૮₍´start'₎ა
Haruto melihat bagaimana wajah anaknya terlihat tenang dalam tidurnya. Helaan napas terdengar sangat panjang, "aku harus segera berangkat."
Lalu, sebelum pergi, Haruto mengecup pelan pelipis anaknya yang bernama Watanabe Haruka. Gadis kecil yang diberikan oleh tuhan untuk dirinya jaga seorang diri.
"Haruto, kau akan berangkat sekarang?" tanya sang Mama yang melihat Haruto pergi tanpa pamit kepadanya.
Haruto berhenti sejenak, "ya. Aku harap Mama tidak mengatakan hal yang macam-macam tentang Asahi kepada Haruka."
"Memangnya Mama pernah macam-macam, sayang?"
Pertanyaan itu tidak dijawab, "aku harap Mama segera kembali. Aku tidak ingin Haruka berpikir bahwa Asahi lah yang meninggalkan dirinya."
"Mama tidak pernah macam-macam, memang Asahi yang seperti itu. Kenapa? Apa kau menyesal? Kau sendirikan yang membuatnya pergi dari hidupmu?"
Haruto terdiam, "aku tahu. Aku yang membuatnya pergi karena tidak bisa meyakinkan dirinya untuk tetap bersamaku. Untuk bersama anakku dan anaknya."
"Nenek!" teriak Haruka yang berlari untuk memeluk Chizuru, sang Nenek sekaligus Mama Haruto.
Haruto yang melihat kedekatan itu sedikit mengepalkan tangannya. "Aku pergi."
"Ayah!" Haruka segera menghampiri Haruto untuk dipeluk dan Haruto kembali membalasnya kemudian pergi.
"Ayo! Haruka ingin sekolah, kan?" tanya Chizuru.
Haruka mengangguk, "Ayo! Haruka tidak sabar."
TMHE; HaruSahi.
Haruto menyetir mobilnya, menatap lurus dengan tatapan tajam hanya untuk membuat pikiran itu selalu muncul.
Bagaimana senyumnya yang selalu menyambut paginya ketika ia bangun tidur. Bagaimana perlakuan hangatnya yang menemani hari-hari Haruto. Bagaimana harapan mereka bersama untuk diwujudkan.
Pemikiran itu selalu muncul setiap kali Haruto melihat bagaimana hidupnya saat ini, walaupun ada Haruka disampingnya, nyatanya hal itu tidak menutup kepergian Asahi.
"Haruto?"
Haruto tersentak kaget, ia melihat sekelilingnya. Sudah tepat berada di depan ruangannya, entah kenapa dirinya selalu tidak sadar bahwa tadi dia sempat membawa mobil dan berjalan ke lantai di mana ruangannya berada.
Yoshi, yang tadi menegurnya menatap datar. Sudah terbiasa dengan kebiasaan baru Haruto sejak ditinggal oleh suami manisnya.
"Jangan seperti ini, Asahi tidak akan senang jika tahu nantinya. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, aku yakin ada alasan kuat kenapa Asahi pergi. Dan aku yakin ada alasan kuat untuk Asahi kembali padamu nantinya." Ujar Yoshi.
"Alasan kuat untuk Asahi pergi dari hidupku adalah karna Ibuku. Lalu, apa yang aku harapkan saat ini?"
"Berjuang. Yakinkan Asahi bahwa kamu akan selalu ada di sana bersama dirinya. Aku yakin Asahi seperti mu, dia tidak akan mungkin meninggalkan mu."
"Yoshi! Kesalahanku adalah aku tidak langsung sadar ketika Asahi merasa terpuruk dan tertekan karena Ibuku. Aku sadar ketika tiga tahun setelah dia pergi." Haruto berkata dengan marah. Haruto marah pada dirinya sendiri.
Yoshi mengangguk mengerti, "ya. Itu memang salahmu. Tapi jangan seperti itu, gunakan rasa bersalah mu untuk membawanya kembali padamu, membawanya kembali padamu dan Haruka."
"Aku harap aku segera menemukan untuk dibawa kembali. Walau tidak segampang yang aku kira nantinya, aku harap, aku dapat memegangnya dan menahannya."
Senyuman Yoshi-pun terbit setelahnya, "ya. Yakinkan Haruka bahwa Papa nya adalah orang yang istimewa. Yang mempunyai kehangatan untuk Haruka rasakan nantinya, aku harap, Haruka mengerti."
૮₍´tbc'₎ა
GAIS AKU BAWA CERITA BARUUU 😼👆
jangan lupa vote-komennya, ya! OKE, SEGITU DULU! DADAHHHHH!
KAMU SEDANG MEMBACA
till my heartaches end; harusahi
Short StoryHaruto berharap, agar mereka kembali dipertemukan. Menjadi lengkap. Ketika mereka dipertemukan, ia ingin menahannya untuk selalu bersama, tidak akan pernah melepaskannya dan menjadi bodoh untuk membiarkannya pergi begitu saja. ©velnopus ៸៸ bxb, m-p...