60. Mimpi?

1.3K 220 57
                                    

Napas Jennie tercekat saat melihat seseorang yang berdiri didepan pintu ruang inapnya. Senyuman itu, mata nya yang menatap lembut kearahnya, Jennie merindukan itu semua.

"Hai, Unnie" Jisoo menyapanya dan melangkah masuk. Suaranya bahkan lembut saat bicara padanya. Tanpa sadar Jennie mencubit dirinya sendiri karena mengira kalau ini mimpi.

Tapi, bukan rasa sakit yang menyadarkan nya kalau itu nyata.

Tapi, Kim Jisoo yang sudah berdiri di depannya dan sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi dengan perut nya. "Hai baby, merindukan Daddy?"

Jennie manahan napas. Dia terlalu terkejut. Masih teringat jelas dalam ingatan nya tetang betapa dinginya perlakuan Jisoo pada minggu malam kemarin dan hanya sehari berlalu Jisoo nya kembali berubah.

Jisoo mendongak saat Jennie hanya melihatnya dengan pandangan yang tidak bisa terbaca. Jisoo kemudian kembali menegakan tubuhnya dan melihat Jennie dengan pandangan minta maaf.

"Maaf menjemputmu sore hari. Keluargaku terlalu sibuk mengurus beberapa hal jadi tidak bisa menjemputmu. Hanya aku yang bisa, tapi aku ada ujian di sekolah..." Jisoo menggaruk pipinya karena malu. "Ya.. Pokoknya maaf menjemputmu sore hari"

Melihat Jennie hanya menatapnya, Jisoo merasa canggung. "Ah! Apa kau sudah selesai berkemas? Aku akan membantu kalau belum"

Jisoo kemudian berjongkok untuk membuka lemari kecil yang ada diruangan itu. Dia mengeluarkan tas besar milik Jennie dan membantu memasukan baju ganti Jennie ke dalam nya.

Sedangkan, Mata Jennie mulai berkaca saat dia memperhatikan Jisoo. Apa ini ilusi? Apa ini nyata? Jisoo nya yang manis kembali. Jisoo nya sudah tidak bersikap dingin pada nya.

Apa Jisoo sudah tidak marah? Apa Jisoo memaafkan nya? Apa salah jika Jennie berharap kalau ini nyata? Apa salah jika Jennie berharap kalau ini bukan khayalan nya?

Jisoo memeriksa semua barang Jennie. Memastikan tidak ada yang tertinggal sebelum mengangguk puas pada dirinya sendiri karena sudah bisa Packing sendiri dengan rapi. Dia kemudian melihat kembali kearah Jennie. Dahinya mengerut dengan bingung saat melihat air mata yang jatuh di pipi Jennie.

"Kenapa kau menangis, Unnie?" Jisoo bertanya dengan khawatir. "Ada yang sakit? Mau aku panggilkan dokter?"

Jennie menggeleng pelan. Dia memegang ujung jaket Jisoo sebelum berkata dengan lirih. "A-Aku merindukanmu" Jennie kemudian menunduk takut, gagal melihat wajah tertegun Jisoo. "B-Boleh aku memelukmu, Chu?"

Jennie terus menunduk. Takut dengan reaksi yang Jisoo berikan padanya. Tapi, Demi mengkonfirmasi apakah Jisoo masih marah padanya atau tidak, Jennie perlu melakukan itu.

Wajah Jisoo tampak berkonflik.

Pikirannya berteriak menolak, sejak pembicaraan dengan Appa nya, Jisoo tidak bisa lagi melihat Jennie seperti sebelumnya, apalagi saat tau Jennie penyebab semuanya. Tapi, Demi bayi.

Demi Bayi, Demi Bayi, dan Demi Bayi.

Demi anaknya, Jisoo mencoba menerima Jennie kembali.

Itulah yang Jisoo katakan pada dirinya sendiri. Mendikte dirinya dengan kebohongan.

Ya, Kebohongan untuk dirinya sendiri tentang Jennie.

Tapi, Siapa yang bisa membohongi hatinya sendiri?

Pikirannya membenci Jennie. Tapi, hatinya jatuh terlalu dalam untuk Jennie.

Kim Jisoo, setelah semuanya, setelah rasa sakit, setelah pengorbanan, setelah mengetahui kebenaran. Dia, hatinya masih meneriakan nama Jennie.

My Baby's Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang