? Bisa mati muda Zeva kalau seperti ini.
Lebih baik Zeva tidur daripada mendengar ocehan tidak jelas dari Arsen, lelaki itu memandang samping wajah Zeva dengan tenang, ia tahu kini dirinya di abaikan namun perjuangan yang ia lakukan masih panjang bukan? Masih banyak waktu untuk selalu mengejar bunga nya. Hanya saja Arsen ingin meminta tolong pada tuhan tolong dong dorong agak keras pintu hati pujaannya ini agar ia dapat masuk walaupun melalui celah-celah kesulitan.
Arsen ikut memejamkan mata karena jujur saja hawa kantuk mulai menyerang kornea matanya, toh perjalanan masih jauh dan ini juga masih pagi buta. Bisa saja kan saat ia bangun nanti tiba-tiba Zeva mengatakan 'good morning gantengnya akuu.' halu yang sangat indah sekali.
Perjalanan dari Jakarta menuju Ciwidey tinggal beberapa jam lagi, matahari juga sudah terlihat mungkin sekarang sekitar pukul delapan pagi. Arsen menggeliat dari tidurnya, merasa ada beban yang kini berada di bahu kirinya, ia melihat ini dengan takjub seperti momen paling berharga yang pernah ia jumpai. Zeva yang kepalanya tak sengaja bersandar di bahu Arsen, helaian rambut yang nakal menari halus di permukaan wajah mulusnya serta bulu mata yang lentik dan cantik sungguh pemandangan pagi yang menyegarkan seluruh indra tubuh.
Tbc
Bantu vote, komen dan share yaa.. makasiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)
Teen FictionBackstreet itu untuk menutupi gengsi bukan membuat langgeng. _Zevannya Christianne_ Bilang aja sama-sama suka kenapa harus dipersulit? Nanti pas ketauan cemburu malah gengsii _Arsen Dionis Asterion_ Kok bisa ya ketos yang terkenal ramah dan baik ha...