Happy reading!🩶
.......
Hujan turun semakin lebat, Arumi tak habis-habis memikirkan bagaimana Salman pulang di tengah-tengah hujan lebat begini. Saat ini ia terus berjalan melewati koridor asrama yang didampingi oleh seorang ustadzah mudah yaitu Ustadzah Asma.
"Arumi, ini kamarmu ya, ada teman-teman kamu juga di sana." Ucap Asma.
Gadis itu mengangguk, "Terima kasih, Ustadzah."
Asma mengangguk sembari tersenyum. Lalu kemudian memanggil salah seorang santri putri yang juga menghuni kamar tersebut.
"Hai kamu, sini!" Panggil Asma.
Gadis yang dipanggil tersebut bergegas menghampiri Asma. Arumi menatapnya panjang, wanita yang terlihat seumuran dengannya.
"Afwan ustadzah, ada apa ya?" Tanya gadis itu.
"Ini Arumi, dia anak baru di sini, dia juga belum memiliki kenalan dengan siapa pun. Kamu bertemanlah dengannya, dia juga akan menjadi temanmu di kamar ini." Jelas Asma.
Gadis itu mengangguk, "Na'am, Dzah."
"Kalau begitu saya pergi dulu, Arumi buatlah diri kamu senyaman mungkin di sini ya."
Arumi mengangguk, "Baik, Ustadzah."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka serentak.
Setelah sepeninggal Asma, kini hanya tersisa antara Arumi dengan gadis remaja itu. Jujur, Arumi tidak tahu harus berbuat apa, apa lagi di saat gadis yang di depannya ini menatapnya begitu panjang.
Arumi yang merasa tidak enak pun membuka suara.
"Kamu ngapain liatin saya begitu?" Tanyanya penuh intimidasi.
Gadis itu tersenyum, "Kamu terlalu cantik."
Jujur Arumi tidak bisa menyembunyikan senyumnya, setelah bersuudzon dengan gadis ini ternyata anggapan Arumi salah.
"Terima kasih."
"Mari, saya bantu kamu beberes, di dalam juga ada teman-teman yang lain." Ucapnya ramah.
"Makasi ya, kamu baik banget." Ucap Arumi.
"Biasa aja, oh ya namamu Arumi 'kan?" Tanya gadis itu.
"Iya."
Gadis itu mengulurkan tangannya, "Aku Laila, kelas 2 tingkat Ulya."
Arumi menyambut tangan gadis itu, "Aku kelas 11."
Selepas berkenalan Arumi mengikuti Laila. Mereka berdua satu kamar, nasib baik menimpa Arumi karena Alhamdulillah gadis itu mendapatkan ruang yang hanya diisi empat orang kurang lebih. Sedangkan santri yang lain ruangnya berpenghuni kurang lebih sepuluh orang. Tetapi Laila mengatakan bahwa kamar itu sekarang memang telah diisi oleh empat orang santriah termasuk dirinya. Di saat itu juga Arumi mendapati dua orang santri putri yang sedang meributkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menentang Takdir (On Going)
Jugendliteratur[TINGGALKAN JEJAK SAAT MEMBACA] Sang pengembara penggemar aksara, Bersemayam di balik kedamaian yang membentang di langit Arafah, Namun tak jera menutupi tubuh gadis mungil itu di keramaian. Bertarung dengan pedang perkasa di hutan belantara, Seola...