04 || Kemalangan Pertama

62 10 0
                                    

HARI yang di mana tour karyawan dimulai. Perjalanan menuju pegunungan pinggir kota menggunakan bus travel. Aku melihat pemandangan pinggir jalan dan duduk bersebelahan dengan Kai yang tengah bermain ponsel. Di sisi lain, tidak hanya karyawan bar yang ikut, ada pun beberapa orang seperti teman-teman Vin dan katanya Rosa membawa seorang adik.

Sejak pagi, aku begitu antusias mempersiapkan isi koper kecil sembari menerima instruksi dari Kai melalui telepon. Membawa banyak pakaian, makanan ringan dan barang-barang pribadi. Kemudian, kami berdua berangkat bersama menggunakan mobil milik River dan tentunya dia sebagai pengendaranya. Akhirnya, tibalah kami di depan bar, dan keberangkatan bersama Manajer justru dua jam setelah waktu ditentukan.

Perjalanan hanya menghabiskan waktu dua jam. Pemberhentian tiba dan terdapat sebuah pemandangan indah yang tersajikan ketika kami turun dari bus. Danau yang begitu asri dan udara sejuk cenderung dingin membuat Kai memberiku jaket tebal yang sedari tadi dikenakannya.

"Ayo kita ke penginapan dulu," ucap Manajer yang memimpin perjalanan kami.

Kami mendatangi vila yang cukup luas dengan dinding dan lantai terbuat dari material kayu yang mengkilap. Di sisinya, adanya lapangan cukup luas dan berisikan beberapa tanaman hias bersama pohon buah yang belum sempurna.

"Kamar wanita diberikan satu persatu. Untuk pria satu kamar untuk berdua," ujar Manajer seraya menaiki undakan tangga dan membukakan pintu utama vila.

"Lah?" River sedikit terperangah. "Kok gitu, Pak?"

"Kasihan," ledek Sherly setelah mengibaskan tangannya di depan wajah, dan lanjut berjalan masuk.

Para pria mulai memprotes akibat tidak diberi keadilan. Sedangkan wanita lainnya menertawai atas keputusan Manajer.

Terdapat interior keren seperti banyaknya lukisan klasik atau ruang yang utama begitu luas dengan dikelilingi kaca jendela besar. Bagaikan lorong dan dihiasi pintu-pintu kamar, lalu di tengah-tengah terdapat meja panjang dengan lampu besar di atasnya.

"Gile, ada meja billiar!" teriak Vin yang berdiri pada pojok ruang utama dengan meja biliar di depannya. "Kin, ayo main."

Wanita yang dipanggil Vin hanya sibuk memakan kebab dan duduk di meja makan. "Ogah," jawabnya singkat.

"Sini sama gue." River merampas tongkat dari Vin.

"Kamu mau main?" Kai bertanya padaku dan aku melirik ke arah koper di bawah ini.

"Aku mau beres-beres dulu," balasku dengan senyuman kaku, lalu pergi ke salah-satu kamar.

Aku mengeluarkan isi koper ke lemari yang tersedia, berganti pakaian yang lebih tebal, dan memakai pelembab bibir beserta tangan karena kulit mulai terasa kering akibat udara dingin. Setelah itu, pintu terbuka dan masuklah wanita yang tadinya diajak bermain billiar oleh Vin.

"Kamarnya kurang dan gue boleh join, 'kan?"

"Oh, boleh," balasku seramah mungkin dan melihatnya menarik koper mini, menggendong tas besar, lalu meletakkanya pada meja yang berada di samping lemari.

"Ashley." Tiba-tiba, Kepala Sherly muncul dari pintu yang masuk yang terbuka. "Bawa pelembab tangan?"

Aku mendekat, memberikan pelembab untuknya tanpa berbicara, kemudian pergi ke luar dan membawakan jaket kepada Kai yang sedang duduk di sofa. Di saat yang sama, Manajer membawa dua bungkus plastik dan dibantu oleh Rosa. Permainan billiar berhenti dan para pria pergi ke dapur yang rupanya akan mempersiapkan acara manggang-memanggang.

Mempersiapkan daging-dagingan, dan memasak makanan karbohidrat. Semua pria mengeluarkan meja dan kursi ke lapangan. Sedangkan para wanita membawa perlatan makanan dan memasak, termasuk pemanggang beserta kompor. Koki utama, tentunya adalah Kurt dan pembuat minuman yakni bagian Vin. Aku membantu membersihkan bahan-bahan makanan dan ikut membuat saus khusus bersama Rosa.

Deja Vu [ Ashley Lincate ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang